***
Di mobil, Soohyuk kembali mengemudi. Jiyong kembali duduk di sebelahnya, sedang Lisa duduk di kursi belakang, di sebelah ranselnya sendiri. Lisa meminta Soohyuk untuk mengajaknya ke restoran tteokbokki namun kedua pria itu punya urusan di agensi. Jiyong perlu mengecek beberapa hal, dan Soohyuk juga perlu mengambil beberapa pakaian yang dikirim ke sana.
Soohyuk akan membawa Lisa ke agensi, lalu berjanji akan membelikan tteokbokki di sana, pesan antar. Lisa tidak keberatan, ia duduk dengan tenang di tempatnya, melihat ke sekeliling jalan yang mereka lalui. "Bagaimana keadaanmu? Kau baik-baik saja kan? Tidak sakit?" tanya Soohyuk, sembari mengemudi keluar dari bandara.
"Hm... Aku tidak sakit," kata Lisa. "Tugasku hanya menjaga para relawan, tidak terjadi banyak hal di sana," bohongnya, sebab tahu kakaknya tidak ingin mendengar cerita-cerita mengerikan di sana. "Eomma... bagaimana keadaan mereka?" tanyanya kemudian.
"Dia terus mengkhawatirkanmu," kata Soohyuk. "Tidak semarah saat pertama kali kau pergi, dan dia ingin kau menginap di rumah malam ini. Appa sudah memberi izin," susulnya.
"Appa meneleponmu?" Lisa bertanya, sembari menatap pada Soohyuk, begitu juga Jiyong yang tidak diajak bicara. Jiyong hanya jadi pendengar di sana, dan ia tidak keberatan. Meski sebenarnya ia merasa sedikit gugup karena takut salah bicara.
"Hm... Kau meneleponnya sebelum meneleponku. Setelah kau menelepon, dia meneleponku, dia memintaku menjemputmu di bandara karena sekarang dia ada di perbatasan. Sepertinya dia akan diangkat jadi menteri pertahanan atau apalah itu," cerita Soohyuk. "Apa sekarang appa punya kekasih?" susulnya kemudian.
"Mana aku tahu? Oppa yang tinggal di dekatnya," kata Lisa. "Tidak, oppa juga tidak sering menghubunginya, iya kan? Kasihan appa, pasti kesepian selama aku pergi," oceh Lisa. "Oh! Dan Jiyong oppa, bagaimana keadaanmu? Orangtuamu? Dami eonni? Semuanya baik?" tanya Lisa, membuat Jiyong hampir mengumpat karenanya.
Lisa bisa saja diam dan melanjutkan aktingnya. Lisa bisa saja melanjutkan kebohongan itu tanpa melibatkannya. Jiyong heran kenapa gadis itu perlu melibatkannya? Kenapa Lisa perlu menanyakan sesuatu yang sudah diketahuinya? Kalau sampai Soohyuk tahu tentang semua kebohongan ini, pria itu tidak akan diam saja.
"Hm... Semuanya baik," Jiyong berkata. Menjawab pertanyaan itu sesingkat yang ia bisa.
Tiba di agensi, keadaan di sana cukup ramai. Banyak fans berkumpul sebab beberapa member Treasure baru saja tiba di agensi. Entah apa yang akan mereka lakukan di sana, namun melihat keramaian itu membuat Lisa jadi sedikit gugup. Para remaja yang berdesakan demi bisa mengambil gambar member Treasure, membuatnya teringat pada anak-anak di pengungsian, yang bergerombol menginginkan beberapa kepal kentang.
Sebelum keluar dari mobil, Lisa menghela nafasnya. Lalu mobil lain yang ingin melintasi jalan di depan gedung itu membunyikan klaksonnya. Mobil itu hanya ingin lewat, hanya ingin anak-anak di depan agensi berhenti menghalangi jalan. Suara klaksonnya pun tidak lah seberapa keras. Suara itu bukan masalah bagi semua orang di sana, kecuali Lisa yang langsung gemetar karenanya.
"Ini hanya suara klakson, suaranya bahkan tidak mirip," dalam hatinya Lisa terus meyakinkan dirinya sendiri kalau suara keras itu tidak datang dari bom. Ia remas pegangan pintunya, sedang Soohyuk dan Jiyong lebih dulu keluar dari mobil yang telah terparkir sempurna.
"Pintunya tidak bisa dibuka?" Jiyong bertanya sebelum menutup pintu mobilnya. Tidak, Jiyong tahu pintunya tidak rusak. Dan Jiyong pun tahu kalau Lisa gemetar sekarang. "Akhir-akhir ini mobil ini terus saja bermasalah," susulnya, mengeluh lantas membantu Lisa membukakan pintu itu dari luar. Soohyuk sempat menoleh, namun tidak seberapa peduli pada pintu mobil temannya.
Tanpa tahu kalau Lisa sedang berjuang keras menahan dirinya—agar tidak menangis ketakutan, agar tidak terlihat sakit—Soohyuk melangkah lebih dulu masuk ke dalam agensi. "Lisa-ya, bawakan rokokku yang ada di pintu. Aku harus segera naik sekarang. Tunggu aku di cafetaria, oke? Aku akan ke sana setelah urusanku selesai," pamitnya, yang sudah beberapa kali ditelepon managernya.
Sebelah tangan Jiyong meraih rokok yang Soohyuk bicarakan, lantas ia berikan rokok itu pada Lisa. Tangannya menggenggam tangan Lisa, dengan hati-hati memaksa Lisa untuk menggenggam kotak rokok dan pematiknya itu. "Tidak apa-apa," kata Jiyong, pelan namun cukup untuk Lisa dengar.
"Tidak apa-apa," Lisa mengulang ucapan Jiyong, kemudian menganggukan kepalanya, mengulurkan kakinya untuk keluar dari mobil dan melangkah masuk ke dalam agensi setelah Jiyong menutup pintu mobilnya. Beberapa penggemar berseru melihat mereka, namun tidak Jiyong pedulikan orang-orang itu. Di sebelah Lisa, Jiyong melangkah masuk ke dalam agensinya, dengan tangan yang ia letakan di punggung Lisa, memandu gadis itu untuk terus berjalan tanpa menoleh ke arah penggemar yang sibuk memotret.
Di dalam lift, Jiyong memperhatikan Lisa yang bersandar di sudut. Kotak rokok di tangan gadis itu remuk, tidak hanya digenggam tapi juga diremas. "Lisa-ya, tteokbokki apa yang kau inginkan? Rose tteokbokki? Atau yang pedas biasanya?" tanya Jiyong, berlaga seolah ia tidak menyadari perubahan dalam diri gadis itu.
Beberapa detik, Lisa terdiam. Sampai Jiyong menyenggol bahunya, menyadarkannya. "Apa?" Lisa akhirnya menoleh, menatap pada Jiyong di sebelahnya. "Apa yang oppa katakan?" tanyanya kemudian.
"Tteokbokki apa yang kau inginkan? Pedas seperti biasanya? Atau yang lainnya? Kau juga mau odeng?" sekali lagi Jiyong bertanya. Ia jadi sedikit lebih tenang, sebab pelan-pelan Lisa kembali mampu mengendalikan dirinya.
"Tteokbokki biasanya, yang terakhir kali oppa bawa ke rumah," balas Lisa setelah yakin tidak ada Soohyuk di sana.
Jiyong mengangguk, mengatakan kalau ia akan memesan tteokbokki itu untuknya. Lantas, baru saat pintu lift terbuka di lantai lima, Lisa menyadari apa yang sudah dilakukannya. Rokok yang Soohyuk minta, hancur dalam genggamannya. "Oppa," gadis itu bergumam, menunjukan kotak rokok yang sekarang remuk di atas tangannya.
"Tidak apa-apa, beli lagi di minimarket nanti," tenang Jiyong, yang masih sibuk memesan makanan. Diambilnya rokok yang rusak itu, lantas membuangnya ke tempat sampah dalam langkahnya meninggalkan lift, menunju minimarket.
Lisa mengekor, tanpa mengatakan apapun. Selama Jiyong tidak bicara, gadis itu pun tetap diam. Jiyong membelikan adik temannya itu beberapa camilan, lantas meninggalkannya di dalam ruangan kosong yang tidak seberapa besar. Ruang meeting, yang hanya punya sebuah meja dengan enam kursi di dalamnya. "Akan aku beritahu Soohyuk kalau kau menunggu di sini," kata Jiyong setelah ia melihat Lisa duduk di salah satu kursinya. "Tenangkan dirimu di sini, kau bisa berjalan-jalan kalau bosan. Tapi jangan terlalu jauh. Aku akan kembali setelah menyelesaikan urusanku, mungkin sekitar 20 menit. Tteokbokki-nya, akan aku bawakan ke sini nanti," kata Jiyong, memberi pesan sebelum kepergiannya.
Ia anggukan kepalanya setelah mendengar pemberitahuan itu. "Aku lupa membawa earphoneku, boleh pinjam punyamu, oppa?" Lisa bertanya sebelum Jiyong pergi dan tentu saja pria itu memberikan miliknya. Beruntung karena earphone miliknya kebetulan ada di sakunya.
"Tunggu sebentar di sini, kalau sesuatu terjadi, telepon aku, ya?" sekali lagi Jiyong memastikan Lisa bisa memahami ucapannya, memastikan gadis itu tidak akan terluka kalau ia tinggalkan sendirian di sana.
"Hm... Tidak apa-apa, aku akan menunggu di sini, aku ingin tidur sebentar," angguk Lisa, sebelum ia benar-benar ditinggalkan di sana.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Post It
Fanfiction"Apa G Dragon single?" Kwon Jiyong berkata, mengulang pertanyaan dari Eric Nam yang memandu acara talk show hari ini. Ia mengigit bibirnya, dengan alis bertaut. Bukan karena gugup, bukan karena takut, tidak juga sedang mencari-cari alasan untuk meng...