San, setelah berucap kepada Dino bahwa dirinya akan pulang untuk packing, ia kembali kekantornya lagi, seperti ada yang mengganjal dibenaknya.
"Wih bang shaun the sheep ngapain kesini lagi nih?" ujar Dino yang dengan arogan sudah mendudukan dirinya dikursi kerja bekas San.
"Din lo liat kertas yang ada dimeja gak?"
Dino mengarahkan kepalanya pada tong sampah "Tuh gue buang disana"
"Oon" San berlari, mengambil kertas yang sudah tertimbun banyak sampah potongan kertas disana.
"Ya gue pikir ga penting, soalnya cuman corat coret kaya gambaran anak tk" ejek Dino
"Bego, proyek baru gue ini. Dah gue pulang lagi" pamit San benar benar pergi meninggalkan Dino yang sedang asik asikan menikmati dirinya yang akan menjadi direktur perusahaan.
"Ahhh beruntungnya punya abang kaya raya"
San kembali melangkahkan kakinya mundur kala seseorang berdiri dihadapannya.
"R-ryujin?"
Ryujin dengan senyuman dan wajahnya yang sudah terlihat sehat dan segar menyapanya "San, Can we talk? Just for a minute. I promise"
San menoleh ke arah Dino, mengisyaratkan untuk pergi keluar ruangan, menyisakan dirinya dan Ryujin.
"Ruangan gue ni, jangan lama lama" Dino tak terima lantaran calon ruangannya dengan seenak jidat digunakan untuk berduaan.
San mendudukan dirinya disofa, diikuti Ryujin yang duduk dihadapannya.
"Gue cuman punya waktu 5 menit" ujar San datar
"Gue cuman mau bilang makasih banyak ke lo San, makasih udah bantu gue sampe selesai masalah gue. Gue minta maaf juga udah ngelibatin lo sama bikin lo repot, gue minta maaf banget" Tanpa basa basi Ryujin menjelaskan maksudnya mengunjungi San.
"It's okey"
Ryujin melihat sekeliling kantor San, melihat papan nama meja kerjanya yang sudah berganti dengan nama Dino membuatnya heran "Lo mengundurkan diri kah? Dan penampilan lo? Kenapa keliatan berantakan banget?"
"I don't think that's something you need to know"
Ryujin terkekeh pelan kemudian menundukkan kepalanya "Sorry, i just wanted to ask"
Ponsel San bergetar, menandakan panggilan masuk. Ia menolak panggilannya, Ryujin melirik ponsel San yang tergeletak dimeja, menampilkan sosok yang menjadi wallpaper ponsel San tak asing baginya. San yang menyadari ponselnya di intip, dengan cekatan memasukan ponselnya kedalam saku jasnya.
Ryujin membuang pandangannya "Oke, gue rasa waktu gue udah habis. Sekali lagi gue berterima kasih banyak sama lo San, gue bakal bales kebaikan lo, apapun yang lo butuhin gue siap membantu. Gue pergi dulu" ia berdiri, beranjak meninggalkan ruangan San.
"Hati hati" ucap San.
Ryujin tersenyum dalam diam "Bisa bisanya lo masih bilang hati hati ke gue, padahal lo bilang udah ga peduli. Cihh" San itu baik, bukan pembenci ataupun pendendam itu yang Ryujin tau dari sifat sang mantan.
"Nyesel gue" gumam Ryujin
***
Wooyoung agak sedikit senang lantaran dirinya mengetahui bahwa ujiannya tidak bisa ia ikuti secara online, yang artinya ia akan keluar rumah, bertemu dengan teman temannya kembali di kampus. Tangis bahagia kini yang ia keluarkan."Akhirnya Ya Tuhan, terimakasih banyak" Syukurnya.
Seonghwa mengetuk pintu kamar Wooyoung, seperti biasanya ia membawakan 1 gelas susu dan cookies untuk cemilan Wooyoung dimalam hari.
"Kenapa nangis sayang?" Seonghwa menaruh nampannya dimeja, kemudian mendudukkan dirinya disamping Wooyoung, mengelus surai sang putra.
Wooyoung menggeleng tak mampu bersuara karena isakan tangisnya yang semakin menjadi.
Seonghwa memeluk Wooyoung "Udah ya sayang, jangan nangis lagi. Kakak harus semangat, kakak kan mau ketemu temen temen kakak lagi"
"Maafin bunda ya sayang, maafin bunda yang udah buat kakak ngerasa ga bebas, bunda juga ga bisa stop kehendak ayah kamu, bunda bener bener ga bisa bantu kakak. Maafin bunda ya sayang, bunda tau bunda ga pantes kakak maafin" Seonghwa benar benar tak akan memaafkan dirinya sendiri karena telah hilang kendali hingga anak kesayangannya harus melalui masa sulitnya sendirian tanpa ada orang yang mendukungnya, seharusnya ia mendukung anaknya bukan mendukung opini sang suami yang salah telah membuat anaknya merasakan tersiksa oleh batinnya sendiri.
Dengan berat hati mungkin ia akan menerima apa yang akan jadi pilihan Wooyoung, ia akan berusaha menerimanya dengan baik demi melihat mataharinya lagi, senyuman sang anak tercinta yang sangat ia rindukan
***
San termenung, menatap plafon ruang kerjanya. Berkali kali ia menghembuskan asap rokoknya dengan kasar.
Ia memejamkan matanya, mengingat pemandangan yang ia lihat tadi sore. Pemandangan dimana ia melihat sosok yang ia cintai dan rindukan didekap hangat oleh pria lain. Seharusnya dirinya bukan yang mendekapnya? Ah, memang seharusnya begitu. Tapi, ia tersadar dan mengingat bahwa dirinya yang mungkin sudah tak memiliki hak untuk mengklaim bahwa Wooyoung adalah miliknya.
"Semoga kamu bahagia Wooyoung" hanya itu yang sanggup ia ucapkan kala sore tadi.
Walau hatinya sakit, ia juga perlu tau diri. Mungkin dirinya bukan yang terbaik untuk Wooyoung. Ia percaya kepada Hongjoong dan Seonghwa bahwa apa yang menjadi pilihan mereka adalah yang terbaik untuk Wooyoung. Ia harus rela mengalah demi kebahagiaan Wooyoung.
Mungkin ini kesalahan yang ia perbuat lagi, ia telah mengambil jalan yang salah. Tak seharusnya juga ia tanpa pikir panjang mengambil jalan yang sudah ia tempuh sejauh ini tanpa tau apa resiko yang akan ia hadapi. Ia harus mengambil jalan lain, ah tidak itu mungkin akan salah juga. Ia akan kembali ke jalan awalnya, itu mungkin yang benar baginya.
"Hahhaahha fuck i'm such a mess" ia tertawa menertawakam dirinya sendiri yang bodoh, Bahkan ketika ponselnya bergetar sedari tadi ia tak menyadarinya.
"Hey apa Gi?"
"Gue udah nurutin permintaan lo yang bilang 'buat Wooyoung keluar rumah ketemu temen temennya ama ngikutin kelasnya kaya biasa' sesuai perintah lo kan? dan gue denger untungnya Bang Hong juga terima terima aja"
"Thanks, glad to hear that"
"Lo ga ada niatan ketemu Woo-?"
San memutuskan panggilannya, dirasa perbincangannya yang mengarah ke hal yang mungkin akan membuat hatinya semakin sakit dan berat.
Untuk bertemu Wooyoung dirinya tak siap, ia takut akan semakin sulit untuk melepaskan Wooyoung begitu saja. Walau benar benar sangat terbilang sulit, tetapi dirinya dipaksa dan terpaksa untuk melepaskan pujaan hatinya. Biarkan dirinya dicap brengsek karena tak berjuang sama sekali untuk mendapatkan Wooyoungnya kembali, karena memang sulit. Sulit baginya menghadapi sosok sahabatnya yang keras kepala dan batu seperti Kim Hongjoong.
Yang hanya bisa ia lakukan hanyalah pergi, pulang ke tempat semualanya, melupakan segalanya yang telah terjadi. Dan tak mengusik lagi kebahagiaan orang lain.
"Maafin aku Wooyoung"
Selamat malam🤍 dari abang shaun the sheep
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Buddy [Sanwoo]
RomanceTentang Jung Wooyoung yang mencintai teman ayahnya A Sanwoo Fanfiction.