***
Di rumah Soohyuk, Lisa duduk di sebelah kakaknya. Berhadapan dengan sang ibu yang tidak mengatakan apapun. Ibunya tersenyum, memeluknya, berkata kalau ia merindukannya, lantas mengajaknya untuk makan malam. Ibunya yang menyiapkan semua makanan itu, makanan kesukaan Lisa semua tersedia di atas meja.
Sebentar Lisa membeku, tidak menduga reaksi seperti ini dari ibunya. Dulu, ketika sang ayah pulang dari tugasnya, Kim Ovkin akan memasang dinding tinggi di sekitarnya. Semua yang keluar dari mulutnya, saat itu terdengar begitu ketus. Wanita itu marah, pada suaminya yang lebih rutin pergi bertugas ke daerah berbahaya, daripada meneleponnya.
Setiap kali sang ayah kembali dari tugas, meja makan terasa sangat canggung. Sang ibu kesal pada suaminya, sedang sang ayah hanya diam berlaga tidak tahu alasan istrinya kesal. Ketika itu terjadi, Soohyuk akan membawa makanannya ke kamar, sedang Lisa terpaksa menelan makanan yang terasa pahit di sana.
Berada di meja makan bersama Soohyuk juga ibunya, lantas membuat dada Lisa terasa nyeri. Membuatnya mengingat lagi masa kecilnya. Masa kecil yang kelihatannya bahagia, meski nyatanya tidak terlalu menyenangkan.
"Tugasmu sudah selesai atau kau hanya berlibur sebentar lalu kembali lagi ke sana?" tanya sang ibu, di tengah-tengah makan malam mereka.
"Eomma, tanyakan itu nanti," tegur Soohyuk, sebab biasanya, membicarakan pekerjaan Lisa, akan membuat suasana yang sebelumnya hangat berubah jadi canggung.
"Aku dikeluarkan dari regu," Lisa berkata, sembari mentap ibu serta kakaknya bergantian. "Kapten Kim mengeluarkanku dari regunya. Aku akan masuk regu lain, atau kembali jadi pelatih, aku masih memikirkannya. Untuk beberapa hari, aku cuti," susulnya.
"Kau baik-baik saja?" sang ibu bertanya, dan tentu Lisa menganggukan kepalanya. Enggan memberitahu sang ibu kalau ia sakit sekarang.
Lepas menghabiskan makan malamnya, Lisa menawarkan diri untuk mencuci piring. Sang ibu masuk ke dalam kamarnya setelah makan, tanpa memberitahu putra putrinya apa yang akan ia lakukan di sana. Soohyuk pun akan kembali masuk ke dalam kamarnya, ingin beristirahat. Namun sebelum pergi, ia hampiri Lisa di westafel, berdiri di sebelahnya sembari memperbaiki cara Lisa meletakan pisaunya. Memutar pisau yang sebelumnya tajam ke atas agar tidak melukai siapapun. Menyimpan bagian tumpulnya di bagian bawah.
"Kau sungguh menyukai Jiyong?" Soohyuk bertanya dan sang adik menganggukan kepalanya untuk menjawab pertanyaan itu. "Sejak kapan? Saat dia wamil di tempat kerjamu?" Soohyuk bersandar pada meja dapur di sebelah Lisa, menyamping agar ia tetap bisa melihat adiknya yang sibuk mencuci piring. Padahal Lisa tidak perlu melakukannya, karena besok pagi seorang bibi akan datang untuk bersih-bersih.
"Tahun terakhir sekolah menengahku," santai Lisa, sembari menunjuk sebuah kain di dekat Soohyuk, menyuruh pria itu untuk mengelap piring-piring basah yang sudah dicucinya.
"Kapan?" Soohyuk bertanya sekali lagi. Bukan karena ia tidak mendengarnya, namun karena ia terkejut mendengar jawaban itu. "Kelas dua belas? Kau menyukainya sejak kelas dua belas?!" ulang Soohyuk, terkejut, tidak mempercayainya.
Lisa menoleh, menatap wajah kakaknya sembari menaikan alisnya—kenapa oppa terkejut?—begitu yang ia katakan lewat tatapan dan raut wajahnya. Soohyuk tidak mengatakan apapun, ia memiringkan kepalanya, mencoba mengingat-ingat bagaimana hubungan adiknya dengan sahabatnya saat itu. Seingat Soohyuk mereka hampir tidak pernah bertemu saat itu, sebab Jiyong sibuk di agensinya, sedang Lisa ada di rumah dan ia sendiri sibuk dengan karir modelingnya.
Soohyuk tidak pernah tahu kalau Lisa menyukai Jiyong. Sampai tadi siang Lisa mengatakannya sendiri, Soohyuk tidak tahu. "Kau menyukainya sejak saat itu? Saat itu mungkin kau hanya mengidolakannya, seperti fansnya-"
"Jiyong oppa belum debut waktu itu," potong Lisa, membuat Soohyuk semakin kebingungan. Bagaimana bisa ia tidak tahu adiknya menyukai sahabatnya? Selama ini?
"Apa diam-diam kalian menghabiskan waktu berdua tanpa sepengetahuanku?" tanya Soohyuk sekali lagi. "Bagaimana bisa aku tidak tahu kalau kau menyukainya?" susulnya penasaran.
"Tidak," geleng Lisa. "Aku tidak pernah menyembunyikan apapun darimu. Kenapa oppa tidak tahu? Jiyong oppa tidak bilang padamu kalau aku beberapa kali mengajaknya berkencan tapi dia menolak?" ia jawab pertanyaan kakaknya dengan pertanyaan lainnya.
"Berapa kali kau ditolak?"
"Uhm... Tiga? Atau empat? Kalau hari ini dihitung juga, berarti empat," jawabnya. "Jiyong oppa tidak bilang? Kenapa? Aku pikir kalian dekat," susulnya.
"Dia menolakmu karenaku? Karena kau adikku?"
"Tidak," Lisa menggeleng. "Pertama karena dia menganggapku anak-anak, adiknya. Lalu kedua karena dia menyukai wanita lain. Yang ketiga dia hanya tidak menyukaiku. Yang keempat, tadi, karena dia bilang dia tidak keren. Aku rasa, setelah tinggal di kamp militer, dia jadi sedikit aneh. Bagaimana menggambarkannya? Seperti seorang yang sedang pubertas? Dia kesal karena hal-hal yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Ahh... Seseorang juga bisa marah karena hal seperti ini?—begitu," ceritanya.
"Kepalaku jadi sakit," gumam Soohyuk. Ia pijat pelipisnya, lantas melangkah meninggalkan dapur dengan sebuah pertanyaan besar dibenaknya—kenapa aku tidak tahu kalau Lisa menyukai Jiyong?
Tiba di kamar tidurnya, Soohyuk mendekat pada handphonenya. Sebuah pesan masuk ketika ia makan malam tadi. Dicabutnya kabel yang mengisi daya handphonenya, lantas ia buka pesan masuknya—dari Jiyong—kenapa aku jadi seperti ini?—dan hanya itu isi pesannya. Soohyuk mendengus membacanya, lantas ia tinggalkan lagi handphonenya. Pergi mandi, sebelum ia hampiri lagi adiknya, namun Lisa sudah tidak lagi berada di dapur ketika ia kembali. Hanya ibunya yang ada di sana, menatap pada bak cuci piring.
"Eomma," Soohyuk menghampirinya, namun sang ibu tidak menanggapinya. Tetap ia tatap bak cuci piringnya, sampai bahunya di sentuh oleh sang putra. "Ada apa?" Soohyuk bertanya, setelah ia dapatkan perhatian ibunya.
"Adikmu sepertinya sakit, dia menangis," begitu yang sang ibu katakan.
"Oh..." Soohyuk menggumam dengan santai, lantas melihat sekeliling, mencari dimana adiknya. "Dia sakit hati, patah hati, karena pria yang disukainya menolaknya hari ini," katanya, masih sembari memutar bola matanya, masih mencari Lisa.
"Sungguh? Dia tidak sakit?" tanya sang ibu dan Soohyuk mengangguk.
"Ini hari yang buruk untuknya, ditolak tepat setelah ia dikeluarkan dari regu, aku akan bicara padanya," kata Soohyuk.
"Baiklah," sang ibu mengangguk. "Pintu kamar mandimu rusak lagi? Kenapa kau membanting pintunya sekeras itu? Cepat suruh seseorang memperbaikinya," susulnya, mengomentari pintu geser yang ada di kamar putranya.
Selanjutnya, Soohyuk mengetuk pintu kamar tamu, tempat Lisa menginap. Sepanjang hidupnya, ini kali pertama Lisa menginap di rumah ibu dan kakaknya. Karena selama ini, meski malam sudah larut, ia tetap mengemudi pulang, ke rumah ayahnya. Dua kali Soohyuk mengetuk pintu kamar itu, namun Lisa tidak membukakan pintunya. Ia buka pintu kamarnya, namun tidak ada adiknya di dalam. Dari kamar mandi, hanya Soohyuk dengar suara keran air yang menyala, Lisa berada di sana. Tengah membersihkan dirinya atau menyamarkan suara tangisnya dengan suara air.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Post It
Fiksi Penggemar"Apa G Dragon single?" Kwon Jiyong berkata, mengulang pertanyaan dari Eric Nam yang memandu acara talk show hari ini. Ia mengigit bibirnya, dengan alis bertaut. Bukan karena gugup, bukan karena takut, tidak juga sedang mencari-cari alasan untuk meng...