"Mas! Jangan tinggalkan aku Mas!" teriak Naia di dalam ruangan Galuh, Inara gadis itu diam membeku tatapannya jatuh pada ayahnya yang tengah kejang-kejang. Arenza berusaha tidak kalut, laki-laki itu menekan tombol yang berada di dekat sang ayah.
"Mas! Bangun Mas." ucap Naia.l semakin melirih di akhir kalimat.
Helia yang datang bersama Bi Radha pun sangat terkejut melihat majikannya. Helia memilih untuk keluar, matanya dengan lincah melirik ke sana kemari untuk memastikan tidak ada siapa-siapa.
Tangganya dengan lincah mengetik nomor seseorang yang sudah ia tuliskan dari Hp Bi Radha. Sambungan pertama tidak ada jawaban itu membuat Helia sangat kesal.
"Angkat dong, Nania."
Untuk yang kedua kalinya panggilan telepon diangkat.
"Hallo, Non. Ini bersama Nona Nania?" Helia yakin bahwa ini adalah nomor Nania, tapi dia tidak mendengar jawaban dari sana.
"Non, Bapak Non. Bapak sudah tiada." lanjutnya tak ingin berbasa-basi lebih jauh.
"Helia, apa yang sedang kamu lakukan?"
Tut... Tut...
Suara Bi Radha membuat Helia langsung mematikan panggilan telepon tersebut.
"Dengan siapa kamu menelpon?" tanya Bi Radha.
"Keluarga saya di kampung, katanya kapan pulang." ucap Helia membuat Bi Radha hanya mengangguk.
"Bagaimana keadaan Bapak?" tanya Helia.
"Kritis, tidak ada perkembangan."
Helia hanya tersenyum tipis, padahal lebih baik jika majikannya itu meninggal. Helia sengaja memberi tahu Nania supaya gadis itu
kemari dan akan terjadi kekacauan.Di sisi lain, tnpa pikir panjang, Nania langsung berlari keluar dari kamarnya dengan menggenggam erat ponselnya. Nania berlari disepanjang lorong bahkan di atas tangga, gadis itu terus saja berlari tanpa memperhatikan langkahnya yang bisa saja membuatnya terjatuh. Air mata sudah bercucuran sedari tadi.
"Ayah." Kata itu keluar dari belah bibir Nania yang kini bergetar.
Suara lari di atas tangga membuat Zerga yang tengah berbicara nampak serius di ruang tamu sama-sama menoleh kearah tangga. Bisa mereka melihat Nania yang menangis dan berlari saat ini.
Zerga berjalan kearah Nania saat sudah berada di lantai bawah, Zerga lantas langsung menarik tangan Nania. Luka yang ditorehkan oleh Zerga tadi siang di tangan Nania bahkan tidak berasa sekarang.
"L--lepas, aku mohon." Suara lirih itu entah kenapa membuat Zerga sedikit sakit. Sedikit. Yang menurut pepatah sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit, tapi entah. Terlebih lagi Zerga yang mempunyai hati batu. Tapi tidak ada yang tidak mungkin.
"Masuk ke kamar lo." ucap mutlak Zerga menatap datar kearah Nania.
"Lepasin aku Zerga!" ucap Nania sedikit menaikan nada bicaranya.
Zerga terkekeh sinis, wajah itu sangat datar tanpa ekspresi."Gue gak suka mengulangi kata-kata gue, jadi turuti sebelum gue habis kesabaran!" ucap Zerga sambil sedikit mendorong tubuh Nania.
"Aku mau pergi, terserah kamu mau ngomong apa. Aku gak perduli." ucap Nania lalu pergi tapi lagi-lagi Zerga mengejarnya dan berhasil menarik tangan Nania membuat gadis itu menatap kesal kearah Zerga.
"Please, Ga. Aku mau pergi, aku mau ketemu Ayah." ucap Nania menatap permohonan kearah Zerga.
"Udah berapa kali gue bilang, lo gak usah ketemu sama keluarga lo lagi!" ucap Zerga lalu laki-laki itu menyunggingkan bibirnya."Ralat, mantan keluarga." lanjutnya berhasil membuat Nania semakin dibuat sakit hati, tidak ada yang namanya mantan keluarga dalam kehidupan Nania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Z E R G A || Dangerous Husband √
Ficção AdolescenteWARNING!!! BANYAK KATAK-KATA KASAR, FRONTAL JANGAN DI TIRU DAN BEBERAPA ADEGAN DEWASA, MOHON BIJAK DALAM MEMBACA YA!!! "I'm sorry, please comeback to me." Instagram:_dinniy