Chapter 8

1.3K 42 0
                                    

Sedari pagi sampai menjelang siang, Shireen full bersih-bersih rumah. Jangan ditanyakan kenapa, tentu saja karena Gus dambaannya akan datang kesini.

"Gak capek apa dari tadi bersih-bersih?" tanya Safinah yang baru selesai mengerjakan sholat dzuhur.

"Capek sih Kak, cuma kan balasannya enak," jawabnya sambil cekikikan.

"Buruan sholat, abis itu kesini lagi."

"Siap Kakak!"

...🦋🦋...

Arzan sudah memanaskan mobil dan bersiap pergi ke rumah Safinah. Ia sedari tadi sudah panas dingin memikirkan jawaban yang akan diterimanya.

"Sudah siap?" tanya Atlan menghampiri.

Arzan mengangguk. "InsyaAllah siap Abba."

"Ingat, apapun jawaban yang kamu terima, entah diterima atau ditolak kamu harus ikhlas. Karena Allah tidak akan memberikan sesuatu kecuali itu baik."

Arzan mengangguk paham. Tak lama datanglah Syakhira, Shafia, dan Arfathan.

"Ayo Bang!"

"Abang tau rumahnya Safinah?" tanya Arfathan.

"Tau kok, dikasih tau sama Shasa."

"Lagian Dek, gak mungkin Abang mau ke rumah orang kalau alamatnya aja gak tau," sahut Shafia menggelengkan kepala.

"Abang udah do'a?"

Arzan mengangguk. "Sudah Umma."

"Yasudah, kita langsung berangkat saja."

...🦋🦋...

Mobil Arzan sudah terparkir indah didepan rumah Safinah. Satu persatu orang disana keluar bertepatan dengan itu, pemilik rumah juga keluar menyambut datangnya tamu jauh.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam. Kalian sudah sampai. Mari masuk!" sambut Khalif dengan senyum ramah.

"Terimakasih, Pak."

Arzan dan keluarga mulai melangkahkan kaki kerumah dua lantai itu. Terlihat diruang tamu sudah ada Safinah dan Shireen, mereka langsung berdiri dan mempersilahkan untuk duduk.

"Silahkan duduk semuanya."

"Sebentar ya, saya ambilkan minum dulu." Safinah beranjak pergi kedapur dan mengambilkan minum.

Shireen diam-diam mengukir senyum dikedua sudut bibirnya. Untuk pertama kalinya Gus Arzan berkunjung ke rumahnya dengan membawa keluarganya. Sungguh, ini adalah ketidakmungkinan yang kini terwujud.

"Silahkan diminum." Safinah meletakkan nampan minuman itu didepan mereka.

"Terimakasih."

"Ini adalah suatu kehormatan untuk kami karena kalian berkunjung jauh-jauh disini." ucap Khalif membuka pembicaraan.

Atlan tersenyum tipis. "Sebenarnya kedatangan saya dan keluarga kesini dengan tujuan tertentu."

"Ada apa Pak?" tanya Talita serius.

"Kami kesini membawa itikad baik. Yaitu ingin mengkhitbah Safinah untuk menjadi istri dari putra saya, Arzan."

Accidental LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang