Chapter 48

942 39 0
                                    

Kini kandungan Shireen sudah memasuki enam bulan, perutnya semakin membuncit dan tubuhnya semakin berisi karena tak berhenti makan, pipinya semakin chubby membuat Arzan ingin mencubit nya tiap hari.

"MasyaAllah bumil cantikku lagi ngapain nih?" tanya Arzan memasuki kamar.

"Ngerjain tugas kuliah Mas," jawabnya sambil betkutat dengan buku dan pulpen.

Shireen sekarang sudah kuliah lewat online alias daring, ia tidak ingin terbeban oleh ucapan para orang-orang di kampusnya tentang dirinya, lagipula sekolah daring tidak begitu capek, mengingat usia kandungannya yang sudah enam bulan, sekarang ia mudah sekali kecapean.

Arzan mengelus pucuk kepala Shireen. "Belajar yang rajin ya, biar suatu saat anak kita bilang, 'Dokter cantik itu ibuku' dia bisa ikut membanggakan kamu nanti."

Shireen tersenyum membayangkannya. Tapi setelah itu ia menekuk wajahnya. "Tapi gimana kalau aku gak jadi dokter?"

"InsyaAllah pasti bisa sayang, Allah bersama kita. Mas yakin kamu bisa, istri Mas hebat, pintar lagi."

"Nanti kalau aku gak jadi dokter beneran jangan kecewa ya Mas," ucap Shireen sambil berkaca-kaca.

"Sayang, gak boleh ngeremehin diri kamu sendiri. Mas aja yakin sama kamu, masa kamu gak yakin sama diri sendiri? Percaya deh, Allah pasti membantu hamba-Nya yang ingin berusaha. Tidak ada usaha yang menghianati hasil," balas Arzan menyemangati.

"Tugasnya banyak banget Mas, mana susah lagi. Semenjak kuliah daring tugas jadi numpuk tiap hari."

"Gak boleh ngeluh sayang. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang menuntut ilmu dan memudahkan jalannya menuju surga."

Shireen mengangguk, ia ingat tentang ayat itu.

"Ada yang perlu Mas bantu sayang?" tanya Arzan sambil melihat buku Shireen.

"Gak perlu Mas, aku bisa kok."

"Oh ya kamu gak ke Pesantren?"

Arzan menggeleng. "Mas nemenin kamu disini, Pesantren sudah ada Abba sama Kang Umar yang urus."

Memang semenjak Shireen hamil besar, Arzan jadi jarang ke Pesantren karena tidak tega meninggalkan istrinya sendirian dirumah. Sebagian pekerjaannya di Pesantren sudah diambil alih oleh Kang Umar.

"Mas aku mau nanya deh."

"Nanya apa sayang?"

"Emang iya aku makin jelek sekarang?"

Arzan menggeleng cepat. "Istriku tidak pernah jelek dan akan selalu cantik, bahkan Mas lebih memilih kamu dibanding dengan bidadari surga."

"MasyaAllah aku terharu dengernya Mas."

"Tapi kemaren aku ada foto, terus upload di tweet. Eh ada yang ngomen makin jelek, makin kucel, makin gendut kaya gak keurus. Aku sedih banget loh Mas, malah kemaren aku nangis bacanya," adu Shireen kembali sedih mengingat komentar di postingannya kemarin.

"Jangan sering nangis sayang, nanti anak kita juga ikutan sedih. Kamu gak usah pikirkan ucapan mereka. Dan masalah kamu jelek dan sebagainya Mas sangat tidak setuju! Kamu selalu cantik di mata Mas sampai kapanpun akan selalu begitu."

"Lebih baik hapus aja postingannya, daripada komentar negatif terus bertambah disana."

"Udah dihapus Mas."

"Jangan sedih lagi ya, bumil ku harus selalu bahagia," ucap Arzan menangkup kedua pipi chubby Shireen.

Shireen mengangguk. "Mas kita jalan yuk!"

Accidental LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang