37.

2.5K 179 15
                                    

Wooyoung berulang kali mengigiti kuku jarinya, tubunnya bergetar hebat lantaran nervous.

"Sayang udah ah. Jangan gigitin kuku mulu kasian adeknya, masa makanin kuku kamu" San menarik tangan kanan Wooyoung.

Wooyoung berbalik menatap San "Gimana kalo kakek kamu galak? Gimana kalau kakek ga suka sama aku? Gimana nanti kalau aku ga diterima? Gimana kalau kita pisah lagi? Gim-"

San menangkup pipi Wooyoung "Sayang, hey, sttttttttttttt tenang ya. Pertama, kakekku ga segalak yang kamu bayangin. Kedua, kakek bakalan suka banget sama kamu, soalnya kamu lucu bangetttt. Ketiga, ga mungkin kamu ga diterima, soalnya kamu kriteria kakek bangetttt. Yang terakhir, kita ga akan pisah lagi sayang...tenang ya, sekalipun pisah aku bakal nyusul kamu walau aku dibuang ke samudera pasifik. Jadi tenang ya sayang...aku ada disamping kamu kok" kemudian ia mengecup bibir Wooyoung sekilas.

Bak hipnotis, Wooyoung menjadi tenang berkat kata kata penenang dari sang pujaan hati "Mmmmmmmm jangan kemana mana, disamping aku terus"

"Iya sayangggg, lagian masa aku ninggalin kamu sendirian. Yuk masuk"

Tangan Wooyoung digengam erat oleh San, kembali ia merasa gugup lantaran sosok yang akan mereka hadapi sudah berdiri menunggu kedatangannya seraya bersedekap dada.

Wooyoung dengan instingnya bergerak menyapa, membungkukkan badannya 90° kepada pria lansia berumur 70thn yang menjabat sebagai kakek sang kekasih tersebut.

"Hallo kakek perkenalkan nama saya Kim Wooyoung" Ia berusaha menutupi rasa gugupnya dengan tersenyum menunjukkan deret giginya.

'Kaku banget lo Woo, kaya mau presentasi aja lo'

Kakek San mengeriyikan matanya, menatap penampilan Wooyoung dari atas hingga bawah.
"Duduk" titahnya memimpin San dan Wooyoung untuk duduk dihadapannya.

"Jadi Wooyoung...aku denger umur kamu masih 20 tahun ya? Kenapa bisa cinta dan tertarik sama lelaki tua satu ini?" Tanya Sang kakek masih dengan tatapan sinisnya.

"Y-ya, karena San orangnya baik Kek" Sial, Wooyoung benar benar gugup. Sungguh ia sedang kesulitan dalam merangkai kata katanya.

"Hmmmm??" Kakek San menaikan sebelah alisnya, tak tau dengan maksud kata 'baik' dalam jawaban Wooyoung.

"M-maksud saya, San...adalah orang baik, dia selalu memperhatikan saya, menjaga saya, menghibur saya, memperlakukan saya dengan sangat baik. Dan juga San memiliki sesuatu yang bisa menarik perhatian saya, membuat saya berkali kali jatuh cinta kepadanya"

'Jelek banget kata katanya'

Kakek San mengangguk anggukkan kepalanya paham.

Kemudian tiba tiba seorang pembantu rumah tangga keluarga Choi tak sengaja menumpahkan nampan yang berisi 3 gelas teh hangat.

"M-maafkan saya" ujar sang prt yang terus terusan meminta maaf kepada Wooyoung lantaran celana Wooyoung menjadi basah.

Wooyoung dengan refleks berjongkok membantu sang prt memunguti serpihan gelas gelas "Ga papa kok, sini biar saya bantu"

"Ti-tidak perlu Mas, nanti tangan Masnya sakit kena pecahan gelas" larang sang prt

"Ga papa kok" Wooyoung tetap membantu sang prt.

San menatap sang kakek yang tersenyum puas seraya bersiul tak bersuara, pura pura tak tau dengan apa yang telah ia rencanakan.

"Sayang udah biar mbok aja yang bersihin" San menarik lengan Wooyoung, menyuruhnya untuk kembali duduk.

"It's okey" Wooyoung melirik, tersenyum kearah San. Tak menyadari tangannya yang sudah tergores pecahan gelas disana.

"Tuh kan" San kemudian menggendong Wooyoung menuju kamar lamanya. Mengobati tangan sang kesayangan yang terkena pecahan gelas walau hanya secuil.





Daddy's Buddy [Sanwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang