***
Teo melakukan segala yang ia bisa untuk melindungi keluarganya. Dan untuk melindungi putrinya, ia larang Lisa untuk kembali bekerja. Tanpa surat rekomendasi dari dokternya, Teo tidak akan membiarkan putrinya kembali bekerja. Lisa kembali tinggal bersama ayahnya, tanpa lebih dulu berbaikan dengan Soohyuk juga ibunya. Ibunya sempat menelepon, juga mengirim pesan, namun Lisa memilih untuk mengabaikannya. Sedang Soohyuk, pria itu sama sekali tidak menghubunginya.
Sudah hampir seminggu Lisa tinggal bersama ayahnya, namun tinggal di sana pun tidak mudah. Dokter yang merawatnya berada jauh di kota. Sementara sang ayah juga tidak bisa setiap saat berada di sana dan menemaninya. Lisa lebih banyak sendirian di rumah itu, memang lebih nyaman daripada tinggal bersama ibunya namun Teo tetap mengkhawatirkannya.
"Bagaimana kalau kau tinggal bersama ibumu untuk sementara waktu? Sampai dokter mengurangi sesi konselingmu?" tawar Teo, namun putrinya menggeleng. "Kau juga bisa lebih sering bertemu kekasihmu kalau tinggal di sana," Teo masih membujuk putrinya, namun gadis kekanakan itu tetap menolak. Mengatakan kalau ia lebih suka tinggal di rumah dinas itu daripada tinggal bersama ibunya.
"Aku tidak bisa berteman dengan eomma," Lisa berkata. "Kami terus bertengkar kalau bertemu, lebih baik berjauhan seperti ini dan hanya sesekali bertemu untuk makan bersama," ucapnya.
"Kalau tinggal sendiri di dekat klinik doktermu?"
"Appa tidak ingin aku tinggal di sini?"
Sebentar Teo diam, lantas ia anggukan kepalanya. "Appa juga tidak ingin tinggal di sini lagi," katanya. "Bagaimana kalau kita pindah rumah?" tanyanya kemudian.
"Tiba-tiba? Bagaimana dengan pekerjaanmu?"
"Bagaimana kalau appa menerima tawaran jadi menteri?" tanyanya kemudian.
"Tiba-tiba? Bukankah appa bilang akan menolaknya?" Lisa menatap heran pada ayahnya. Entah apa yang terjadi, sampai Teo tiba-tiba merubah keputusannya. Pria itu sempat mempertimbangkan jabatan itu, kemudian menolaknya dan sekarang menginginkannya lagi? Lisa tidak bisa memahaminya.
"Sepertinya sekarang appa tidak bisa menolaknya lagi," ucap Teo, membuat Lisa mengerutkan keningnya. Ayahnya terdengar terpaksa menerima jabatan itu. Meski sudah banyak berita Teo akan dicalonkan sebagai Menteri Pertahanan, bahkan ada beberapa kelompok yang telah menganggapnya sebagai Menteri Pertahanan, Teo tidak benar-benar menginginkan jabatan itu.
"Karena apa yang terjadi di pengungsian?" Lisa bertanya dan sang ayah menganggukan kepalanya. "Apa aku membuatmu berada dalam masalah?" tanyanya sekali lagi, tapi kali ini Teo menggelengkan kepalanya.
Bukan Lisa yang membawa masalah padanya, justru ia lah yang tanpa sadar sudah membawa putrinya dalam bencana. Setelah menemukan Kapten Kim, Teo tahu kalau sebagian kejadian di pengungsian, di lakukan oleh beberapa pihak yang ingin mengancamnya. Di lakukan oleh mereka yang ingin mengekang lehernya, menjadikan Teo sebagai seekor anjing berburu yang taat. Karenanya, ia perlu jadi lebih kuat untuk bisa melindungi keluarganya.
Lisa sempat ragu, tidak ia berikan komentar apapun atas permintaan ayahnya. Tinggal di dekat Jiyong tentu akan menyenangkan, daripada tinggal kesepian di rumah dinas. Terlebih karena ia tidak diizinkan untuk menyetir mobilnya sendiri. Teo khawatir, putrinya akan terlibat dalam kecelakaan kalau penyakitnya kambuh di jalan.
"Baiklah," gadis itu kemudian mengangguk. "Aku mau tinggal sendirian di sana, sampai appa menemukan tempat untuk kita tinggal bersama. Tapi... Aku benar-benar tidak mau tinggal bersama eomma dan Soohyuk oppa. Daripada dipaksa tinggal bersama eomma, lebih baik appa menikahkanku saja. Siapapun tidak masalah, tapi akan lebih baik kalau pria itu Jiyong oppa," katanya, bermaksud mengancam ayahnya.
Lebih baik aku menikah dan tinggal dengan sembarang orang daripada tinggal dengan ibuku sendiri—begitu yang ingin Lisa katakan. Mendengar ancaman kekanakan itu, Teo berdecak, lalu ia tepuk dahi putrinya. "Anak nakal," katanya.
"Aku sungguhan," Lisa bersikeras. "Aku ingin menikah dengan Jiyong oppa," ucapnya. "Tapi kalau appa memaksaku untuk tinggal bersama eomma, aku rela melepaskan keinginanku dan menikah dengan sembarang orang, agar tidak perlu tinggal dengan eomma," ancamnya sekali lagi.
"Sebenarnya, apa yang membuatmu sangat membenci eommamu?" tanya Teo kemudian, penasaran karena sepengetahuanya, Ovkin tidak pernah melukai anak-anaknya.
