Chapter 9

1.5K 50 1
                                    

Safinah sedang duduk sendiri dihalaman belakang rumahnya, sejak saat Gus Arzan datang melamarnya tiga hari yang lalu, pikirannya mulai tidak tenang. Kadang-kadang ia menangis sendiri karena memikirkan apa yang akan ia pilih, menerima atau menolak.

"Ya Allah, aku dihadapkan oleh dua pilihan berat."

Safinah mengingat lagi seberapa antusiasnya Shireen saat membahas Gus Arzan, sangat kentara jika Shireen benar-benar menyukai Gus tampan itu.

"Kakak disini ternyata, daritadi dicariin juga." Suara Shireen membuat lamunan Safinah buyar. Ia menatap adiknya yang sedang membawa camilan dan juga jus alpukat.

Shireen memilih duduk disamping kakaknya. "Kakak sebenarnya kenapa sih? Dari kemaren aku perhatiin kaya gak tenang gitu? Ada masalah?"

"Enggak kok Dek." Safinah menggeleng sambil memperlihatkan senyum tipisnya. "Kakak mau bicara sama kamu."

"Bicara apa?"

"Setelah Kakak pikirkan lagi, lebih baik kamu saja yang menikah dengan Gus Arzan. Kakak Ikhlas kok."

"Kakak apaan sih ngomong kaya gitu! Kakak kan yang dilamar sama Gus Arzan, kenapa Kakak nyuruh Iren yang nikah?"

"Dek, Kakak tau kamu sangat menyukai Gus Arzan, Kakak juga tau kamu pasti kecewa karena Gus Arzan melamar Kakak. Jadi, Kakak ikhlaskan Gus Arzan untuk kamu. Karena jodoh itu bisa dicari, tapi Adik seperti kamu tidak akan ada lagi."

Shireen berkaca-kaca mendengar penuturan Kakaknya. "Kak, Iren memang menyukai Gus Arzan. Tapi ini adalah bukti bahwa Gus Arzan memang bukan jodoh Iren. Kakak pernah bilang kan, Iren boleh menyelipkan namanya di dalam do'a, tapi Iren harus menerima jika suatu saat dia bukan jodoh Iren."

"Dan sekarang, Iren terima jika Gus Arzan bukan jodoh Iren."

Safinah tersenyum samar, entah kenapa kepalanya mulai merasakan pusing berkunag-kunang, ia juga merasakan dadanya sesak seperti tidak bisa bernafas.

"Kakak kenapa?" tanya Shireen mulai panik.

"Dek, kayanya Kakak... "

Brughh...

"KAKAK!!!"

"Kakak bangun!"

"Jangan bercanda deh Kak!"

"Ayah!! Bunda!!"

Shireen segera memanggil semua orang dirumahnya ketika melihat Kakaknya sudah tidak sadarkan diri. Ia menjadi takut dan panik seketika, tubuhnya gemetar panas dingin, ia merasakan feeling yang tidak baik.

"Astaghfirullah Safinah!" pekik Talita panik dan segera menyuruh Khalif untuk mengangkat putrinya.

...🦋🦋...

Shireen dan Talita sedari tadi mondar-mandir di depan pintu ruangan ICU, sudah sejam lamanya tidak ada dokter yang keluar dari ruangan. Membuat dua perempuan itu gelisah galau merana karena sudah menunggu cukup lama.

Ceklek.

"Keluarga pasien?"

"Saya Ibunya Dok, bagaimana keadaan anak saya?"

"Kakak saya gak papa kan Dok?"

"Kalian tanya satu-satu, biarkan Dokter menjelaskan," sahut Khalif berusaha tenang.

"Begini Pak, Bu, kondisi pasien saat ini kritis. Pasien membutuhkan donor jantung secepatnya, atau kami tidak akan bisa menyelamatkan nyawanya."

Accidental LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang