"Buka, Saya mohon." Arenza berucap menahan amarahnya, kedua bodyguard yang berbeda dari kemarin datang menghampirinya.
"Maaf Tuan, kediaman Tuan muda Zerga sedang tidak menerima tamu." ucap bodyguard berbadan kekar sedikit bule, Arenza menatap nama di sebelah kiri dada pria itu. Brandon namanya.
"Lebih baik sekarang Anda pergi, Tuan." ucap salah satunya lagi, berkepala plontos dan tentunya badannya kekar. Wajahnya sangat beringas. Tapi Arenza tak takut sama sekali.
"Saya bicara dengan Anda baik-baik, tolong buka sebelum saya hancurkan rumah sialan ini!" ucap Arenza.
"Maaf Tuan, tapi Tuan muda tidak mengizinkan siapa pun untuk masuk tanpa seizinnya. Jika Anda berkenan, Anda harus membuat janji dengan Tuan muda." ucap Brandon.
"Buka sekarang juga." ucap Arenza.
Deru mobil terdengar, Brandon yang melihat atasan itu pun langsung membukakan gerbang dengan segera tanpa menyia-nyiakan kesempatan Arenza langsung masuk tapi lagi-lagi beberapa bodyguard berhasil menahannya.
"Lepas!" kesal Arenza.
Halaman rumah Zerga sangat begitu luas, percuma Arenza berteriak jika tidak didengar oleh Nania.
"Lepaskan dia." Suara bass itu berhasil membuat beberapa bodyguard melepaskan cekalan tangannya pada tangan Arenza.
Ardhan datang ditemani Gustav, kedua pria itu sebagai wali atas Zerga. Beberapa menit lalu Brandon, bodyguard suruhannya menelpon mengatakan sesuatu yang membuat amarahnya memuncak.
"Ikut saya." ucap Ardhan. Arenza mengikuti kedua pria yang seusia ayahnya, Arenza tahu siapa yang berada di sebelah Ardhan, kepala sekolah Manggaran Senior High School. Ada keperluan apa kepala sekolah itu ke rumah Zerga? Apa ada hubungan?
"Saya Om nya, Zerga. Ah, tidak saya sahabat Zeelan, ayahnya Zerga. Saya juga masih ingat kamu, kamu adalah salah satu murid prestasi alumni MGHS." ucap Gustav. Arenza hanya membalasnya dengan tersenyum tipis, Arenza terlalu benci dengan semua orang yang berkaitan dengan Zerga. Gustav yang melihat raut wajah Arenza yang tidak bersahabat itu pun hanya bisa tersenyum tipis, lain halnya dengan hatinya dia ingin benar-benar memukul wajah tampan anak sahabatnya itu, Zerga. Siapa lagi?
Setelah sampai di depan pintu, maid membuka pintu rumah besar itu. Sampai akhirnya ketiga laki-laki itu bisa mendengar suara tangisan yang sangat begitu jelas kentara.
Arenza lantas langsung berlari mencari sang adik."Nania, ini Kak Renza!" ucap Arenza.
Nania lantas langsung berbalik badan menatap Arenza, tanpa ingin berlama-lama Nania langsung memeluk tubuh kakaknya. Gadis itu menangis di bahu kokoh kakaknya, hati Nania hancur, semuanya hancur tanpa bisa ia rakit. Nania tidak ingin lemah, dia tidak ingin menangis, tapi sayangnya keadaan tidak mendukungnya sama sekali.
Arenza mengusap lembut surai Nania, dia sangat merindukan adiknya. Jika saja, ah semuanya hanya perihal jika saja.
"Ayo, Nan. Kita pergi dari sini sekarang. Kakak akan bawa kamu." ucap Arenza.
Nania hanya mengangguk lemah.
"Nak," suara lembut milik Renia membuat Nania menoleh. Nania lantas kembali memeluk Renia.
"Jangan pergi, Nak. Semuanya mungkin masih bisa diperbaiki."
"Maaf Nyonya, tidak ada yang harus diperbaiki. Semuanya sudah jelas, saya mohon kerjasamanya." ucap Arenza tegas.
Renia diam mendengar ucapan Arenza.
"Mungkin ini yang terbaik," ucap Gustav.
Renia tak terima, wanita itu kini menggelengkan kepalanya."Nania sedang mengandung cucuku, Nania sudah aku anggap anak, tolong jangan pisahkan kami, aku juga yakin Zerga sangat mencintai Nania." ucap Renia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Z E R G A || Dangerous Husband √
Roman pour AdolescentsWARNING!!! BANYAK KATAK-KATA KASAR, FRONTAL JANGAN DI TIRU DAN BEBERAPA ADEGAN DEWASA, MOHON BIJAK DALAM MEMBACA YA!!! "I'm sorry, please comeback to me." Instagram:_dinniy