Hari ini Arzan sudah bisa pulang ke rumah dengan membawa bayi kembarnya. Para keluarga juga berkumpul dirumah Arzan hanya untuk meramaikan suasana.
"Abang kamu mandi dulu, biar Arwan sama Sofy disini," suruh Syakhira.
Arzan mengangguk lemah, ia perlahan berjalan ke kamarnya untuk membersihkan diri.
Ceklek.
Ketika masuk kedalam kamarnya, Arzan merasakan auranya sudah berbeda, entah kenapa tiba-tiba Arzan merasa sedih saat masuk kedalam kamar ini. Bayang-bayang Shireen terus berputar didalam kepalanya.
"Yakin cuma beli rujak?"
Arzan tersenyum ketika mengingat Shireen cemburu kepadanya karena pertemuannya dengan Rana. Itu adalah ngidam terakhir permintaan Shireen padanya.
"Sayang, belum genap dua hari kamu pergi. Tapi aku sudah merindukanmu," gumam Arzan sambil melihat foto pernikahan mereka yang terpajang indah di dinding kamar.
"Shireen istriku, bagaimana kehidupanku selanjutnya tanpamu? Apa aku bisa merawat dan membesarkan anak kita? Kenapa Allah sangat yakin kepadaku dengan memberi takdir seperti ini?"
"Sekarang aku tau mimpi kemarin disaat kamu berkata jangan ikut denganku, ini tempat berbahaya."
Arzan beranjak ke meja belajar Shireen, dimana disana banyak sekali buku yang bertumpuk.
"Mas capek."
"Tugasnya susah banget, aku gak bisa."
"Ini gimana Mas caranya?"
Arzan kembali teringat Shireen selalu mengeluh saat mengerjakan tugas kuliah, istrinya itu selalu pesimis ketika membahas tentang cita-cita dokternya. Selanjutnya Arzan membuka laci, begitu banyak pulpen dan buku disana. Arzan mengambil satu buku yang menjadi perhatiannya.
Diary
Lembar demi lembar Arzan baca semuanya, isinya hanyalah untaian kata-kata yang dituliskan Shireen tentang kehidupan sehari-harinya. Tibalah pada tulisan terakhir.
Untukmu Suamiku
Mas Arzan, apakah kamu tau bahwa aku adalah orang yang sangat beruntung karena mendapatkanmu, dan yang lebih beruntung lagi aku dicintai olehmu. Padahal dulu, memilikimu adalah sesuatu yang mustahil bagiku.
Arzan tersenyum membaca paragraf pertama tulisan itu. "Aku juga orang yang paling beruntung karena mendapatkanmu."
Mas, mungkin kita diikatkan oleh pernikahan dengan cara yang tidak sengaja. Tapi percayalah cintaku benar-benar tulus dan besar untukmu suamiku, sebelum aku menikah denganmu, aku telah lebih dulu mencintaimu. Allah begitu peka hingga mentakdirkan kamu untukku.
"Kamu adalah lauhul mahfudz ku sayang," ujar Arzan membalas tulisan itu.
Mas, aku hanya ingin bilang terimakasih dan maaf.
Terimakasih telah menjadi pemimpin yang terbaik dalam hidupku, telah bersedia menjadi nahkoda ku untuk meraih surga bersama. Terimakasih telah memberikan semua bahagia padaku selama ini, selalu mengerti aku, tidak pernah marah maupun kecewa kepadaku. Terimakasih telah melengkapi semua kekuranganku dan menghargai setiap kelebihanku. Terimakasih telah menjadi imam terbaik dalam sejarah hidupku, telah menciptakan tawa yang membuatku bahagia. Terakhir, terimakasih telah setia kepadaku."Sama-sama sayang."
Maaf ya Mas, apabila selama ini aku belum menjadi makmum terbaikmu, belum bisa memberi kebahagiaan sepenuhnya kepadamu. Maaf selama ini telah merepotkanmu dengan segala tingkah lakuku, dengan segala drama dan keributan setiap hari yang aku ciptakan. Maafkan aku yang terkadang belum mengerti kamu seperti bagaimana Mas mengerti aku. Maafkan aku yang terkadang memecahkan amarah dalam diri kamu. Dan maaf telah banyak membuat Mas kecewa sampai terluka olehku.
"Tidak pernah Zaujati."
