Chapter 3

1.5K 48 1
                                    

Sedari tadi mulut Shireen tak berhenti komat-kamit karena menghafalkan surat yang sebentar lagi akan ia setoran kepada pembimbing tahfidz. Shireen memang tipe orang yang sulit menghafal, tidak seperti kakaknya.

"Wannaazi'aati gharqaa, wannaasyithaati nasythaa, wassabihaati sabhaa." Bibirnya sedari tadi terus menghafalkan surat An-Naziat yang sepertinya sangat sulit untuk dihafalkan. Ia terus berjalan dengan mata terpejam, hingga tak sadar menabrak punggung seseorang.

Bruk!!

"Astaghfirullah!"

Sosok itu berbalik badan dan melihat kehadiran Shireen yang sedang mengedip-ngedipkan matanya seperti orang kelilipan.

"Eh, afwan Gus. Gak liat tadi," ucap Shireen menunduk.

"Kenapa jalan sambil nutup mata? Kan bisa bahaya," tanya Arzan.

"Saya lagi hafalan surah Gus, ini saya mau ke taman buat ngambil Qur'an saya yang dipinjam kak Safinah tadi," jelas Shireen menyengir kuda.

"Hafalan boleh, tapi jangan sampai seperti ini lagi. Itu bisa berbahaya untuk kamu dan orang lain," tegur Arzan.

Shireen hanya mengangguk, setelahnya ia memberanikan diri untuk bertanya. "Gus kok di asrama putri?"

"Saya mau jenguk Shafia, dia main di kamar temennya. Berhubung tadi tidak ada orang yang bisa saya suruh, jadilah saya sendiri yang harus kesini."

Shireen lagi-lagi mengangguk, ia tak kuasa untuk bertanya lagi karena keadaan jantungnya yang sudah deg-degan seperti berdisko.

"Saya duluan, Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam." Shiren menatap punggung Arzan yang kian menjauh. Kedua sudut bibirnya terangkat dan membentuk sebuah senyuman tipis.

Buru-buru ia pergi ke taman karena sebentar lagi ia akan menyetorkan surah.

"Dek, kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Safinah heran melihat tingkah adiknya yang datang dengan senyum-senyum sendiri.

"Gak papa kok kak, Iren lagi seneng aja."

"Oh, kirain kerasukan setan disini."

"Yee, enak aja!"

Shiren memilih duduk disamping kakaknya. "Kak, kenapa jantung kita deg-degan pas ketemu orang?"

Safinah mengerutkan dahinya bingung. "Orang?"

"Maksud Iren ketemu orang yang membuat jantung kita deg-degan," jelasnya membuat Safinah mengangguk mengerti.

"Itu artinya kamu lagi jatuh cinta."

"What? Serius Kak?"

Safinah mengangguk. "Emang kamu habis ketemu siapa?"

"Gus Arzan."

"Kamu suka sama Gus Arzan?"

"Duh gimana ya Kak bilangnya. Kalau suka sih Iren belum yakin, tapi gak tau setiap liat Gus Arzan jantung Iren deg-degan terus, habis itu suka salting juga."

"Itu artinya kamu suka."

"Wajar gak sih Kak kalau Iren suka sama Gus Arzan? Secara Iren kan cuma perempuan biasa yang minim ilmu agama, sedangkan Gus Arzan laki-laki yang paham agama, dari keluarga yang terpandang."

"Kakak sudah bilang perasaan suka itu wajar, kalau suatu saat Gus Arzan cinta sama kamu, itu artinya dia menerima kamu apa adanya. Karena sejatinya cinta itu tidak memandang fisik dan juga kasta," jelas Safinah.

"Tapi kayanya gak mungkin deh Kak Gus Arzan cinta sama Iren. Kebanyakan Gus itu seleranya Ning, ustadzah, atau minimal perempuan paham agama lah. Bukan yang seperti Iren."

Accidental LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang