Arenza menghentikan mobilnya di depan rumah yang sangat terlihat mewah dan megah berkali-kali lipat dari rumah miliknya, Arenza menatap sekelilingnya banyak sekali pria berbadan kekar berbaju hitam yang berjaga hampir di setiap penjuru rumah ini, hm. Haruskah Arenza sebut ini rumah? Ini terlihat nampak seperti istana.
Mansion, ah Arenza ingat itu. Apakah tempat ini menjamin kebahagiaan adiknya? Arenza sangat berharap tempat ini menjadi tempat kebahagiaan adiknya, sungguh Arenza sangat berharap.
"Nania, gue harap lo bahagia. Gue gak tahu kedepannya seperti apa tapi tolong gue minta lo harus kuat." ucap Arenza bersandar pada jok mobil dengan air mata yang menetes.
Adik yang ia gendong, yang ia peluk, yang ia cium, harus ia serahkan pada seorang iblis seperti Zerga. Apakah ini pilihan yang tepat? Arenza bisa saja membiarkan Nania untuk tinggal di apartemen miliknya tanpa harus menikah dengan sosok seperti Zerga, tetapi suatu saat nanti bayi yang Nania kandung memerlukan sosok figure seperti ayah.
Tapi sepertinya, sosok itu tidak akan pernah ada dalam kehidupan keponakannya nanti. Entahlah membayangkannya saja membuat Arenza sakit. Arenza tahu seperti apa sosok Zerga itu apalagi ucapan Ardhan yang menjelaskan tentang surat kontrak pernikahan antara Zerga dan Nania adiknya, apalagi ini adalah pernikahan yang tidak di inginkan oleh pria itu.
"Monster, sialan."
Arenza menghela napasnya panjang, tiba-tiba saja dia di kagetkan dengan ketukan di pintu kaca mobilnya. Gerhana. Laki-laki itu yang mengetuknya, Arenza yang paham pun langsung turun.
"Maaf Tuan, Anda di tunggu Tuan Ardhan di dalam." ucap Gerhana.
"Panggil aja Arenza," ucap Arenza. Gerhana tersenyum permintaan ini mengingatkan dirinya pada Nania, Gerhana tahu Nania pasti dari keluarga baik-baik walaupun saat pertama kali bertemu Arenza nampak terlihat sangat menyebalkan tapi Gerhana akui dan Gerhana paham dengan perasaan yang di rasakan oleh Arenza sebagai kakak.
"Maaf saya mer---"
"Arenza, nama gue Arenza. Ayo anterin gue ke ruangan yang lo maksud."
Gerhana tersenyum lalu menghela napasnya panjang, Arenza yang usianya jelas di bawahnya Gerhana akui Arenza terlihat sangat dewasa dalam bertindak.
"Lewat sini," ucap Gerhana memimpin di depan.
Saat memasuki ruangan Arenza dan juga Gerhana di sapa oleh para pekerja di sana, Arenza membalaskan dengan senyum tipis miliknya.
"Selamat datang Tuan muda Saskara," sapa Ardhan yang baru saja turun dari tangga.
Arenza tersenyum tipis, rasanya sangat canggung dan sangat tidak suka sekali dengan panggilan dari seorang lawyer terkenal seperti Ardhan tapi tak urung Arenza memberi salam dan tersenyum kearah Ardhan.
"Mari adikmu akan segara datang," Ardhan membawa Arenza duduk di tempat yang seharusnya Arenza duduk. Di sebuah kursi yang akan menjadi wali pernikahan Nania.
Rasanya sangat kaget, canggung, sedih, bahagia semuanya rasanya campur aduk sekali.
Suara langkah berhasil membuka semua orang menatap kearah tangga di sana Zerga tengah berjalan dengan angkuh serta wajah datar dan dingin yang terpatri di wajah tampannya diikuti oleh ketiga sahabatnya yang paling merasa keren.
"Ga, calon kakak ipar tuh." bisik Jarrel.
Zerga hanya menatap sekilas kearah Jarrel lalu menatap kearah Arenza."Gue pikir lo gak bakal datang," ujarnya.
Arenza menatap datar kearah Zerga."Gue datang ke sini bukan karena permintaan lo waktu lo, gue ke sini karena tu-gas gue sebagai kakak laki-laki bagi adik perempuannya." jelas Arenza penuh penekanan di setiap kata-katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Z E R G A || Dangerous Husband √
Ficção AdolescenteWARNING!!! BANYAK KATAK-KATA KASAR, FRONTAL JANGAN DI TIRU DAN BEBERAPA ADEGAN DEWASA, MOHON BIJAK DALAM MEMBACA YA!!! "I'm sorry, please comeback to me." Instagram:_dinniy