Pagi harinya, seperti biasa suara kicauan burung terdengar begitu merdu, sang bagaskara mulai menampakkan sinarnya. Suasana sekitar pukul 07.05 itu sangat begitu hangat dan nyaman bagi Nania yang kini berada di dalam mobil di antarkan oleh Pak Rejan setelah kemarin malam dia dipaksa pulang oleh, Zerga. Siapa lagi? Dan itu membuat Nania kesal bahkan dia melewatkan sarapan paginya, pagi ini. Sungguh, rasanya sangat malas sekali menatap wajah Zerga di pagi hari.
Sekarang Pak Rejan resmi menjadi supir pribadinya, Gerhana yang mengatakannya dan itu atas perintah Zerga. Entahlah, Nania juga tidak tahu kenapa Zerga mengatakan itu pada Gerhana. Pak Rejan kemarin tidak masuk karena istrinya masih sakit, jadi waktu dia bertemu dengan Elsa kemarin harus di antar oleh Pak Rendi supir pribadi ibunya Zerga.
Nania belum pernah bertemu dengan ibunya Zerga, bahkan fotonya saja tidak ada di dalam rumah Zerga. Ah, kenapa Nania baru sadar kalau tidak ada satupun foto di dalam rumah Zerga?
"Pak, kalau boleh tahu ibunya Zerga di mana?" tanya Nania.
"Oh, Nyonya Rania tengah berada di LA bersama suaminya Pak Brata." jawab Pak Rejan, di balas anggukan mengerti oleh Nania.
Suasana kembali hening, Nania kembali melihat jalanan. Apa yang dia tahu tentang keluarga Zerga? Ada yang Nania tahu, yaitu ayahnya Zerga yang bunuh diri tapi entah dengan alasan apa.
Berita itu sudah lama sekali, dan dia memang sudah mengetahui keluarga Armagan sejak lama. Karena keluarganya memang terpandang kaya dengan perusahaan terkenal di mana-mana tapi sayangnya Zeeran Armagan meninggal dunia dan meninggalkan satu orang putra yang saat itu Nania tidak tahu siapa, dan dia tidak pernah berpikir kalau dia akan menjadi istri dari pewaris tunggal Armagan.
"Huft, Nak. Semoga kamu tidak mirip ayahmu karena sungguh ibumu ini sangat membencinya."
Sedangkan di sisi lain Zerga baru saja turun dari kamarnya melalu lift dengan seragam sekolah yang sudah melekat di tubuh atletisnya.
Pandangannya mengedar ke seluruh penjuru ruangan, kakinya melangkah menuju dapur. Biasanya ada nasi goreng atau roti di meja semenjak perempuan itu menginjakkan kakinya ke mansion ini.
Gerhana berjalan menuju kearah Zerga, melihat tuan mudanya yang nampak terlihat bingung menatap meja makan, Gerhana seolah tahu apa yang di pikirkan oleh Zerga.
"Nona muda tidak sarapan pagi ini Tuan, dia sudah berangkat sejak tadi." ucap Gerhana membuat Zerga menoleh menatapnya datar.
"Gue gak perduli." ucap Zerga membuat Gerhana hanya bisa menahan senyuman miliknya pasalnya Zerga tidak pernah menginjakkan kakinya ke dapur di pagi hari setelah ayahnya meninggal dunia. Maka dari itu tidak pernah ada sarapan terkecuali jika ada Rania dan itu pun Zerga tidak pernah mengikuti sarapan.
"Gue minta rapat sekolah masalah lomba itu hari ini, dan gue gak terima penolakan." ucap Zerga.
"Tapi Tuan semuanya sudah di jadwalkan."
"Gue gak perduli, pokoknya rapat harus hari ini." ucap Zerga lalu pergi meninggalkan Gerhana.
Gerhana menghela napasnya panjang kenapa rapatnya harus di percepat, padahal tidak biasanya Zerga bersikap seperti ini. Manggara Senior High School adalah sekolah swasta keluarga Armagan. Ayah dari Zeeran yang mendirikannya, Farhan Zen Armagan. Kakek Zerga Nicholas Armagan.
•••
Nania berjalan memasuki gedung sekolah bertingkat itu dengan senyum tipisnya, seragam sekolah yang tertutup cardigan berwarna biru itu menjadi kesan anggun kepada Nania. Semua orang menatapnya sinis, apa yang salah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Z E R G A || Dangerous Husband √
Teen FictionWARNING!!! BANYAK KATAK-KATA KASAR, FRONTAL JANGAN DI TIRU DAN BEBERAPA ADEGAN DEWASA, MOHON BIJAK DALAM MEMBACA YA!!! "I'm sorry, please comeback to me." Instagram:_dinniy