***
Di barak, Jiyong mendengar cerita itu. "Kalian tahu Mark Lee dari regu tiga?" kata Im Siwan, seorang yang juga berada dalam regu yang sama seperti Jiyong, regu delapan. "Hari ini dia menggoda seorang tentara wanita, lalu ditendang sampai jatuh," ceritanya, sembari melepaskan sepatunya, akan memakai slippernya untuk pergi ke ruang mandi.
"Tentara wanita? Siapa?" tanya Jiyong, yang ranjangnya tepat berada di sebelah ranjang Im Siwan. "Dimana mereka bertemu? Dimana kejadiannya? Kapan?" tanyanya penasaran.
"Wah... Kau benar-benar penasaran?" komentar prajurit lainnya, setelah mendengar semua pertanyaan Jiyong. "Tapi... Itu wajar saja, menyesakkan tinggal di sini dan hanya bertemu pria. Semuanya pria, sama sekali tidak nyaman," komentarnya.
"Katanya mereka sering bertemu di gedung kesehatan," kata Siwan, melanjutkan rumor yang beredar diantara para prajurit. "Katanya tentara wanita itu selalu tersenyum padanya, seolah menyukainya. Tapi saat Mark Lee mendekatinya, dia ditendang. Sepertinya tentara wanita juga suka jual mahal? Apa aku harus berpura-pura sakit? Agar bisa bertemu tentara wanita di divisi kesehatan?" katanya.
"Coba lah," kata seorang prajurit lainnya. "Tapi mendekati wanita biasa saja kau gagal, apa yang membuatmu yakin tentara wanita bisa lebih mudah didekati? Padahal mereka dikelilingi banyak pria-pria kekar di sini," godanya, membuat Siwan berdecak. Di awal perkenalan mereka, Siwan bercerita kalau ia tidak pernah berkencan seumur hidupnya. Bercerita kalau ia selalu lajang sebab wanita-wanita yang disukainya, tidak balas menyukainya.
Rumornya beredar semakin parah, jauh dari kenyataannya. Setiap mulut yang mengulang cerita itu, memberi bumbu-bumbu tambahan pada kisah itu. Bahkan di ruang mandi, Jiyong dengar kalau Mark Lee sudah tidur dengan tentara wanita itu. Hari berganti dan cerita itu jadi semakin liar, sampai Jiyong akhirnya tahu siapa nama tentara wanitanya.
"Aku akhirnya tahu nama tentara wanita itu," kata Siwan, si ekstrover yang bergaul dengan banyak prajurit di regu lain. "Namanya Lalisa Kim, entah dari divisi mana, tapi dia sering ada di gedung kesehatan," katanya kemudian.
Jiyong terdiam di sana. Ia yang biasanya antusias dengan semua rumor di sana, kini tidak berkomentar. Lisa yang ia kenal tidak mungkin melakukannya-nilai Jiyong. "Lalu yang lebih mengejutkan lagi, hanya Mark Lee yang pernah terlibat dengan tentara wanita itu. Katanya dia memang cantik, sangat cantik, tapi keberadaannya seperti hantu. Sebagian orang sering bertemu dengannya dan sebagian lainnya tidak pernah melihatnya, bahkan tidak tahu kalau ia ada. Katanya dia tinggal di barak ini juga, tapi tidak ada yang tahu dimana ruangannya," cerita Siwan.
"Wah... Dia pasti hantu, aku yakin dia hantu," kata pria yang ranjangnya ada di depan ranjang Jiyong. "Ada seorang wanita di barak ini, tidak mungkin kita tidak pernah melihatnya, iya kan? Dia pasti hantu. Selalu ada banyak hantu di gedung seperti ini," yakinnya. "Aku pernah dengar, ada cerita seorang tentara wanita yang diperkosa teman-temannya lalu dibunuh, dan hantunya bergentayangan di markas militer. Bahkan saat negara kita masih dijajah dulu, para tawanan perang yang perempuan dihabisi di sini, kematian mereka pasti tidak tenang," cerita seorang mahasiswa yang baru berusia dua puluh tahun itu, Park Jihoon namanya.
"Kau sangat menyukai film horor?" komentar Jiyong, akhirnya bersuara. "Wanita itu ada-"
"Kau pernah bertemu dengannya, hyung? Hantu cantik itu?" potong Jihoon, namun belum sempat Jiyong menjawabnya, suara sirene sudah lebih dulu menginterupsi mereka. Sirene sebagai tanda kalau semua lampu sudah harus dimatikan. "Jadi, kau pernah bertemu dengannya, hyung? Tentara wanita itu bukan cuma mitos? Atau hantu?" ulang Jihoon, kali ini sembari naik ke ranjangnya, sebelum ada atasan yang mengecek kamar mereka. Memastikan semuanya sudah terlelap.
"Kalau libur, carilah foto aktor Lee Soohyuk dan adiknya. Lalisa Kim itu adiknya," kata Jiyong, juga bergerak untuk tidur di ranjangnya.
"Sepupu?"
"Tidak, kandung. Lee hanya nama panggungnya, nama aslinya Kim," kata Jiyong, yang bukan sedang membeberkan rahasia. Informasi itu tersebar bebas di Internet.
Sedang Kwon Jiyong terlelap di dalam baraknya. Lalisa ada di tempat parkir, baru selesai mengemasi barang-barang untuk ia bawa pulang. "Hei hantu cantik," sapa seorang pria, menghampiri Lisa yang tidak mengenakan seragamnya. Jam kerja sudah selesai, orang-orang sudah dipaksa untuk tidur, meski bagi sebagian orang pukul sebelas bukanlah jam tidur mereka. Bagi Kwon Jiyong misalnya, pria itu biasa keluar rumah dipukul sepuluh, namun kini ia dipaksa tidur pukul sebelas.
Lisa menoleh, melihat pria yang menyapanya itu kemudian mendengus. "Sebenarnya siapa yang memulai rumor itu? Menyebalkan sekali," gerutunya, batal membuka pintu mobilnya.
"Banyak sekali rumor tentangmu dikalangan para prajurit baru," adunya. "Letnan Kim sudah tidur dengan Mark Lee, Letnan Kim menyukai Mark Lee, lalu yang paling baru, Letnan Kim itu tidak ada. Dia hantu, korban pemerkosaan yang dibunuh di barak," katanya, membuat dahi Lisa berkerut.
"Dan kalian semua diam saja? Tidak mengatakan apapun? Tidak berusaha membersihkan namaku? Tsk... Tega sekali," keluhnya. "Tapi oppa, bagaimana keadaan Prajurit Kwon?" susulnya, bertanya pada Yang Yoseob, Sersan Mayor yang mengepalai regu delapan. "Dia melakukan tugasnya dengan benar? Dia tidak terlibat masalah apapun kan? Dia teman dekat oppaku, aku jadi mengkhawatirkannya," ceritanya.
"Sejauh ini dia baik," angguk Yang Yoseob. "Dia penurut, tidak mengeluh, meski kelihatan lemah tapi gerakannya cepat, dia juga cepat belajar. Masalahnya hanya satu," katanya.
"Apa?"
"Surat dari fansnya banyak sekali. Sekarang ini ada tiga kotak di kantor. Belum lagi surat-surat yang masih disortir. Bagian administrasi sampai kerja lembur karena surat-suratnya," katanya.
"Separah itu?"
"Lebih parah dari bayanganmu?"
"Apa lagi?"
"Itu hanya surat, belum paket hadiah yang sudah ditolak. Dalam satu hari setidaknya ada lima orang yang bersikeras ingin memberi hadiah untuknya. Bertengkar di kantor administrasi. Lalu saat kunjungan beberapa hari lalu, ada yang berusaha menerobos masuk, mereka pikir keamanan disini lebih payah daripada di rumah G Dragon. Mereka merekam dan memaksa ingin masuk, lalu berlaga dianiaya saat ditahan petugas pintu depan."
"Augh! Kepalaku," keluh Lisa. "Selama dia di sini aku sudah lelah mengurus reporter dan sekarang fansnya juga? Kapan aku bisa pindah rumah kalau begini ceritanya," katanya, yang selanjutnya berpamitan pada Yang Yoseob, mengatakan kalau ia akan pulang ke rumah dinas ayahnya saja. Ia tidak lagi punya tenaga untuk mendekorasi rumah barunya, yang baru berhasil ia sewa beberapa hari lalu.
"Fans yang kali ini, lebih sulit diatasi daripada fans aktor dan idol lain," komentar Yoseob.
"Itu karena aktor dan idol lain tidak wamil di sini. Kebanyakan dari mereka bekerja di pelayanan publik," balas Lisa. "Ah! Dan hati-hati dengan perlakuan khusus, reporter masih semangat mencari berita ke sini," susulnya, sebelum ia benar-benar masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan pria yang juga akan pergi itu.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Post It
Fiksi Penggemar"Apa G Dragon single?" Kwon Jiyong berkata, mengulang pertanyaan dari Eric Nam yang memandu acara talk show hari ini. Ia mengigit bibirnya, dengan alis bertaut. Bukan karena gugup, bukan karena takut, tidak juga sedang mencari-cari alasan untuk meng...