Chapter 46

1K 33 0
                                    

Pagi ini setelah selesai sholat subuh, Arzan dan Shireen menyempatkan untuk mengaji dan belajar bahasa Arab sebentar.

"Kamu udah hafal berapa ayat surah Al-Waqiah sayang?"

"Sekitar 40 ayat."

"Bagus. Teruskan ya, itu salah satu surah yang wajib dihafal."

Shireen mengangguk. "Oh ya Mas, belajar bahasa Arabnya sampe mana ya?"

Arzan mengambil buku bahasa Arab yang memang dikhususkan untuk Shireen belajar. "Kamu udah lumayan jauh, tapi yang kemaren kita belajar masih ingat gak?"

"Masih kok. Kita kemaren belajar tentang Nahwu Shorof sama Idhofah."

"Pinter."

"Kita lanjut ke pembahasan Jumlah Mufidah."

"Kamu tau apa Jumlah Mufidah?"

"Kalau gak salah gabungan kata gak sih?"

Arzan memgangguk. "Gabungan beberapa kata yang memiliki arti sempurna. Itu namanya Jumlah Mufidah."

"Gabungan beberapa kata yang memiliki arti sempurna pada jumlah Mufidah, dapat terdiri dari S (Subjek) dan P (Predikat)," jelas Arzan menerangkan.

Shireen manggut-manggut. "Contohnya?'

"Pada kata perintah (fi’il amr) ia juga termasuk ke dalam jumlah mufidah karena walapun hanya satu kata. Namun pada dasarnya ia sudah memenuhi persyaratan jumlah mufidah yaitu adanya S (subjek) dan P (predikat)."

Arzan lanjut mengambil buku dan pulpen. "Contoh fi’il amr misalnya, اُكْتُبْ (tulislah), pada dasarnya kata اُكْتُبْ mempunyai subjek dan predikat. Karena jika di pecah maka artinya sama seperti "Tulislah Oleh Kamu", "tulis" termasuk predikat dan "kamu" adalah subjek."

"Paham sampai disini?"

Shireen mengangguk. "Andai ya dosen di kampus sebaik kamu. Pasti betah banget aku belajarnya."

"Memangnya dosennya gimana disana?"

"Aihh, dosennya jutek banget. Kalau ngajar juga penjelasannya kurang jelas, dan yang buat aku takut adalah, dia gak pernah senyum kalau ngajar," jelas Shireen cemberut.

"Masa sih? Setahu Mas, dosen disana baik-baik semua."

"Menurut Mas aja mungkin."

"Seburuk apapun dosennya, jangan pernah berpikir untuk membencinya. Karena dia adalah orang yang sudah memberikan kamu ilmu," tutur Arzan memberi pengertian.

"Gak benci Mas, cuma kesel aja."

"Itu sama saja."

"Iya deh. Mentang-mentang dosennya cantik, Mas muji-muji dia didepan aku? Sana samperin dia aja sekalian!" kesal Shireen beranjak berdiri.

"Eh, enggak gitu sayang." Arzan berdiri dan menyusul Shireen yang hendak keluar kamar. Dirinya berhasil menahan knop pintu saat Shireen ingin membukanya.

"Minggir Mas!"

"Sayang, Mas gak bermaksud buat kamu marah ataupun kesal. Mas kira dosennya laki-laki, karena setahu Mas yang ngajar disana Pak Ahmad. Mas gak tau kalau dosennya udah diganti."

"Mas minta maaf sayang, wallahi Mas gak bermaksud buat kamu marah."

"Yaudah, minggir kalau gitu. Aku mau keluar Mas."

"Dimaafin?"

"Hm."

"Maafinnya yang ikhlas dong sayang."

Accidental LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang