Chapter 53

1K 44 3
                                    

Arzan beserta para keluarganya sangat setia menunggu didepan ruang ICU, dengan mata memejam dan butir-butir tasbih yg ia genggam, lelaki itu terus melangitkan do'a dan berdzikir untuk keselamatan istrinya.

Atlan tadi sudah mendonorkan darahnya, karena kebetulan darahnya AB, sama seperti Shireen dan mereka berharap Shireen segera sadar.

"Umma, Shireen pasti sadar kan?" tanya Arzan yang entah sudah berapa kali.

Syakhira mengangguk pelan walau ia pun ragu. "La tahzan, Allah bersama kita."

"Dimana anak-anak kalian?"

"Sedang di ruangan bayi."

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

Arzan segera menyalami kedua mertuanya yang baru saja sampai.

"Bagaimana kabar Shireen dan anak kalian?" tanya Talita.

"Anak kita sehat dan selamat Bun, tapi kalau Shireen.... "

Arzan tak mampu lagi melanjutkan ucapannya.

"Shireen kenapa?" tanya Khalif khawatir.

"Shireen tadi mengalami pendarahan berat setelah melahirkan, dia butuh donor darah. Tapi Allhamdulilah tadi suami saya sudah mendonorkan darahnya untuk Shireen. Sekarang kita sedang menunggu kabar selanjutnya," jelas Syakhira.

"Astaghfirullah.... " gumam Talita lirih.

Shafia mengusap punggung Arzan, berusaha memberikan kekuatan untuk Abangnya. "Jangan takut Bang, selama kita bergantung kepada Allah, semuanya akan baik-baik saja."

Tak berapa lama keluarlah wanita paruh baya dengan jas putihnya. "Keluarga pasien?"

"Saya suaminya Dok," jawab Arzan dengan cepat berdiri.

"Kondisi Bu Shireen masih sama seperti sebelumnya, dikarenakan pasien mengalami pendarahan berat, membuatnya banyak kehilangan darahnya. Sementara donor darah yang dilakukan tadi tidak mampu untuk membuat keadaan pasien membaik."

"Kapan istri saya akan sadar Dok?"

"Itu pertanyaan yang tidak bisa kami jawab Pak. Mengingat kondisi pasien semakin melemah dan tidak ada tanda-tanda kesehatannya akan membaik."

Arzan terduduk lemah mendengar penjelasan Dokter barusan. Dirinya tidak tau harus melakukan apa lagi sekarang, pikirannya kacau.

"Apakah saya boleh masuk untuk melihat istri saya Dok?"

"Silahkan Pak, tapi hanya satu orang saja."

Arzan mengangguk, ia meminta izin terlebih dahulu kepada keluarganya untuk masuk kedalam. Setelah itu dengan perlahan ia membuka pintu ruangan. Terlihatlah tubuh lemah Shireen terbaring diatas brankar dengan beberapa selang terpasang di tubuh dan wajahnya, tak ketinggalan suara alat monitor yang mengisi ruang sunyi itu.

Arzan dengan perlahan meraih tangan Shireen. "Assalamu'alaikum ya Zaujati," ucapnya lirih.

"Sampai kapan kamu tidur terus begini hm? Apa tidak ingin melihat anak-anak kita, dia sangat cantik seperti dirimu, dan sangat tampan seperti aku." Arzan terkekeh pelan dengan kalimat terakhirnya.

"Bangun ya? Aku rindu...."

"Sekarang kita sudah menjadi orang tua. Kita didik dan besarkan anak kita sama-sama ya. Katanya mau kuliah yang rajin biar jadi dokter, makanya ayo bangun."

Arzan tak kuasa lagi untuk mengucapkan kalimat, lidahnya terasa kelu untuk sekedar berbicara kepada Shireen.

...🦋🦋...

Accidental LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang