"Tar, Ar, bagaimana bisa? Aku gak mau jadi guru private Zerga! Setiap kali aku deket sama dia rasanya tuh emosi!" ucap Nania sambil membasuh wajahnya dengan air lalu menatap dirinya di pantulan cermin yang ada di sana.
Bintari melirik sekelilingnya untung saja toilet sedang kosong saat ini."Nan, mungkin ini cara agar Zerga gak terlalu buat semena-mena sama lo, secara dia 'kan butuh lo buat ngajarin fisika." ucap Bintari.
"Tar, hello? Lo lupa dia siapa? Dia Zerga! It's so easy kalau masalah uang, dia bahkan bisa ngundang sepuluh orang private teacher ke rumahnya!" ucap Arum menggebu-gebu.
Bintari menggaruk tengkuknya."I-ya, juga sih. Tapi 'kan Mrs Lucy maunya Nania." ucap Bintari.
Arum memutar bola matanya malas."Lo kaya gak tahu Zerga aja, dia gak perduli tentang masalah itu. He is dangerous boy!" ucap Arum.
Nania menghela napasnya panjang, Nania merasa kalau akhir-akhir ini takdir selalu mempersatukan mereka di saat seperti ini, padahal waktu dulu tidak pernah seperti ini.
"Namanya juga takdir Nan, lo hati-hati aja sama dia." ucap Arum membuat Nania hanya mengangguk lesu.
"Udah ah, ke kantin aja ayok! Lapar gue." ucap Bintari dibalas anggukan setuju oleh Nania dan Arum.
Ketiga gadis cantik itu akhirnya keluar dari toilet, saat keluar dari toilet.
•••
Angin yang cukup kencang itu menerpa wajah tampan mereka, kepulan asap rokok terbang di udara, menutup matanya sejenak menikmati betapa candunya rokok itu.
"Keputusan Mrs Lucy, Nania buat jadi private teacher buat lo itu keputusan yang baik sih menurut gue." ucap Hema.
Zerga membuang rokok yang sudah hampir setengahnya habis itu, dia menatap Hema datar.
"Good idea, gue bakal sering-sering sama dia dan gue bakal jadiin dia babu di setiap dia napas di rumah gue." ucap Zerga tersenyum smrik.
"Ga, lo gak boleh bersikap kaya gitu sampai-sampai lo jadiin Nania baju segala. Dia lagi hamil, setidaknya lo perduli sama anak lo." ucap Batara.
Zerga mengangkat bahunya acuh, tertawa sinis."Sejak kapan gue perduli? Bagus kalau dia mati, bukan? Kehidupan Nania tidak lagi punya diinginkan oleh siapapun." ucap Zerga.
Jarrel menyimpan ponselnya yang Habsi ia mainkan tadi."Ngomong-ngomong soal hamil, apa Nania pernah ngidam sesuatu?" tanya Jarrel pada Zerga.
Zerga menatap Jarrel penuh tanda tanya, ngidam?
"Ck, gitu aja gak tahu lo Ga." ucap Jarrel lalu merubah posisinya dari tiduran menjadi terlentang membuat Batara terkekeh."Ngidam itu semacam Nania minta sesuatu kaya yang aneh-aneh gitu deh, dan lo harus turuti emangnya lo mau anak kalau anak lo entar ileran mulu?" tanya Jarrel.
Hema mengangguk mantap."Emang lo mau? Cucu satu-satunya keluarga Armagan ileran?" tanya Hema lalu tertawa membuat Zerga melempar kaleng soda tepat pada kening Hema.
Hema memegang keningnya lalu cengengesan."Kita 'kan cuma ngingetin, iya gak?" tanya Hema sambil menyenggol lengan Jarrel, dan Jarrel hanya bisa mengangguk saja.
"Jadi usahakan kalau Nania minta sesuatu lo harus turuti." ucap Batara ikut menimpali membuat Zerga berdecak.
"Gak perduli, lebih baik dia mati." balas Zerga datar lalu membaringkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Z E R G A || Dangerous Husband √
Teen FictionWARNING!!! BANYAK KATAK-KATA KASAR, FRONTAL JANGAN DI TIRU DAN BEBERAPA ADEGAN DEWASA, MOHON BIJAK DALAM MEMBACA YA!!! "I'm sorry, please comeback to me." Instagram:_dinniy