***
Rasanya seperti masuk ke tempat lain. Galleria Foret yang kemarin ia tinggalkan, hari ini terlihat berbeda. Beberapa sudutnya dihias dengan pot tanaman. Tanaman sungguhan, berbentuk seperti talas namun Jiyong tidak tahu persis apa nama tanaman itu. Ada vas dengan bunga di tengah-tengah meja makan. Beberapa sepatu wanita berjajar di lantai, baru saja dikeluarkan dari kotaknya. Beberapa botol pump dan spray juga ada di meja ruang tengah, baru saja selesai diisi dengan sabun dan peralatan mandi lainnya.
Jiyong sudah mengisi lemari es dengan air dan bir kemarin, namun hari ini lemari esnya juga penuh dengan beberapa makanan instan lainnya, juga buah-buahan. "Kau pergi belanja?" tanya Jiyong, yang akhirnya mengeluarkan satu apel dari lemari es untuk ia makan sendiri. Pria itu sempat canggung melihat semua hal baru yang sebenarnya tidak lah seberapa.
"Hm..." Lisa mengangguk. "Aku hanya membeli beberapa yang aku butuhkan. Ingin lihat struknya?" tanya gadis itu, dan kini Jiyong melihat di ruang tengah ada kartu debitnya bersama beberapa struk dan laporan belanja yang di tulis tangan.
Pria itu duduk di sofa, masih sedikit canggung juga kebingungan. Ia raih laporan belanja yang ada di atas meja, lantas membacanya. Lisa mencatat apa saja yang ia beli termasuk harganya dalam selembar laporan itu. Bahkan pembalut, beberapa obat luar dan dua potong roti ikan, Lisa catat di atas kertas itu.
"Kau membeli semua ini dengan uangku?" Jiyong bertanya.
"Hm... Bukankah oppa meninggalkan kartumu di sini untukku?" katanya.
"Bagaimana kau tahu pinnya?"
"Ah iya! Bagaimana oppa bisa meninggalkan kartumu tanpa memberitahuku pinnya? Untung saja aku pintar, pinnya tanggal ulangtahun pacar pertamamu."
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Aku pernah dengar Soohyuk oppa menggerutu... Kalau sudah berkencan, Jiyong itu bodoh sekali, dia memakai tanggal ulangtahun pacar pertamanya sebagai pin kartu ATM-nya. Aku ingat siapa pacar pertamamu, tapi tidak tahu kapan dia ulangtahun."
"Lalu?"
"Tentu saja aku mencarinya di google."
"Tapi handphonemu tidak aktif. Kau memblokir nomor teleponku?"
"Aku tidak bilang aku mencarinya lewat handphone," geleng Lisa, yang kemudian menoleh ke arah TV di sebelah mereka. Mengatakan kalau ia memakai smartTV itu untuk mencari tanggal ulangtahunnya. "Ah! Omong-omong soal handphone, apa oppa punya handphone yang tidak terpakai? Handphonemu atau handphone sponsor yang sudah tidak terpakai? Pinjami aku handphone, aku tidak bisa memakai milikku, ayahku akan langsung tahu aku di sini kalau memakainya," pinta Lisa kemudian.
"Sepertinya aku harus mengganti pinku," komentar Jiyong kemudian.
Pria itu lantas mengeluarkan dompetnya, meminta Lisa untuk mengembalikan kartunya, lantas menukarnya dengan kartu lain. "Pakai yang ini saja, kau bisa belanja lebih banyak, beli handphone juga," katanya, sembari meletakan kartu lain di atas meja—e-money.
"Harusnya dari awal oppa memberiku yang ini," kata Lisa, menerima kartu baru yang Jiyong berikan.
"Sama-sama," balas Jiyong dengan lirikan sinis khasnya.
Lisa mengulas senyumnya. Tersenyum lebar lantas berterima kasih. Selanjutnya mereka makan bersama, di meja makan dengan makanan yang Jiyong pesan lewat handphonenya. "Kau bisa pergi berbelanja?" tanya Jiyong, sembari mengambil sedikit pasta dengan garpunya.
"Dengan uangmu, ya," angguk Lisa.
"Kau bisa keluar rumah sendirian?"
"Apa aku anak kecil?"
"Tidak, maksudku, kau bisa keluar sendirian? Tidak takut? Kalau ada suara yang terlalu keras atau apapun seperti suara di TV kemarin?"
"Ah... Aku sudah berobat tadi," kata Lisa. "Dokternya memberiku obat, jadi aku bisa berbelanja," suaulnya.
"Dimana kau berobat?" tanya Jiyong. "Harusnya kau memberitahuku, aku bisa merekomendasikan seseorang," susulnya.
"Terima kasih, tapi Kapten Kim sudah mengurusnya," kata Lisa. "Dokter yang Kapten Kim kenalkan sudah cukup untukku, oppa tidak perlu khawatir," tenangnya namun Jiyong tidak terlihat nyaman mendengarnya.
"Kapen Kim, Kapten Kim, Kapten Kim, sebenarnya siapa orang itu?" gerutu Jiyong malam itu.
Lisa menatap heran pada pintu di depannya. Kwon Jiyong pergi setelah menyelesaikan makan malamnya. Pria itu pergi dengan dahi berkerut dan raut tidak menyenangkan di wajahnya. Sembari mengikat rambutnya, Lalisa bergumam, "apa aku melakukan kesalahan?" herannya.
Malam ini gadis itu bercermin, menatap pantulan wajahnya lantas mengusap pipinya sendiri. Berharap dengan sedikit usapan itu, wajahnya akan kembali cantik. Lama ia bercermin, terus memandangi wajahnya, mengira-ngira kapan wajahnya akan cukup bersih, cukup cantik untuk pulang ke rumah tanpa membuat siapapun khawatir.
"Bagaimana aku harus menjelaskannya?" bingung Lisa, menatap sendiri pantulan dirinya di dalam cermin. "Appa, aku hamil lalu Kapten Kim menyuruhku kembali- augh! Aku bisa dipukul kalau bilang begitu! Aaa! Lisa! Bagaimana nasibmu sekarang?!" rengeknya, lantas membenturkan dahinya ke atas meja rias itu. Hanya beberapa benturan pelan.
"Apa aku berbohong saja?!" susulnya, tiba-tiba mengangkat kepalanya lalu merasakan sakit luar biasa di punggungnya. Perjalanan laut benar-benar menyiksanya. "Augh! Appa tidak akan percaya aku pulang tanpa masalah apapun," keluhnya sekali lagi, kali ini sembari mengusap-usap punggungnya yang nyeri.
"Bagaimana kalau Jiyong oppa sampai tahu?" keresahan lain mengganggu pikirannya. "Apa yang akan dia katakan kalau aku bilang aku menyukainya tapi aku tidur dengan pria lain sampai hamil? Augh! Lalisa! Kau benar-benar keterlaluan! Gadis gila! Augh! Harusnya kau tidak melakukan apapun! Ada apa denganmu?! Kenapa kau banyak berulah akhir-akhir ini?!" omelnya, jelas pada dirinya sendiri.
Sepanjang malam ia mengomeli dirinya sendiri, sampai akhirnya terlelap dalam keadaan kesal. Keesokan harinya ia tetap di rumah, lusanya ia pun tidak pergi dari rumah. Ia terus tinggal di sana, dan Jiyong tidak berkunjung. Ia terus berada di sana, selama beberapa hari, hingga akhirnya persediaan makanannya pun habis.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/338957235-288-k622701.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Post It
Fiksi Penggemar"Apa G Dragon single?" Kwon Jiyong berkata, mengulang pertanyaan dari Eric Nam yang memandu acara talk show hari ini. Ia mengigit bibirnya, dengan alis bertaut. Bukan karena gugup, bukan karena takut, tidak juga sedang mencari-cari alasan untuk meng...