"Aku tidak membencinya," pelan Lisa. "Aku menyayanginya, bagaimana pun dia ibuku dan dia merawatku dengan baik. Tapi... Appa akan kesepian kalau aku tinggal bersamanya. Kalian hanya punya dua anak, kalau aku juga ada di pihak eomma, seperti Soohyuk oppa, siapa yang ada di pihakmu? Lagi pula, Soohyuk oppa sudah pernah menghabiskan banyak waktu bersamamu, saat dia kecil. Tapi aku tidak pernah. Appa selalu pergi bertugas saat aku kecil, kita bahkan tidak pernah punya foto keluarga berempat, aku tidak punya foto keluarga," katanya, dengan nada bicara santai khasnya. Nada bicara yang justru sangat menyiksa Teo. Membuatnya tercekik oleh rasa bersalah yang luar biasa.
"Appa bersalah, appa minta maaf," hanya itu yang bisa Teo katakan sekarang. Sebab tidak ada lagi yang bisa ia perbaiki. Yang bisa Teo lakukan, hanya menerima hukumannya—Ovkin membencinya, putra sulungnya menjaga jarak darinya, dan putri bungsunya sengaja tinggal untuk terus mengingatkannya akan rasa bersalah itu.
"Terus lah merasa begitu sampai aku menikah, nanti setelah aku menikah, aku akan sibuk dengan keluargaku sendiri jadi appa tidak perlu merasa begitu lagi," senyum Lisa mengembang, lantas ia peluk ayahnya, menepuk-nepuk punggungnya yang bidang. "Appa... Boleh menikah lagi kalau aku sudah menikah, atau kalau appa punya pacar sekarang, kita bisa menikah bersama, bagaimana? Kedengaranya menyenangkan, kan?" candanya, lagi-lagi membuat Teo berdecak, lalu mengatainya anak nakal sekali lagi.
Sementara itu, di tempat lain Jiyong sedang mendengarkan keluhan sahabatnya. Akhirnya mereka bisa bertemu hari ini, setelah beberapa hari sibuk karena urusan masing-masing. Mereka bertemu untuk minum-minum bersama, dan Soohyuk mulai mengeluhkan perilaku adiknya tidak lama setelah mereka duduk.
"Sudah berapa usianya? Dan dia masih merengek karena perceraian itu?" gerutu Soohyuk, di balkon, di depan kamar Jiyong. "Dia harusnya mengerti, bagaimana sulitnya ibuku bertahan dengan dua anak sendirian!" kesal Soohyuk, dan Jiyong mendengarkannya tanpa berkomentar. Bahkan sebelum ia berkencan dengan Lisa, dirinya sudah biasa berada dalam situasi itu, menjadi pendengar bagi kakak adik ini ketika mereka bertengkar.
"Dia mengerti," gumam Jiyong.
"Dia mengerti? Bagian mana yang dia mengerti? Kalau dia memang memang mengerti dia harusnya tidak boleh merengek begitu. Hanya karena ibuku seorang ibu, dia tidak boleh mengeluh? Dia harus selalu baik? Dia hanya mengeluh karena itu memang benar-benar sulit. Ibuku juga manusia, dia bisa merasa lelah dan kesulitan. Dia tidak pernah ada di saat ibunya kesulitan, tapi selalu marah ketika ibunya mengeluh? Lalu bilang—aku tidak pernah dilibatkan dikeluarga ini—yang benar saja! Bagaimana kami bisa melibatkannya kalau semua reaksinya menyebalkan begitu? Bahkan saat ibuku mengeluh dia justru memarahinya—jangan hina ayahku—kau sungguh menyukainya? Wanita seperti itu? Dia hanya akan menyulitkanmu," Soohyuk tidak bisa berhenti sekarang.
"Lisa yang kau kenal, dan Lisa yang aku kenal berbeda," balas Jiyong. "Lisa yang kau kenal adalah adikmu, kau oppanya. Lisa yang aku kenal, aku adiknya. Aku yang merengek padanya, seperti dia merengek padamu," santainya. "Tapi, melibatkannya sekarang dalam masalah keluarga kalian, sepertinya sudah terlambat. Selama ini kalian melindunginya—jangan beritahu Lisa, dia akan sedih. Jangan sampai Lisa tahu, dia akan kecewa—selama ini kalian bersikap begitu padanya, kalau sekarang kalian tiba-tiba melibatkannya, dia pasti kebingungan. Ditambah, sudah terlalu lama dia merasa ditinggalkan, membawanya kembali tidak akan semudah kau menyuruhnya datang dan pergi."
"Kau benar-benar menyukainya? Sampai membelanya sekarang?" Soohyuk membulatkan matanya, menatap curiga pada sahabatnya.
"Aku selalu membelanya, bukan begitu?" Jiyong balas keheranan. "Setiap kali kalian bertengkar, aku selalu membelanya. Karena ibumu pasti membelamu dan ayahmu tidak ada di rumah, kau tidak menyadarinya? Kau bahkan tidak menyadari dia menyukaiku, sebenarnya apa yang kalian lakukan di rumah? Kalian benar bersaudara?" heran Jiyong, meski sebenarnya ia pun tahu Soohyuk dan adiknya berhenti tinggal bersama setelah orangtua mereka bercerai.
***
Aku mau menyerah aja nulis fantasi ala ala wkwkwk
Lost & Found sama Life hides in bla bla bla mau di unpub aja hehe mikirinnya bikin badmood, lagi dapet juga sih 🥺🥺

KAMU SEDANG MEMBACA
Post It
Fiksyen Peminat"Apa G Dragon single?" Kwon Jiyong berkata, mengulang pertanyaan dari Eric Nam yang memandu acara talk show hari ini. Ia mengigit bibirnya, dengan alis bertaut. Bukan karena gugup, bukan karena takut, tidak juga sedang mencari-cari alasan untuk meng...