Mas Arzan, apabila aku sudah tidak ada lagi jangan bersedih ya. Cukup do'akan saja aku supaya diberi tempat terbaik di sisi-Nya. Rawat dan didiklah anak-anak kita dengan segala ilmu yang kamu punya, aku yakin mereka akan tumbuh menjadi yang terbaik apabila didik oleh pemimpin terbaik seperti kamu Mas. Bila mereka menanyakan dimana keberadaanku, cukup jawab "Ummi berada di suatu tempat, nanti Ummi akan menjemput kita dan berkumpul bersama nanti bila sudah waktunya." Jangan biarkan mereka sedih dan menangis karena merasa tidak punya seorang Ibu. Aku percaya sama kamu Mas.
Tangis Arzan langsung pecah saat membaca kalimat demi kalimat itu, dadanya kembali sesak mengingat kini istrinya sudah pergi.
Biar bagaimanapun aku juga manusia Mas, pasti akan pulang bila Allah menjemputku. Aku akan menyusul Kak Finah disana, berkumpul bersama dan mungkin akan bertemu dengan eyang juga. Didunia tidak ada yang abadi, termasuk istrimu ini. Bila kamu ingin menikah lagi silahkan Mas, aku tidak melarangmu, aku mengerti anak kita akan butuh seorang Ibu untuk menemaninya melewati proses hidupnya. Kamu juga pasti butuh seorang istri. Tapi pilihlah wanita yang penyayang, yang cantik bukan cuma paras namun juga hatinya, yang bisa menerima dan merawat anak-anak kita. Jangan lupa juga, pilih yang lebih baik dariku.
Arzan menggeleng. "Mas tidak akan pernah menikah lagi sayang, kamu terbaik dari yang paling baik."
Tapi walaupun aku sudah pergi jangan khawatir Mas, cinta ini akan terus tertanam didalam hati hanya untuk kamu sendiri. Aku akan terus mencintai sampai kita bertemu lagi di alam selanjutnya. Cintaku padamu tidak akan pernah pudar suamiku, sayang ini hanya untuk kamu sepenuhnya. Nanti kalau sudah di akhirat, jangan minta bidadari lagi ya Mas, cukup aku yang menjadi bidadari seumur hidup kamu baik di alam dunia maupun akhirat.
Kayanya cukup segini aja yang aku tulis, takutnya kepanjangan, nanti kamu kewalahan bacanya. Pokoknya kisah kita adalah kisah terbaik yang pernah aku jalani.
Ana uhibbuka filah ya Zauji, love you for today, tomorrow, and forever.Arzan menutup kembali buku itu saat sudah selesai membacanya, kalimat yang ditulis Shireen cukup menguras air matanya. Ternyata walaupun bobrok, istrinya pintar merangkai kata-kata.
"Kisah kita tidak akan pernah berakhir ya Zaujati. Kamu tetap pemeran utama dalam kisah cinta yang bahagia ini."
Tak ingin berlama-lama, Arzan segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai ia lanjut sholat dzuhur karena sudah masuk waktunya.
Sholat kali ini juga terasa berbeda untuk Arzan, biasanya ia sholat ditemani dengan Shireen sebagai makmumnya, tapi kini ia sendirian.
"YaAllah ajari Hamba untuk mengikhlaskan orang yang sangat Hamba cintai, latih Hamba untuk bisa terbiasa tanpa kehadirannya. Maafkan segala dosa dan kesalahan istri Hamba selama ini YaAllah, ampunilah dia, terimalah segala amal ibadahnya, lapangkanlah kuburnya YaAllah. Berilah dia tempat terbaik disisi-Mu YaAllah, dan masukkanlah ia kedalam golongan Hamba-Mu yang beruntung."
Setelah berdo'a Arzan berdiri sambil melipat sajadahnya, ia memandangi foto yang terpajang di nakasnya. Foto ia dan istrinya saat honeymoon ke Arab.
"Ana uhibbuki filah ya Zaujati. Tunggu aku disana."
TAMAT.
Akhirnya cerita mereka sampai juga di titik akhir. Terimakasih untuk yang telah setia membaca dan mengikuti kisah mereka selama ini. Maaf bila endingnya tidak sesuai dengan apa yang kalian harapkan. Mudah-mudahan semua yang aku tulis disini bisa bermanfaat dan menambah ilmu kalian.
Untuk kalian yang ingin membaca AU Accidental Love silahkan ke instagram ku @storysindi_ disana kalian bisa membaca keseruan chat mereka.
Sampai jumpa di cerita selanjutnya!
Btw next story adalah kisahnya Shafia, jangan lupa pantengin ya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidental Love
Teen FictionSquel Jodoh yang sesungguhnya Arzan Rizwan Al-azhar menyukai salah satu santriwati kembar di pesantren kakeknya. Santriwati itu bernama Safinah. Setelah Arzan menyelesaikan pendidikannya, ia berniat melamar Safinah. Tiga hari setelah niat baiknya di...