***
Dengan sepatu kets, celana jeans selutut, kaus berlengan pendek dan sebuah cardigan tipis, Lisa melangkah turun dari mobil Jiyong. Rambutnya yang panjang ia gelung sembari menunggu Jiyong keluar dari kursinya. Melalui jendela mobil itu, Lisa bercermin, merapikan poninya di sana. Jiyong menoleh, melihat gadis itu lantas terkekeh karenanya.
Mereka bertemu tatap, dan Lisa tersenyum sembari melambai. Tidak perlu berselang lama, Jiyong keluar, menghampiri Lisa di sisi lain mobilnya. Tangannya terulur, mengacak poni Lisa lantas merangkul bahunya.
"Oh? Apa ini?" tanya Lisa, memperhatikan tangan Jiyong yang melingkar di bahunya. "Oppa berani merangkulku sekarang?" herannya, yang justru membuat Jiyong menoleh, menatapnya bingung.
"Aku tidak pernah merangkulmu?" balas Jiyong.
"Rasanya tidak," geleng Lisa. "Aku jadi gugup," susulnya, kemudian melepaskan rangkulan pria itu. "Aku belum terbiasa," ucapnya, tersenyum melihat pria yang sekarang di sebelahnya.
Mereka melangkah masuk ke dalam sebuah gedung pertokoan. Jiyong akan mengadakan pameran sepatunya di sana. Pria itu datang untuk mengecek lokasi pamerannya. Begitu masuk, beberapa staff menyapa Jiyong. Mereka tersenyum pada Jiyong, menanyakan paginya, lalu melirik gadis di sebelahnya. Tentu ingin tahu siapa yang datang bersama bintang utama mereka hari ini.
"Kau manager baru?" seorang staff bertanya, berbisik pada Lisa yang melihat-lihat persiapan pameran di sana.
Lisa menoleh karena suara itu, Jiyong pun menoleh ke arah si penyanya. Suara staff itu terlalu keras sampai masuk ke telinga Jiyong. "Tidak, dia bukan managerku," kata Jiyong, sebelum Lisa sempat mengatakan sesuatu. "Dia kekasihku, kami berkencan," susulnya, mengejutkan tiga staff yang ada di sekitarnya, juga mengejutkan kekasihnya. "Kau ingin kopi?" tanyanya kemudian, kali ini pada Lisa.
Ada segelas kopi di tangan Jiyong, pemberian dari staff yang menghampirinya tadi. Staff itu hanya punya segelas kopi, untuk bintang mereka. Sama sekali tidak terpikirkan oleh mereka Jiyong akan membawa kekasihnya ke tempat kerja.
"Siapa kekasihmu?" manager Jiyong datang, bersuara menarik perhatian rekan kerjanya. Bersamaan dengan suaranya, Lisa juga Jiyong menoleh ke arahnya.
Lisa melambai, sedang Jiyong hanya melirik Lisa, ingin mengatakan kalau gadis yang ia lirik sekarang adalah kekasihnya. "Oh? Lisa? Bagaimana bisa?" bingungnya setelah melihat Lisa di sana. Setahu manager Jiyong, Lisa baru kembali dari tugasnya kemarin. Dan setahu manager Jiyong juga, Jiyong tinggal dengan seorang wanita di Galleria Foret selama beberapa minggu terakhir ini. Situasi terasa sangat canggung di dalam kepala manager itu.
"Kita bicarakan itu nanti," Jiyong membuka mulutnya, sebab managernya terlihat sangat kebingungan sekarang. "Sekarang, cepat selesaikan urusan di sini," susulnya, lantas mengoper kopinya pada Lisa.
Jiyong bekerja. Meminta beberapa penyesuaian dari dekorasi tempat pamerannya. Meminta beberapa benda dipindahkan, beberapa diganti dan beberapa diubah. Ia mengatakan semua yang ada dalam rencananya. Sedang Lisa, hanya berdiri di sudut yang tidak terlalu ramai. Berusaha keras untuk tidak mengganggu siapapun, tidak menyentuh dan merusak apapun.
Ia menunggu sembari melihat-lihat, ingin menyentuh ini dan itu namun berusaha keras untuk menahan keinginannya. Ia tidak boleh merusak apapun di sana, sebab tatap para staff yang bekerja untuk pameran itu tidak lah menyenangkan. Beberapa menatapnya dari atas sampai ke bawah, beberapa mengulas sebuah senyum terpaksa.
"Dia benar kekasih G Dragon?" bisik seorang staff, seorang yang bertugas merapikan dekorasi. Dengan sebuah kartu pegawai yang dikalungkan ke lehernya, gadis itu berjongkok dengan celana jeansnya, merapikan beberapa pot bunga daisy di sudut ruangan. Dua gadis itu tahu Lisa ada di belakang mereka, beberapa langkah di belakang. Namun keduanya pikir, suara mereka sudah cukup pelan, Lisa tidak akan mendengarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Post It
Fanfiction"Apa G Dragon single?" Kwon Jiyong berkata, mengulang pertanyaan dari Eric Nam yang memandu acara talk show hari ini. Ia mengigit bibirnya, dengan alis bertaut. Bukan karena gugup, bukan karena takut, tidak juga sedang mencari-cari alasan untuk meng...