PART 22

34K 964 24
                                    

Suara burung berkicau merdu, kelopak mata itu bergerak ke sana-kemari saat cahaya matahari masuk ke dalam kamarnya membuat tidurnya terganggu. Hari ini hari Minggu, siapa yang berani menganggu tidur Minggu paginya?

"Sialan," ucap Zerga lalu membuka matanya saat suara jendela yang di buka. Siapa itu berani sekali?

"Selamat pagi, Tuan muda Zerga? Oh hm, suamiku?" Nania, gadis itu adalah Nania siapa lagi? Siapa lagi kalau bukan Nania istri sahnya.

Zerga mengepalkan tangannya menatap tajam kearah Nania, Nania gadis itu hanya tersenyum tipis sambil melipat kedua tangannya."Berani lo masuk ke kamar gue?" tanya Zerga dengan nada tinggi.

Nania kaget, tapi dia tetap berusaha menampilkan wajah menantangnya seolah-olah tidak takut dengan Zerga. Nyatanya, dia takut. Tetapi, dia tidak boleh terlihat ketakutan di hadapan laki-laki yang berstatus sebagai suaminya itu.

"Kamu masih nanya itu?" Bukannya menjawab pertanyaan dari Zerga, Nania malah bertanya kembali.

"Sialan," desis Zerga bangkit dari duduknya menatap kearah Nania tajam sambil mencekal lengannya kuat.

Tidak ada yang berani masuk ke kamarnya tanpa perintah dari Zerga, sekalipun itu adalah ibunya.

"Sialan, lo nantang gue?" tanya Zerga sambil menaikkan alisnya sebelah.

Zerga semakin mencengkram erat lengan Nania, membuat gadis meringis.

"Lepas!" ucap Nania.

Zerga terkekeh."Baru gue gertak kaya gini aja minta lepas," ucap Zerga lalu menghempaskan lengan Nania membuat Nania hampir saja terjatuh.

Zerga menatap datar Nania."Lo di sini cuma numpang, gue yang jadi rajanya dan lo cuma babu yang gak pernah harapkan kehadirannya." ucap Zerga.

"Iya rajanya emang kamu, raja bengis, biadab, gak punya hati, gak punya sopan santun, iblis, setan, bajingan, dan gila!" ucap Nania lalu menendang tulang kering milik Zerga membuka laki-laki merintih menatap tajam kearah Nania.

"Kamu pikir aku bakal takut sama kamu, enggak! Sampai kapanpun aku gak akan pernah takut dan tunduk sama kamu!" ucap Nania lalu pergi meninggalkan kamar Zerga.

Zerga menatap punggung kecil itu dengan tajam, berani sekali dia.

"Jadi lo mulai perang ini? Oke, akan gue ikuti dan lihat siapa yang akan menjadi pemenangnya." ucap Zerga menyeringai.

•••

"Arenza dari mana saja kamu? Kenapa semalam kamu tidak pulang ke rumah? Bunda sangat khawatir sama kamu, Nak." ucap Naia menatap Arenza khawatir.

"Maaf Bunda, kemarin Arenza di apartemen." ucap Arenza mengecup pipi kanan Naia.

Naia begitu sangat kesepian tadi malam, Inara dia menginap di rumah sahabatnya, Naia paham apa yang di rasakan putrinya itu jadi dia mengizinkan Inara untuk menginap di rumah sahabatnya yang bernama Nagina.

Suaminya? Galuh, pria itu malah menyibukkan dengan pekerjaan di kantor. Sedangkan putra sulungnya datang ke acara pernikahan Nania. Naia semakin kesepian dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir, keluarganya hancur. Bahkan sebelumnya tidak pernah terbayang dalam pikirannya bahwa keluarganya akan sehancur ini.

"Bunda, maafin Nania. Arenza tahu Nania salah, tapi bukankah semua orang juga punya letak kesalahan? Lagipula, itu kecelakaan sebenarnya ini salah Arenza." jelas Arenza.

"Kamu tidak perlu menyalahkan diri kamu sendiri Renza, Bunda tidak suka." balas Naia mengusap lembut pipi Arenza.

"Bunda, ayok, ayok ajak Nania ke rumah ini lagi. Renza gak yakin dengan Zerga bisa menjaga Nania, Bunda. Renza gak Nania hancur." lirih Arenza.

Z E R G A || Dangerous Husband √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang