Chapter 25

1.6K 46 1
                                    

Arzan kini disidang oleh kedua orangtuanya, dan juga Kiyai Zharif. Sementara Shireen menenangkan diri terlebih dahulu bersama Ummi Zalfa. Tadinya Shireen ingin pulang, namun Ummi tidak memperbolehkannya dengan keadaan yang seperti itu, takutnya terjadi apa-apa dengannya.

"Jawab jujur Arzan, apa semua itu benar?" tanya Atlan dengan tatapan datar yang sangat menusuk.

"Demi Allah Abba, Arzan berani sumpah kalau itu bukan Arzan!" jawabnya sambil mengangkat satu tangan keatas.

"Jangan pernah membawa nama Allah untuk berkhianat!"

"Arzan tidak pernah membawa-bawa nama Allah untuk berkhianat, tapi ini serius Abba. Lagipula di video itu wajah laki-lakinya tidak terlihat."

Kiyai Zharif membuka suara. "Apa kamu punya bukti?"

Arzan terdiam, memang ia tidak punya bukti. Tapi apakah tidak ada satu orangpun yang mempercayainya?

Akhirnya Arzan menggeleng lemah.

"Kapan kejadian itu?" tanya Syakhira.

"Arzan tidak tahu Umma. Tapi ustadzah itu mengatakan hari Kamis. Padahal hari Kamis itu Arzan mengisi kajian di Masjid Al-Mustofa."

"Apa Shireen tau kalau kamu pergi?"

"Tidak Umma. Karena waktu itu Shireen masih sekolah, dan saat Arzan pulang sebelum Shireen pulang."

"Apa sebelum pergi kamu sempat pamit dengan seseorang?" tanya Atlan menginterogasi.

"Tidak. Tapi saya sempat bertemu dengan Kang Umar saat akan pergi. Kalau Abba tidak percaya, tanyakan saja."

Atlan menatap putranya dengan tatapan menyelidik, sementara Arzan yang ditatap hanya bersikap tenang, karena sekarang dia memang tidak melakukan kebohongan.

"Saya panggilkan Kang Umar." Syakhira beranjak keluar untuk memanggil Kang Umar. 

"Abba, Opa, tolong percaya sama Arzan. Arzan tidak mungkin melakukan hal sebejat itu, apalagi kepada ustadzah itu."

"Abba tidak akan percaya sebelum melihat bukti dari kamu," jawab Atlan tegas.

"Opa sebenarnya percaya kepada kamu. Tapi setelah melihat video itu, Opa yakin itu memang kamu."

Arzan memejamkan matanya kuat, rasa sesak singgah di hatinya saat tak mendapatkan kepercayaan dari orang-orang terdekatnya.

Tak berapa lama Syakhira datang dengan Kang Umar.

"Duduk Kang."

"Terimakasih." Kang Umar akhirnya duduk.

"Kang Umar ingat kan waktu hari Kamis lalu saya bertemu Kang Umar saat ingin mengisi kajian?" Arzan langsung menanyakan pertanyaan kepada Kang Umar.

Kang Umar mengangguk. "Iya Gus. Kebetulan waktu itu saya disuruh beli keran dan pipa buat ganti yang rusak di asrama putra. Dan saya melihat Gus Arzan terburu-buru sekali waktu itu."

"Abba sudah dengar kan?"

"Dimana kamu melakukan itu?" tanya Atlan.

"Aku tidak tau Abba, karena memang aku tidak melakukannya."

"Seyakin itu kamu untuk berbohong?"

"Abba. Apa yang membuat Abba segitu tidak percaya kepada Arzan? Walaupun Arzan menikah dengan Shireen tidak didasari cinta, tapi Arzan tidak akan pernah nekat melakukan hal seperti itu. Apalagi kepada ustadzah yang licik seperti dia."

"Apa maksudmu licik?" tanya Kiyai Zharif yang tak mengerti.

"Dua hari yang lalu, ustadzah itu memberikan tugas berupa rangkuman sebanyak 8 bab kepada Shireen, dia menyuruh Shireen untuk mengerjakannya lewat laptop dan dikumpulkan dalam bentuk file. Tidak hanya itu, deadlinenya juga pagi hari, sedangkan dia memberikan tugas itu sudah menjelang sore. Dan parahnya, hanya Shireen yang diberikan tugas seperti itu hanya karena tidak mengikuti ulangan. Padahal waktu itu Shireen libur satu hari setelah menikah."

Accidental LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang