Chapter 6

1.2K 44 0
                                    

Safinah mengelap keringatnya yang bercucuran di pelipisnya. Hari ini adalah hari dimana ia akan pulang kerumah untuk chek up. Memang khusus untuk Shireen dan Safinah jadwal mereka pulang sebulan sekali, mengingat Safinah memiliki riwayat penyakit yang harus di kontrol setiap bulannya. Waktu yang diberikan hanya satu minggu, setelah itu kembali lagi ke pesantren.

"Iren, ambilin minum Kakak tolong," pinta Safinah mengibas-ngibaskan hijabnya guna mengurangi rasa panas.

Mata Shireen membulat sempurna saat melihat cairan merah keluar dari hidung kakaknya. "Kakak mimisan!" panik Shireen dan segera mengambil tisu untuk menyumbat hidung kakaknya.

"Gak papa kok, cuma mimisan."

"Kakak pasti kecapean bersihin kamar. Harusnya Kakak istirahat aja tadi, biar Iren yang bersihin semuanya."

"Udah dibilang gak Kakak gak papa. Kamu ambilin minum."

Shireen beranjak dan menuangkan air untuk Kakaknya.

"Jam berapa kita berangkat?"

"Kata Bunda sih siang ini mereka jemput."

...🦋🦋...

Safinah dan kedua orangtuanya sudah berada dirumah sakit yang biasa mereka datangi untuk chek up. Sementara Shireen tinggal dirumah dan mengurus rumah. Memang setiap pulang, Shireen sangat jarang diajak untuk ikut chek up.

"Bagaimana keadaan putri saya dok?" tanya Khalif tak sabar.

"Maaf Pak, Bu, tapi saya harus mengatakan ini. Penyakit yang diderita anak Bapak dan Ibu sudah masuk stadium akhir."

"Gak! Gak mungkin Dok! Putri saya baik-baik saja. Dia pasti sembuh!" bantah Talita menggebrak meja karena terbawa emosi.

Khalif menyuruh istrinya untuk duduk kembali. "Bun, tenang dulu, kita dengar penjelasan Dokter."

"Apakah tidak ada cara lain untuk menyembuhkan anak saya Dok?"

Dokter menggeleng. "Kalau penyakitnya belum memasuki stadium akhir, kemungkinan bisa disembuhkan. Tapi sekarang penyakit yang diderita anak Ibu sudah masuk stadium akhir."

"Walau Ibu dan Bapak mencoba mengobati ke luar negeri pun tidak akan bisa, kecuali dengan izin Allah. Perbanyak berdo'a Pak, Bu, semoga Allah memberi keajaiban."

...🦋🦋...

"Ayah sama Bunda kenapa kaya sedih gitu? Apa ada masalah?" tanya Safinah yang heran melihat raut wajah orangtuanya setelah keluar dari ruangan dokter tadi.

Talita segera memeluk erat putrinya. "Nak, kamu harus bertahan ya. Bunda sama Ayah selalu disamping kamu."

Safinah mengangguk. "Pasti kok Bun, Safinah akan bertahan dan akan menemani Ayah sama Bunda."

"Apa yang dokter bilang tadi?"

Talita melirik suaminya. Khalif yang mengerti hanya menganggukkan kepala.

"Tapi kamu jangan sedih ya. Harus bahagia selalu setelah ini."

Safinah dengan cepat mengangguk.

"Tadi Dokter bilang penyakit kamu sudah memasuki stadium akhir."

Deg.

Accidental LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang