Chapter 22

1.6K 55 0
                                    

Semenjak kejadian dikoridor toilet tadi, Shireen lebih banyak diam. Ia sibuk memikirkan kata-kata ustadzah Mayasara tadi, apakah benar? Atau tidak? Namun kemungkinan besar benar, karena Arzan laki-laki yang sempurna, dan setara untuk ustadzah Mayasara yang paham ilmu agama.

Seperti saat ini, keduanya sedang dalam perjalanan pulang dari Pesantren, Shireen tetap dengan diamnya.

"Masih sakit kakinya?" tanya Arzan melirik sebentar Shireen, lalu fokus kembali pada kemudi.

"Udah mendingan."

"Mau beli sesuatu?"

"Enggak."

"Kenapa dari tadi diam? Ada masalah?"

"Gak ada."

Arzan sudah kehabisan topik untuk berbicara, ia akhirnya hanya fokus pada kemudi.

...🦋🦋...

Menjelang maghrib Arzan pamit untuk sholat berjamaah di masjid dekat komplek rumahnya. Shireen pun mengiyakannya, walaupun ada rasa takut di rumah sendiri.

Karena ia sedang berhalangan sholat, jadilah ia memanaskan makanan yang diberikan Syakhira tadi, Shireen juga membuat beberapa menu lagi, agar saat Arzan pulang bisa langsung menikmatinya.

Selesai dengan acara memasaknya, Shireen menuju kedepan untuk menonton televisi sembari menunggu Arzan pulang.

Cukup lama Shireen menunggu, namun Arzan tak kunjung pulang. Membuat kantuk perlahan menyerangnya, hingga akhirnya Shireen tertidur dengan televisi yang masih menyala.

Ceklek.

"Assalamu'alaikum."

"Shireen... "

Arzan menyerit saat tak mendengar jawaban Shiren, ia segera menelesik rumahnya dan menemukan Shireen yang tertidur didepan TV.

"Astaghfirullah, kalau begini TV yang nonton dia," decak Arzan dan ikut duduk disebelah Shireen.

"Shireen bangun... " Arzan mengelus pelan pipi Shireen.

"Ren, bangun... "

"Eughh...." Shireen mulai mengerjapkan matanya dan melihat wajah tampan Arzan berada tepat di hadapannya.

"Mas udah pulang?"

"Sudah, kenapa tidur lagi? Gak sholat?"

"Enggak."

"Kenapa gak sholat? Udah berani ninggalin kewajiban, hm?"

"Aku haid Mas, bukan ninggalin kewajiban," dengus Shireen kesal.

Arzan hanya menganggukan kepalanya.

"Mas makan duluan aja, makanannya udah aku siapin didapur."

"Kenapa kamu gak makan?"

"Gak selera," jawab Shireen memayunkan bibirnya.

Arzan paham dengan keadaan Shireen, biasanya wanita yang sedang mengalami menstruasi akan mudah sekali badmood, serta nafsu makannya hilang.

"Mau makan sesuatu?"

Shireen menggeleng lemah, ia kembali teringat ucapan ustadzah Mayasara tadi. Membuatnya tiba-tiba menangis sambil memeluk kedua lututnya.

Accidental LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang