Chapter 28

1.5K 44 3
                                    

Arzan mendongak menatap langit malam yang dihiasi banyak bintang. Dirinya sedang duduk di balkon kamarnya, dia sedang tidak di Pesantren. Melainkan dirumahnya, lebih tepatnya rumah orang tuanya.

Sudah tiga hari ini dia tidak menemukan bukti apapun, dan besok waktunya menjalani hukuman, entah setelah itu ia masih bisa melihat istrinya lagi atau tidak, Arzan tidak tau.

Arzan merongoh ponselnya yang ada disaku celana. Ia membuka room chatnya bersama Shireen. Terakhir ia berkirim pesan pada istrinya dua hari yang lalu, itupun tidak ada balasan dari Shireen, hanya dilihatnya saja.

Arzan mengetikkan sebuah pesan pada Shireen.

Setelah mengirim pesan, Arzan meletakkan lagi ponselnya, ia tidak berharap akan dibalas. Karena ia tahu istrinya mungkin masih kecewa dengannya.

Kenapa Arzan tidak pernah menemui Shireen dirumahnya? Jawabannya karena Arzan ingin Shireen menenangkan diri tanpa ada gangguan darinya. Arzan paham, mungkin kalau dia menyusul Shireen kesana, istrinya malah semakin membencinya, itu yang Arzan takutkan.

"Ya Allah, aku menyerahkan semua urusanku kepada-Mu."

...🦋🦋...

Sementara itu, Shireen yang sedang asyik menonton drakor nya. Seketika terhenti saat melihat notif pesan dari Arzan. Ia buru-buru membuka whatsapp nya, biar bagaimanapun juga Shireen tetaplah rindu dengan suaminya.

Pak Cuami:
Shireen, selama aku tidak ada. Jaga diri baik-baik ya, tetap jaga kesehatan dan jangan lalai dengan kewajiban.

Entah kenapa Shireen merasakan feeling yang tidak mengenakkan saat membaca pesan itu. Perasaannya jadi gelisah, dan tidak tau kenapa.

Shireen:
Iya Mas.

Hanya jawaban singkat yang mampu Shireen kirimkan. Walaupun nyatanya dirinya sangat tidak tenang saat membaca pesan itu.

...🦋🦋...

Setelah sholat subuh di masjid dekat rumahnya, Arzan menyempatkan berbicara dengan Abba nya.

"Ba, jam berapa nanti?"

"Jam delapan pagi," jawab singkat Atlan.

"Abang belum menemukan bukti sampai sekarang?" tanya Syakhira yang habis dari dapur sambil membawakan dua cangkir kopi.

Arzan menggeleng lemah. "Belum Umma."

Syakhira ikut duduk disana, ia menatap putranya dengan tatapan sedih. Hukuman dera dan rajam adalah hukuman yang berat, ia takut jika hal buruk menimpa Arzan.

"Mas, apa tidak sebaiknya beri waktu lagi kepada Arzan?"

"Tidak bisa. Itu sudah kesepakatan awal."

"Tidak apa-apa Umma, Arzan ikhlas," jawabnya dengan tenang.

"Shireen sudah tau?"

"Belum, dan Arzan mohon jangan memberitahu Shireen. Arzan tidak mau membuatnya khawatir."

"Tapi, Shireen akan tambah sedih kalau kamu tidak memberitahu."

Arzan tetap menggeleng, ia tidak mau Shireen tau akan hal ini. Itu akan membuat istrinya khawatir.

...🦋🦋...

Accidental LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang