"Terima kasih, Ken." Nania berucap sambil menyerahkan helm yang sempat ia pakai tadi, kaki jenjangnya kini berlari menuju ruangan di mana sang ayah dirawat. Kenzo tersenyum tipis, setelah memarkirkan motornya berniat mengikuti Nania.
Nania berlari beberapa orang memperingati gadis itu supaya jalan biasa saja, mengingat melihat perempuan itu tengah mengandung membuat sebagian dari mereka khawatir. Tetapi di satu sisi, tatapan benci, sinis, tak suka, kembali terang-terangan menatap Nania. Jelas, foto Nania tersebar luas sebagai menantu satu-satunya keluarga Armagan yang tengah mengandung anak dari putra tunggal satu-satunya dari Zeelan Armagan.
Nania menarik napasnya, menghembuskan kembali. Dia gugup, dia. Ada banyak perasaan yang tidak bisa Nania ungkapkan sekarang. Tangannya bergetar terangkat akan memegang kenop itu tetapi saat gadis itu akan memegang kenop pintu ruangan sang ayah, suara yang begitu dingin terdengar di rungu Nania.
"Jangan pernah temui keluarga saya lagi, apa itu kurang jelas?" tanya Naia. Nania berbalik menatap sang ibu yang kini menatapnya dingin, tatapan hangat yang biasa ibunya berikan kini hilang, dan Nania sangat merindukan tatapan itu. Sangat. Nania ingin memeluk perempuan dihadapannya, terlihat mata panda di sekitar mata wanita yang teramat Nania sayangi, matanya membengkak, bahkan tubuhnya nampak terlihat kurus dari sebelumnya.
"Maaf, Bunda. Na--"
"Saya bukan ibu kamu, jangan panggil saya seperti itu lagi. Saya jijik." ucap Naia.
Air mata Nania meluruh, gadis itu langsung saja mengusapnya. Mau dilihat dari segi manapun, wanita dihadapannya adalah ibu kandungnya. Wanita yang sudah melahirkan, menyusui, mengurusnya, sampai ia sudah sebesar ini. Nania tahu mungkin kesalahannya begitu fatal sampai keluarganya sangat begitu membencinya. Nania paham, tapi Nania ingin menebus kesalahan itu walaupun tidak sepadan dengan rasa kecewa yang mereka dapat.
"Pergi kamu dari sini!" ucap Naia.
"Nania, lo gak papa?" Kenzo tiba-tiba datang menghampiri Nania, membuat Naia yang menyadari kedatangan Kenzo yang ia ketahui adalah mantan dari putrinya Inara pun merasa bingung dengan situasi ini. Apa hubungan dari keduanya?
"Suami saya lagi istirahat, jangan pernah temui dia, kita tidak punya hubungan apapun."
"Bun---"
"PERGI KALIAN!" teriak Naia tak ingin dibantah. Naia hanya ingin Nania paham, bahwa kehadirannya hanya membuat keluarganya sakit. Apa gadis itu lupa, bahwa dia yang sudah menghancurkan segalanya?
"Bunda!" Arenza yang baru saja datang pun langsung menghampiri ibunya, ibunya nampak sangat terlihat marah. Arenza mengusap bahu sang ibu lembut."Bunda, Nania ingin melihat Ayah. B--"
"Suruh dia pergi, Bunda tidak mau melihat wajahnya lagi." potong cepat Naia.
"Bun---"
"Kakak pilih Bunda atau dia!" ucap Naia sambil menunjuk dirinya lalu menunjuk Nania.
"Bunda, Nania minta maaf." ucap Nania mendekat ke arah Naia, Naia menjauh saat Nania berjalan mendekat ke arahnya. Nania meneteskan air matanya, air mata yang tidak bisa ia tahan sama sekali.
"Jangan dekati saya!" jerit Naia.
"Bunda, Nania minta maaf."
PLAK
"SUDAH SAYA BILANG JANGAN PANGGIL SAYA SEPERTI ITU, SAYA MUAK! SAYA BENCI KAMU! PERGI KAMU!" teriak Naia sesat setelah satu tamparan ia layangkan kepada Nania, tamparan di pipi kanannya membuat sudut bibir gadis itu berdarah sangking kerasnya tamparan yang diberikan oleh sang ibu.
"Nania!" ucap Kenzo lalu berjalan ke arah Nania."Udah, Nan. Ayo, kita pergi." lanjut Kenzo tapi tak didengar oleh Nania, gadis itu menyingkirkan tangan Kenzo yang berada di bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Z E R G A || Dangerous Husband √
Teen FictionWARNING!!! BANYAK KATAK-KATA KASAR, FRONTAL JANGAN DI TIRU DAN BEBERAPA ADEGAN DEWASA, MOHON BIJAK DALAM MEMBACA YA!!! "I'm sorry, please comeback to me." Instagram:_dinniy