PART 3

57.6K 1.4K 14
                                    

Menjelang sore hari ketika semua maid, Nania, Inara, dan Arenza sibuk menyiapkan dan menyambut kedatangan Galuh dan Naia. Ayah dan ibu mereka.

"Nania, lo gak guna banget ya. Liat benerin taplak meja aja lo gak rapi!" ucap Inara menghampiri Nania sambil sengaja menubruk bahu Nania.

"Maaf, kak." lirih Nania merasa bersalah, karena jujur banyak pikirin yang bercabang di kepalanya.

"Lo jadi manusia sekali-kali berguna kek, bukan cuma bisa nyusahin orang aja." Arenza ikut menimpali menatap sinis kearah Nania.

"AYAH SAMA BUNDA PULANG!" Suara teriakan Naia terdengar heboh membuat ketiga orang putrinya menoleh kearah asal suara.

"Bunda!" Inara langsung saja memeluk tubuh Naia, jujur saja Inara juga sangat begitu merindukan ibunya ini.

Arenza memeluk Galuh di ikuti oleh Nania yang sambil mencium tangan ayahnya, Galuh tersenyum lalu mengecup kening putri bungsunya itu.

"Lho, Nania sayang kenapa wajah kamu terlihat sangat pucat sekali Nak?" tanya Naina saat melihat wajah putrinya yang sangat terlihat pucat.

"Nania, gak papa kok Bund. Palingan juga cuma masuk angin doang." Bukan Nania yang menjawab itu, tapi Arenza.

"Iya, Kak Renza bener kok. Nania cuma masuk angin aja jadi Bunda sama Ayah gak perlu khawatir." ucap Nania tersenyum manis.

"Nanti setelah ini, Bunda telepon Tante Rinjani ya buat periksa kamu?" Nania terdiam dengan ucapan Naia, apa dia benar-benar masuk angin? Apa yang harus Nania lakukan?

"Bunda lebay banget sih, lagian Nania juga gak papa makan obat besok juga sembuh." ucap Inara tidak suka dengan ibunya yang selalu saja memberikan perhatian lebih pada Nania.

"Iya, Bund. Nanti juga Nania sembuh ini juga Nania udah agak mendingan." ucap Nania meyakinkan ibunya sambil menampilkan senyum manisnya.

"Bunda, ayo ikut Inara. Inara beli cake kesukaan Bunda lho." ucap Inara sambil memegang tangan Naia dan membawanya ke meja makan.

"Wow, anak Bunda emang pengertian banget." ucap Naia sambil mengusap rambut Inara, Nania tersenyum lebar. Dia sangat senang sekali melihat interaksi keluarganya ini, menurutnya ibu dan ayahnya itu tidak pilih kasih sama sekali mereka sangat berlaku adil pada setiap anaknya tidak ada yang di bandingkan, menurut mereka semua anak punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

•••

Pagi hari yang cerah, Nania turun dari menuju lantai bawah di mana keluarga berada. Inara menatap sinis kearah Nania yang bisa-bisanya telat datang menuju sarapan yang pada akhirnya dia harus menunggu gadis itu turun.

"Lelet banget sih," sinis Inara.

"Inara sayang, kamu tidak boleh seperti itu Nak. Kamu juga tau 'kan kalau Nania lagi tidak enak badan?" Suara lembut dan perkataan milik Naia membuat Inara kesal karena menurutnya ibunya itu selalu saja membela Naina.

"Bunda kenapa sih selalu bela Naina? Aku sebenarnya anak Bunda atau bukan sih?" Perkataan Inara membuat semua orang kaget apalagi dengan nada yang tak biasa dari biasanya.

Inara bangkit dari duduknya.

"Emang ya, Inara itu gak pernah di anggap."

"Cukup, Inara. Duduk kembali, jangan merusak suasana." ucap Galuh tegas.

"Ayah sama Bunda sama aja!" ucap Inara lalu dia pergi keluar tanpa memperdulikan teriakan ayah, ibu, dan Nania.

Z E R G A || Dangerous Husband √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang