"Menjatuhkan pidana hukuman mati kepada terdakwa Shazia Kinara Lazuardy Saskara, atas pembunuhan berencana...."
Saat hakim mengatakan hal seperti itu, Inara tersenyum seperti orang gila. Saat awak media menyorot wajahnya, Inara gadis itu malah tersenyum sambil melambaikan tangannya. Inara benar-benar puas setelah melakukan itu.
Arenza menatap Inara tak percaya, sebelum Inara benar-benar melaksanakan hukumannya. Arenza meminta izin untuk menemui adiknya terlebih dulu.
PLAK
Satu tamparan keras mendarat di pipi kanan Inara, hari ini tepat 7 hari kematian Nania. Arenza benar-benar tak menyangka atas apa yang dilakukan Inara kepada Nania.
Inara menyeringai, gadis itu tertawa pelan.
"Asal lo tahu Inara, ginjal yang ada di tubuh lo sekarang adalah ginjal milik Nania." Inara mematung mendengar ucapan Arenza. Arenza terkekeh melihat ekspresi wajah Inara yang terlihat sangat terkejut."Dan lo bilang selama ini Nania lemah, Nania sakit-sakitan, ginjalnya ada lo Inara!" ucap Arenza menangis.
"Lo ngomong apa sih, Kak." ucap Inara tak percaya.
"Tanya sama Bunda dan Ayah kalau lo gak percaya sama gue!" ucap Arenza.
"GAK MUNGKIN!" teriak Inara.
"Gak mungkin kaya gimana? Ginjal Nania cocok sama lo Inara, lo gak tahu diri. Sekalipun lo gak tahu tentang permasalahan ini, seharusnya lo punya rasa empati, sedikit aja." ucap Arenza.
Inara terduduk lemas, bayang-bayang Nania terngiang di kepalanya. Inara jatuh dalam lubang penyesalan yang mendalam, Inara menangis dadanya terasa sakit. Inara menyesal, Inara, tolong, ini bukan seperti apa yang Inara inginkan?
"ARGH, gak mungkin! Nania!" Histeris Inara.
Arenza menatap datar Inara yang menangis, meraung di lantai, Arenza rasa. Hukuman yang sekarang akan di jalani tak cukup untuk membayar kematian dan rasa sakit Nania. Nania terlalu lama menderita.
"Maafin gue Nan, gue menyesal. Hiks, Nania. Maafin gue."
"Terlambat Ra, semuanya udah terlambat. Gak ada yang bisa lo perbaiki. Semuanya benar-benar hancur, karena keegoisan lo."
•••
"Baby Addie sini Nak!" teriakan suara Nania menggelegar di seluruh penjuru Jade Hage. Nania mengejar Addie yang berlari ke sana kemari, seiring dengan berjalannya waktu. Ternyata Addie memiliki sifat dan sikap yang jauh berbeda dengan Nania dan Zerga, sifat jahil. Ternyata Addie ini sangat jauh berbeda dari sifat dan sikap kedua orang tuanya.
Addie terus berlari tanpa memperdulikan teriakan sang ibu, Vhan menatap datar adiknya sambil bermain pistol mainan di taman bermain di lantai satu dengan banyaknya mainan yang berserakan akibat ulah Addie.
Addie sangat nakal.
"Papa!" pekik Addie saat melihat Zerga yang baru saja keluar dari lift membuat Zerga langsung merentangkan tangannya ingin memeluk Addie begitu juga dengan Addie.
"Udah ngerjain Mama nya? Puas Dear?" tanya Zerga membuat Addie nyengir melihatkan gigi susunya sampai benar-benar menyipit.
"Addie udah dong, Nak. Pakai seragam dulu, lihat Kakak Vhan dia udah siap." ucap Nania.
Addie menggembungkan pipinya, kecupan manis berhasil Addie dapatkan dari sang ayah.
"Vhan, kita tinggalin Addie aja." ujar Zerga membuat Addie menatap Zerga dengan mata berkaca-kaca."Sekarang Addie pakai baju kalau gak mau ditinggalin." ucap Zerga membuat Addie berjalan lesu menghampiri Nania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Z E R G A || Dangerous Husband √
Ficção AdolescenteWARNING!!! BANYAK KATAK-KATA KASAR, FRONTAL JANGAN DI TIRU DAN BEBERAPA ADEGAN DEWASA, MOHON BIJAK DALAM MEMBACA YA!!! "I'm sorry, please comeback to me." Instagram:_dinniy