Chapter 47

896 39 0
                                    

Shireen merenung didepan meja rias sambil memikirkan tagihan SPP kuliahnya bulan ini. Kemarin ia ditagih oleh dosennya sebesar tiga puluh juta, dan tabungannya belum mencukupi untuk membayar semua itu. Uang suaminya? Tidak! Ia tidak ingin memberatkan Arzan, sebisa mungkin ia harus membayar SPP nya memakai uang sendiri.

"Darimana aku bisa dapet uang ya?"

Shireen mengambil day cream nya. "Nah, ini juga udah habis," ucapnya cemberut.

"Masa minta sama Mas Arzan sih? Minggu belakang kan Mas Arzan udah transfer."

Shireen ingin menangis saja rasanya, kepalanya saat ini dipusingkan oleh uang dan uang. Sckincare nya sudah banyak yang habis, begitupun make-up nya, ditambah uang SPP nya harus segera dibayar.

"Aaaaaa pengen nangis...." rengeknya sambil menatap cermin meja rias.

"Kenapa sayang?" tanya Arzan tiba-tiba datang.

Shireen segera menertalkan wajahnya. "Gapapa Mas, kamu udah selesai manasin mobilnya?"

"Udah. Kamu kenapa? Kok kaya mau nangis? Ada apa, hm?"

"Gapapa Mas, aku baik-baik aja."

Arzan duduk berlutut sambil mensejajarkan tubuhnya dengan Shireen. "Bilang sama Mas, ada apa? Kamu mikirin apa sampai mau nangis gini?"

"Sebenarnya aku pengen minta sesuatu sama Mas, tapi.... "

"Minta apa sayang? Bilang aja, Mas akan kasih selagi Mas bisa."

"Kamu ngidam?" tebak Arzan.

Shireen menggeleng. "Aku mau minta uang," cicit Shireen sangat pelan.

"Berapa?"

"Buat bayar SPP kuliah."

Arzab mengangguk. "Bentar, Mas ambil."

Arzan membuka lemari dan juga membuka tempatnya menyimpan uang cash selama ini.

"Ini. Setelah ini bayar SPP nya ya. Udah jangan sedih lagi," ucap Arzan memberikan amplop coklat dan mengusap pipi Shireen.

Shireen menerimanya. "Maaf ya Mas, aku belum bisa jadi istri yang hemat uang. Gapapa kalau Mas mau marahin aku, karena aku sadar aku boros banget. Padahal kamu udah capek-capek buat cari uang."

"Sayang gak boleh ngomong gitu. Sejak Mas mengucapkan 'Qobiltu' disitulah semua biaya hidup kamu Mas yang tanggung. Mas ngerti kebutuhan kamu banyak, dan Mas kerja juga buat kamu."

"Mulai sekarang aku akan berusaha buat hemat uang."

Arzan menggeleng. "Jangan dipaksain kalau gak bisa. Mas gak mau kamu hemat uang sampai gak makan dan gak jajan."

"Yasudah, kita berangkat."

...🦋🦋...

Shireen menyusuri koridor kampus sendiri, Icha belum datang dan suasana kampus juga masih sepi. Mungkin hari ini banyak mahasiswa yang jadwalnya siang.

"Heyy!!"

"Astaghfirullah, Roy!" Shireen mengelus dadanya terkejut karena suara Roy.

"Sendirian aja nih? Icha utaran mana?"

"Belum dateng tuh anak."

"Lo gak mau gue anterin nih ke kelas?" tawar Roy dengan senyum tengilnya.

"Dihh, sorry ya makasih. Gue lebih baik sendiri."

Accidental LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang