PART 41

38.8K 1.4K 54
                                    

"Bunda..." Suara lembut begitu mendayu candu itu terdengar, Naia membuka matanya tatkala suara yang ia kenali terdengar jelas di telinganya. Zerga berdiam diri di belakang Nania, laki-laki itu nampak bersandar di dinding dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Sorot matanya begitu dingin menyorot Galuh yang tengah terbaring lemah tak berdaya. Zerga tersenyum kecut, bagaimana bisa orang kolot di hadapannya ini tidak percaya dengan apa yang dikatakan anaknya?

"Ngapain kamu ke sini?" Naia bangkit dari duduknya, nada bicaranya sangat tinggi tetapi sorot mata itu terlihat kerinduan yang sangat mendalam. Bahkan kini, mata indah persis seperti mata indah Nania berair siap menumpahkan air matanya.

"Bunda, jangan usir Nania. Nania pengen lihat Ayah." Wajah polos cantik Nania membuat Naia rindu akan kehadiran sosok anak bungsunya. Tetapi jujur saja, di saat yang bersamaan Naia begitu benci melihat wajah anak yang dia lahirkan. Naia tak paham, dia bingung, dia tak tahu apa yang harus dia lakukan.

"Pergi kamu dari sini! Sudah saya bilang jangan temui keluarga saya lagi! Kita tidak punya hubungan apapun!" ucap Naia menatap tajam ke arah Nania, tapi sorot mata itu menurut Nania sangat kosong, dia rindu ibunya, dia rindu semua kenangan yang Nania pikir apa mungkin kenangan indah itu bisa terjadi lagi? Rasanya begitu sulit dan sangat memuakkan. Nania benci seperti ini, Nania tak suka.

"PERGI KAMU!" teriak Naia sangat keras, bahkan Arenza yang baru sampai di rumah sakit pun langsung bergegas menuju ruang rawat ayahnya saat melihat mobil yang ia kenali terparkir rapi di depan rumah sakit.

"Bunda," Arenza langsung saja memeluk Naia mengunci pergerakan tangan ibunya saat tiba-tiba saja tangan mulus itu akan membawa sebuah gelas di samping nakas.

"Suruh dia pergi Kak, Bunda gak mau lihat wajahnya lagi." ucap Naia lirih sambil memeluk putra sulungnya, Arenza bingung tapi dia harus menentukan pilihan. Air mata Nania pun tak luput berjatuhan, Zerga laki-laki itu memegang tangan gadis itu dengan erat, dia sangat emosi. Jika saja gelas tadi mengenai Nania seujung kuku pun akan Zerga pastikan semua fasilitas yang digunakan Galuh akan ditarik tanpa perduli jika Nania harus memohon bahkan menangis darah. Zerga egois? Ya, laki-laki keturunan Armagan itu sangat egois. Tak perduli jika itu adalah ayah mertuanya.

"Nan, Kakak mohon." Dengan berat hati, kalimat yang tidak ingin Arenza ucapakan kini terucap. Arenza menatap sendu ke arah Nania, Nania tersenyum menghapus air matanya lalu mengangguk.

"Bunda jangan sampai telat makan ya? Kakak juga, nanti kasih tahu Nania kalau Ayah udah bangun. Bunda maafin Nania, maafin Nania, maaf, maaf, maaf. Nania salah, Nania memang pantas untuk mendapatkan kebahagiaan. Tapi Nania mohon jangan hukum Nania kaya gini, Bunda. Bunda, Nania kangen banget sama masakan Bunda kangen, kangen banget." Suara itu terjeda, nampak Nania yang mengembuskan napasnya panjang sambil memegang erat tangan Zerga.

Naia masih terdiam di posisinya, suara lirih putrinya sangat terdengar jelas. Bahkan Naia berpikir apakah Galuh mendengar suara lembut milik Nania yang teramat sangat merindukan sosok orang tua dalam hidupnya? Nania hanyalah seorang gadis berusia 16 tahun yang beberapa bulan lagi akan berusia 17 tahun. Harus menanggung resiko yang tak pernah terbesit dalam pikirannya akan berakhir seperti ini.

"Tolong sampaikan berjuta kali maaf dari Nania untuk Ayah." ucap Nania, air matanya mengalir tapi langsung saja ia hapus. Tersenyum manis dengan paksa dengan air mata yang terus tak henti-hentinya mengalir.

"Jangan pernah ke sini lagi. Saya muak lihat wajah kamu." Suara parau milik Naia berhasil membuat hati Nania hancur, apa semuanya sudah benar-benar hancur? Bahkan sebelum Nania menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Apa semua itu tidak berati sama sekali? Nania lupa, bahkan sedari dulu untaian kata yang keluar dari bibirnya tak pernah berati bagi siapapun.

Z E R G A || Dangerous Husband √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang