Bagian II : 32

765 145 6
                                    

***

"Aku rasa aku menyukai seseorang," Jiyong berkata di dalam mobilnya, pada Soohyuk, managernya juga seorang supir yang mengemudikan mobil itu. Dua orang di depan tidak memberikan tanggapan apapun, sedang Soohyuk menoleh dan menaikan alisnya.

"Aku rasa juga begitu," Soohyuk berkata setelah menoleh. "Siapa gadis itu?" tanyanya kemudian. "Gadis yang kau sembunyikan di Galleria foret?" susulnya.

"Aku tidak menyembunyikannya," protes Jiyong, sebab komentar Soohyuk membuatnya terdengar seperti seorang penjahat. Seorang yang menculik wanita, lalu menyembunyikannya di rumah karena terobsesi padanya. "Dan aku tidak suka fakta kalau aku menyukainya," susul Jiyong, sengaha menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Sesekali membenturkan kepalanya di sana, merasa kalau otaknya diguncang, ia jadi bisa berfikir lebih jernih.

"Kenapa?" Soohyuk bertanya sekali lagi. "Biar aku tebak," katanya kemudian. "Gadis itu bukan tipe yang kau suka? Maksudku fisiknya?" kali ini pria itu menebak rasa resah yang temannya rasakan.

"Dia memang bukan tipe idealku, tapi bukan itu alasannya," kata Jiyong. "Dia cantik, visualnya, visual keluarganya A+, mulai dari ayah, ibu sampai saudaranya, semuanya tampan, cantik," susulnya.

"Lalu? Kepribadiannya buruk?"

"Kalau kepribadiannya buruk, apa mungkin aku menyukainya?"

"Keluarganya buruk? Orangtuanya tidak menyukaimu atau kau yang tidak ingin punya hubungan dengan keluarganya?" Soohyuk terus menebak dan Jiyong menggelengkan kepalanya. Ia menoleh pada pria di sebelahnya, lantas menyuruhnya untuk berhenti menebak. Mendengar semua tebakan Soohyuk tidak lah membuat ia merasa lebih baik. "Lalu kenapa kau tidak ingin menyukainya? Dia sudah punya pacar? Punya suami?" Soohyuk terus menebak dan Jiyong terus menggelengkan kepalanya, menyalahkan tebakan itu.

"Berhentilah menebak," sebal Jiyong. "Akan aku beritahu alasannya, jangan menebak lagi," susulnya. "Aku sudah berkali-kali menolaknya," katanya kemudian.

"Kenapa kau tiba-tiba menyukainya? Padahal kau sudah berkali-kali menolaknya?" Soohyuk keheranan sekarang. Menatap bingung pada pria yang sudah lama berteman dengannya. "Sudah berapa lama sejak terakhir kali kau menolaknya?" tanyanya kemudian.

Jiyong enggan menjawabnya, pria itu tetap diam dan untungnya mobil sudah lebih dulu berhenti di tempat tujuan mereka. Di agensi, mobil itu diparkir. Jiyong melangkah turun lebih dulu untuk menghindari pertanyaan sahabatnya, sedang Soohyuk tertahan karena handphonenya berdering. Telepon dari Lisa, masuk ke handphone Soohyuk.

Soohyuk tersenyum melihat nama itu di handphonenya, lantas ia jawab panggilan itu. "Lisa-ya!" serunya begitu ia menggeser telepon hijau di layarnya.

"Oppa, aku pulang hari ini," Lisa berkata, setelah teleponnya di jawab.

"Sungguh?! Kenapa tidak memberitahuku lebih awal? Dimana kau sekarang?"

"Baru saja turun dari pesawat, bisakah kita bertemu? Aku merindukanmu," katanya, pada pria yang tetap duduk di mobil sementara Jiyong sudah menunggunya di luar.

Manager Jiyong keluar dari tempatnya, akan mengajak Jiyong untuk masuk lebih dulu ke dalam gedung. "Adiknya yang menelepon, mungkin akan lama, kita masuk saja," kata manager Jiyong, memberitahu pria itu.

"Adiknya? Lisa?" tanya Jiyong dan managernya menganggukan kepalanya. "Hyung masuk saja," susul Jiyong yang justru kembali masuk ke dalam mobilnya. Ingin mendengar pembicaraan Soohyuk dengan adiknya.

Sayang, pembicaraan Soohyuk dan adiknya tidak berlangsung lama. Tepat setelah Jiyong masuk, panggilan itu berakhir. "Lisa pulang, aku akan menjemputnya di bandara. Aku pinjam mobilmu," kata Soohyuk, yang kemudian berkata pada supir di kursi pengemudi, kalau ia akan menyetir sendiri ke bandara.

Jiyong tidak punya alasan untuk menolak. Meski begitu, dadanya tetap berdegup sangat keras. Perasaan resah memenuhi dirinya. Tidak ia tahu apa yang terjadi di sana, sebab seingatnya, Lisa tidak mengatakan apapun tentang rencananya. Tidak pernah Jiyong duga sebelumnya kalau Lisa akan menelepon Soohyuk dari bandara.

"Bukankah handphone gadis itu rusak?" heran pria itu namun sial, ia tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Rasa heran itu, hanya bisa ia bicarakan di dalam hatinya sendiri. Hal yang bisa dilakukannya, hanya membeku, membisu dan berusaha keras mencari garis singgungnya.

Di tengah kebingungan, Jiyong kembali tersadar—besok lusa seorang yang menyewa Galleria Foret akan datang untuk menempati rumahnya. Pria itu pun kembali tersadar, ketika Soohyuk menegurnya dari kursi pengemudi. "Apa yang kau lakukan di sana? Tidak turun?" tanya Soohyuk, menyadarkan Jiyong dari lamunannya.

"Boleh aku ikut?" Jiyong bertanya, jelas membuat Soohyuk menatap heran padanya. "Aku lupa bagaimana wajah adikmu, boleh aku ikut melihatnya?" susulnya kemudian.

"Adikku tidak pergi selama itu," gumam Soohyuk. "Pindah ke depan kalau kau mau ikut, kau pikir aku supirmu?" susulnya kemudian.

Tanpa keluar dari mobil, Jiyong pindah ke kursi depan. Langsung menginjak jok mobilnya, duduk di sebelah Soohyuk dan harus berusaha keras menahan rasa gugupnya. Dalam perjalanan itu, Jiyong membisu. Menatap keluar jendela, berkali-kali meyakinkan dirinya kalau Lisa tidak akan bersikap ceroboh. Lisa tidak akan berpura-pura tiba di bandara tanpa membuat rencana apapun.

Dalam perjalanan itu juga, Soohyuk sibuk menelepon. Ia mengabari ibunya kalau Lisa pulang dan meminta ibunya untuk menyiapkan sebuah kamar di rumah, untuk Lisa agar gadis itu bisa menginap. Lepas panggilan itu berakhir, Jiyong melirik ke arah Soohyuk, melihat senyum diwajahnya, lantas merasa sedikit bersalah padanya. Jiyong tidak pernah menduga sebelumnya, kalau Soohyuk akan sangat senang ketika mendengar Lisa pulang.

"Kau sesuka itu? Adikmu pulang?" tanya Jiyong dan Soohyuk balas menoleh ke arahnya. Hanya sebentar, karena ia harus mengemudi.

"Mana mungkin tidak? Ibuku terus menanyakannya setiap hari. Apa yang sedang dia lakukan di sana, apa dia terluka, apa dia makan dengan benar, setiap hari ibuku menanyakannya. Tapi kami tidak bisa menghubunginya. Sekarang dia kembali, tentu saja aku senang. Ibuku tidak akan terlalu khawatir lagi, aku juga tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya lagi," senang Soohyuk.

Tiba di bandara, Soohyuk keluar dari mobilnya. Jiyong mengekorinya, melangkah menuju pintu kedatangan, sembari sesekali bertemu tatap dengan beberapa orang yang mengenali mereka. Dilihat dan diperhatikan oleh mereka yang penasaran kenapa G Dragon dan Lee Soohyuk datang ke pintu kedatangan. Penasaran pada siapa yang sedang dua orang itu jemput.

Keduanya melihat sekeliling, lantas menemukan seorang gadis yang duduk di salah satu kursi tunggu. Gadis itu bersandar pada kursinya, menutup wajahnya dengan topi bersama sebuah ransel milter yang besar di sebelahnya. Jiyong tidak ingat Lisa punya ransel itu. Tubuh gadis itu dibalut kemeja biru dengan celana jeans yang juga berwarna biru. Memakai sepatu militer usang yang sudah lama tidak Jiyong lihat.

Soohyuk menghampiri gadis itu. Berdeham untuk memberinya tanda, kalau ia sudah tiba. Perlahan, Lisa melepaskan topinya, menoleh untuk melihat siapa yang berdeham. "Oppa sudah datang," katanya, yang kemudian bangkit, berdiri dan memeluk Soohyuk. "Oh! Oppa yang ini juga datang untuk menjemputku?" susulnya, tersenyum sembari melambai kecil pada Jiyong yang ada di belakang punggung kakaknya.

Soohyuk membalas pelukan Lisa, memeluk erat tubuh kurus gadis itu, kemudian mengusap-usap rambutnya. "Kenapa kau baru kembali? Kami sudah lama menunggumu," kata Soohyuk kemudian, perlahan melepaskan pelukan adiknya.

"Kami? Oppa dan Jiyong oppa?" tanya Lisa, yang kemudian menggeser kakinya, akan memeluk Jiyong juga.

"Hm... Aku juga," Jiyong menggumam pelan, sebentar membalas pelukan Lisa dan langsung melepaskannya lagi. Berharap ia punya kesempatan untuk bertanya tentang rencana Lisa sekarang. "Banyak yang menonton, ayo pergi," susulnya kemudian, sedang sekali lagi Lisa memeluk kakaknya, merangkul pinggang Soohyuk dan bertanya bagaimana kabar pria itu sekarang.

***

Post ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang