PART 34

38.6K 1.1K 65
                                    

Tepat pukul 07.00 pagi, Zerga sudah sampai di sekolahnya. Batara, Jarrel, dan juga Hema yang baru saja memarkirkan motornya sama-sama menoleh ke arah gerbang saat mendengar suara mobil yang mereka kenali memasuki area parkiran.

"Waras 'kan dia?" Hema berucap membuat Jarrel menggelengkan kepalanya menatap melongo kearah Zerga yang baru sampai di sekolah. Biasanya laki-laki yang akan menjadi ayah itu datang ke sekolah selalu saja kesiangan atau 25 menit lebih lambat dari pukul 07.15 pukul 07.15 adalah waktu ditutupnya gerbang dan semua siswa-siswi yang lebih dari waktu yang ditetapkan akan mendapatkan sanksi tak terkecuali Zerga.

Terkesan tidak adil, tapi ini hidup.

Zerga berjalan kearah ketiga sahabatnya dengan wajah datar tanpa ekspresi, tiba-tiba suara Arum membuat kaki panjang itu berhenti melangkah.

"NANIA!" teriak Arum, membuat Zerga lantas langsung menoleh kearah gerbang sekolah. Dia bisa melihat Nania yang memasuki area sekolah memakai baju sekolah berlapis jaket warna broken white. Nania menatapnya dengan senyum menyunggingkan ke atas lalu melambaikan tangannya ke arah Arum dan Bintari. Melihat ekspresi yang ditunjukkan Nania membuat Zerga merasa tertantang untuk menaklukkan gadis itu. Zerga langsung saja melanjutkan langkahnya untuk menemui sahabatnya.

Nania benar-benar tidak takut padanya.

Nania dan kedua sahabatnya berpelukan tanpa memperdulikan tatapan orang lain kepada mereka.

"Lo gak papa 'kan?" tanya Arum membuat Nania menggelengkan kepalanya."Muka lo pucet banget, Nan." ucap Arum, Nania menggelengkan kepalanya mengindahkan ucapan Arum.

"Padahal kalau lo lagi sakit, gak usah sekolah Nan." ucap Bintari.

"Hari ini ada ulangan harian biologi, kalian juga tahu 'kan Miss Bella? Beliau gak akan kasih ulangan susulan." ucap Nania membuat kedua sahabatnya hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, karena memang itu faktanya.

•••

"Bund, makan dulu ya?" ucap Arenza melihat ibunya yang masih saja berdiam diri di samping brankar ayahnya, Galuh. Mata itu nampak berkantung dan lingkaran warna hitam tampak begitu jelas.

Kini Arenza nampak membujuk sang ibu untuk makan, pasalnya dari kemarin ibunya belum memakan apa-apa.

"Bunda, Bunda jangan sampai sakit. Kalau Bunda sakit Ayah juga bakal sedih." ucap Arenza.

Naia menoleh menatap sang putra sulung."Kak, Bunda gak lapar." ucap Naia tanpa menoleh sedikit pun kearah Arenza, wanita berusia 43 tahun itu masih setia menatap wajah sang suami.

Arenza menyimpan sarapan sang ibu di atas meja yang ada di dalam ruangan Galuh, sang ayah. Laki-laki menatap sendu sang ibu, kini hanya dia dan ibunya yang berada di rumah sakit menunggu sang ayah. Inara pergi ke sekolah, kata gadis itu adalah ulangan biografi hari ini.

Arenza tentu saja mengizinkan lagipula, di sini masih ada dirinya. Arenza sedang tidak ada kelas untuk hari ini.

Arenza duduk di kursi, pikirannya berkelana tentang Nania. Kejadian kemarin sungguh membuat hatinya teriris, bagaimana Zerga menarik adiknya sampai gadis itu kesakitan. Arenza belum pernah melihat Nania setidak nyaman itu.

Arenza tersenyum kecut, jauh dari lubuk hatinya dia menertawakan dirinya sendiri. Ini semua terjadi karena dirinya. Jika saja malam itu Arenza tidak menyuruh Nania masuk ke dalam club' mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini.

Iya, semuanya hanya tentang berandai-andai.

Waktu tidak akan pernah bisa berputar bahkan satu detik yang lalu, waktu akan terus berjalan sebagaimana mestinya.

Z E R G A || Dangerous Husband √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang