***
Lisa menunggu di mobil, sementara Kwon Jiyong pergi membeli donat. Sembari menunggu, senyumnya terus mengembang. Kwon Jiyong menyukaiku, G Dragon menyukaiku, pria yang aku suka selama belasan tahun, akhirnya menyukaiku—hatinya terus berkata begitu, terus mengulang-ulang kalimat yang sama. Ia menyukainya, sangat menyukainya.
Dua puluh menit Jiyong berada di dalam toko donat itu, dua puluh menit juga Lisa tersenyum sembari memandangi pintu tokonya. Menunggu pria yang disukainya keluar dari sana. Handphonenya bergetar ketika ia menunggu, hanya pesan dari Soohyuk, yang menyuruhnya untuk langsung pulang setelah urusannya dengan Jiyong selesai. Lisa mengabaikan pesan itu. Ia akan pulang nanti malam, setelah yakin kalau Soohyuk sudah ada di rumah.
Akhirnya Jiyong datang, dengan sekotak donat isi enam, dan dua gelas minuman—satu gelas es kopi dan satu gelas jus kiwi. Gelas es kopinya masih penuh, sedang jus kiwinya sudah diminum setengah. Begitu masuk, Jiyong memberikan donat juga gelas-gelas minumannya pada Lisa. Meletakan belanjaannya itu di atas paha Lisa, sementara ia duduk di tempatnya dan akan memasang seat belt-nya.
"Kenapa oppa minum jus?" tanya Lisa, yang dengan santai mengeluarkan gelas-gelas mereka dari tray-nya, lalu meletakannya di ceruk bulat diantara kursi mereka.
"Aku tidak boleh minum jus?" Jiyong balas bertanya, sekali lagi menyesap minumannya, sebelum ia mengemudi pergi dari sana—sebelum seseorang datang dan menilang mobilnya karena berhenti terlalu lama di tepi jalan.
"Aku diberi kopi pahit sementara oppa minum jus? Aku juga mau jusnya. Padahal aku bilang, aku ingin yang manis," kata Lisa, lantas menyesap jus kiwi milik pria di sebelahnya. Jiyong membiarkannya, bertengkar pun tidak akan membuat jusnya kembali utuh. "Apa rencanamu sekarang? Kembali ke agensi?" tanya Lisa, setelah ia merasakan segarnya jus kiwi melewati tenggorokannya. Manis dan dingin. "Oppa masih marah?" Lisa kembali bertanya, sebab Jiyong tidak mengatakan apapun. Bahkan untuk pertanyaannya kali ini, Jiyong tidak juga memberinya jawaban.
Lisa menghela nafasnya. Pria di sebelahnya hanya mengemudi, entah akan pergi ke mana. Ia yang diabaikan, lantas membuka kotak donatnya. Sekali lagi gadis itu bertanya, "oppa ingin donat? Aku suapi?" tanyanya namun lagi-lagi ia diabaikan. "Tidak? Ah... Kau harus fokus menyetir? Baiklah, hati-hati," susulnya, seolah pria di sebelahnya menjawab pertanyaannya.
Ia memakan sendiri donatnya, mengigit donat dengan krim alpukat dan taburan cokelat. Ia nikmati makanan manis itu, sesekali menyesap kopinya sembari menatap ke jalanan di luar. Terus begitu, setidaknya lima belas menit, sampai sepotong donatnya habis dan ia akan mengambil donat keduanya. Kali ini dipilihnya rasa moka, namun belum sampai ia gigit donat itu, Jiyong membuka mulutnya.
"Kau tidak benar-benar menyukaiku, iya kan?" tanya Jiyong, membuat Lisa yang sudah membuka mulutnya, akan mengigit donat keduanya, kembali mengatupkan mulutnya. Merapatkan bibirnya dan meletakkan lagi donat yang sudah ia pegang.
Rasanya seperti sedang dimarahi—nilai Lisa.
"Kenapa oppa berfikir begitu?" tanya Lisa, sembari menutup kembali kotak donatnya, lalu meletakannya di kursi belakang, di sebelah ranselnya. Padahal aku lapar—gerutu gadis itu, tentu saja tanpa suara. Hanya mengeluh dalam hatinya sendiri.
"Menurutmu kenapa?" Jiyong balas bertanya.
"Aku tidak tahu, karena itu aku bertanya," jawab Lisa. "Sejak pertama kali aku mengatakan padamu kalau aku menyukaimu, aku tidak pernah berkencan dengan orang lain. Apa yang terjadi saat aku pergi bertugas... Aku ingin bilang kalau itu kecelakaan, tapi itu tidak masuk akal. Ah! Aku membayar seorang pelacur laki-laki untuk memenuhi kebutuhan biologisku, apa tidak bisa dianggap begitu? Aku menyesali malam itu, sungguh... Tidak akan aku ulangi. Tapi meski begitu, saat kejadian itu terjadi, aku tidak berkencan dengan siapapun, aku tidak berkencan denganmu, pria itu juga single, aku tidak melakukan sesuatu yang jahat, iya kan? Oppa tidak bisa menerimanya?" katanya, membicarakan sesuatu yang bahkan tidak ingin Jiyong ingat. Setidaknya saat itu, Jiyong tidak ingat kalau Lisa pernah tidur dengan atasannya.
"Sepertinya picik kalau aku kesal karena itu," kata Jiyong dan lawan bicaranya menganggukan kepalanya. Keduanya tahu, Jiyong beberapa kali berkencan sementara Lisa memilih tetap lajang karenanya. "Tapi aku tetap tidak habis pikir, bagaimana bisa kau melakukannya tanpa berfikir lebih dulu? Kau tidak pernah ikut kelas biologi? Atau setidaknya cari informasi tentang kehamilan sebelum melakukannya," komentarnya kemudian, kalimat yang sudah pernah Lisa dengar sebelumnya, dari pria yang sama.
"Di kelas biologi diajari caranya melakukan itu?" balas Lisa, menoleh pada pria yang tetap mengemudi di sebelahnya. "Tapi, kalau bukan karena itu, kenapa oppa berfikir aku tidak menyukaimu? Padahal aku selalu memberitahumu kalau aku menyukaimu, kenapa oppa tidak mempercayaiku?" susulnya, memilih untuk membicarakan topik lainnya selain kehamilan tiba-tibanya yang juga tiba-tiba batal.
Kwon Jiyong dikelilingi oleh orang-orang yang menyukainya. Wanita maupun pria, para penggemar yang menyukainya berkerumun di sekitarnya. Menunjukan perasaan mereka lewat hadiah-hadiah yang bahkan tidak pernah ia terima, lewat surat-surat. Orang-orang itu tidak pernah membuat Jiyong menunggu, justru mereka lah yang menunggunya.
Beberapa gadis di sekitarnya, yang kebetulan bukan penggemarnya, juga menyukainya. Mereka mengirimi Jiyong pesan, berusaha keras agar Jiyong selalu membalas pesan itu. Berusaha keras agar obrolan mereka berlangsung sepanjang malam. "Kau dekat dengan gadis itu? Bisakah kau tidak terlalu dekat dengannya? Aku tidak nyaman melihatmu dekat-dekat dengannya. Aku harap, kau hanya akan membalas pesanku," beberapa gadis bersikap begitu. Berusaha keras untuk mengikat Jiyong bersamanya, karena mereka menyukainya.
Alih-alih berkata "aku menyukaimu," gadis-gadis yang ingin berkencan dengan Jiyong, justru bersikap seolah mereka sudah berkencan. Tanpa pemberitahuan, mereka memberi G Dragon perhatian yang umumnya dilakukan seorang kekasih. Kemana kau akan pergi? Dengan siapa kau akan pergi? Kapan kau akan pulang? Bisa kita bicara ditelepon malam ini? Bisa kita bertemu malam ini? Apa kau harus pergi dengannya? Aku tidak menyukainya. Aku harap kau tidak terlalu dekat dengannya. Bisakah kau menjaga jarak darinya? Kalian terlalu dekat, orang akan salah paham—sepanjang Lisa mengakui perasaannya, tidak pernah sekalipun ia bersikap begitu, seperti seorang yang menginginkannya, seperti seorang cemburu karena pria yang disukainya dekat dengan wanita lain.
"Ah... Begitu?" gumam Lisa, setelah ia mendengar semua keluhan Jiyong tentangnya.
"Kau bahkan sering melupakan hari ulangtahunku," gumam Jiyong. "Kau sungguh menyukaiku?" susulnya, masih sembari mengemudi.
"Aku tidak pernah melupakan hari ulangtahunmu. Bagaimana bisa lupa? Hari ulangtahunmu dirayakan dimana-mana, bannernya ada dimana-mana. Tapi... Bukannya tidak boleh memberi hadiah pada kekasih orang lain? Coba oppa ingat-ingat lagi, aku pernah memberimu hadiah ulangtahun, saat kau tidak berkencan dengan siapapun. Aku menyukaimu tapi aku tidak ingin merebut kekasih orang lain. Lagi pula oppa tidak menyukaiku waktu itu, tidak ada yang bisa aku lakukan," katanya.
"Kau bisa berusaha membuatku menyukaimu," balas Jiyong namun Lisa tidak segera menjawabnya. Sebentar gadis itu terdiam, memperhatikan wajah pria yang mengemudi di sebelahnya.
"Oppa..." Lisa memanggilnya, membuat Jiyong sedikit menoleh ke arahnya. Hanya sebentar, sebab ada jalanan yang perlu ia perhatikan. "Kenapa oppa mencari-cari kesalahanku? Oppa ingin mencari alasan untuk tidak menyukaiku? Kalau begitu, tidak perlu menyukaiku. Oppa tidak perlu menyukaiku, jadi berhenti mencari-cari alasan," susulnya.
Jiyong menghela nafasnya, lalu bergumam, "kau melakukannya lagi," katanya.
Mendengar helaan nafas itu, Lisa ikut menghela nafasnya. Berusaha keras untuk memahami Jiyong namun tidak sedikit pun ia bisa melakukannya—sebenarnya, apa yang pria ini inginkan dariku? Apa dia hanya ingin membuatku kesal?—heran Lisa, tampa mengatakan apapun. Berharap ia bisa berteriak, bertanya pada Jiyong apa yang sebenarnya pria itu inginkan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Post It
Fanfiction"Apa G Dragon single?" Kwon Jiyong berkata, mengulang pertanyaan dari Eric Nam yang memandu acara talk show hari ini. Ia mengigit bibirnya, dengan alis bertaut. Bukan karena gugup, bukan karena takut, tidak juga sedang mencari-cari alasan untuk meng...