Chapter 1

2.5K 61 0
                                    

Sholawat badar yang ditampilkan oleh tim hadroh menggema ke seluruh ruang aula Pesantren Al-Muhajjirin, menyambut kedatangan cucu Pertama Kiyai yang sebentar lagi akan resmi menjadi pemimpin Pesantren.

"Assalamu'alaikum warohmatulohi wabarokatuh."

"Waalaikumsalam warohmatulohi wabarokatuh."

"Allhamdulillahi robbil alamin, asyhadu an laa ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadar rasulullah. Pertama-tama saya ingin mengucapkan selamat datang dan selamat bergabung untuk santri dan santriwati baru disini. Kedua saya ingin mengatakan bahwa hari ini secara resmi saya yang akan menjadi pemimpin Pesantren Al-Muhajjirin," ucap Arzan membuat semua orang disana bertepuk tangan.

"Saya harap kalian menaati peraturan disini dengan baik, berakhlak dan bertata krama yang sopan."

"Ada yang ingin ditanyakan?" lanjut Arzan membuka pertanyaan.

Salah satu santri mengangkat tangan. "Siapa nama Gus?" tanya santri itu.

Arzan mengangguk pelan, sepertinya itu santri baru. Karena kalau santri lama mereka semua sudah mengenal Arzan.

"Nama saya Arzan Rizwan Al-Azhar. Kalian bisa memanggil saya dengan Gus Arzan, atau Gus Rizwan juga boleh."

Kini giliran seorang santriwati melontarkan pertanyaan. "Apa Gus Arzan mengajar?"

"Tidak, saya hanya memimpin Pesantren saja."

"Berapa umur Gus?"

"23 tahun."

"Ada lagi yang ingin bertanya?" Arzan melihat bergantian para santri dan santriwati yang tampak diam.

"Baiklah kalau tidak ada pertanyaan, sampai disini dulu perkenalannya. Saya tutup wassalamu'alaikum warohmatulohi wabarokatuh."

"Waalaikumsalam warohmatulohi wabarokatuh."

Arzan meninggalkan tempatnya diiringi oleh suara tepuk tangan oleh warga Pesantren.

"Abang sekarang sudah jadi pemimpin Pesantren. Artinya harus mengayomi warga Pesantren dengan baik ya, bersikap dan berlaku adil, dan mintalah ridho Allah untuk menjalankan amanah Abba," pesan Syakhira ketika Arzan sudah duduk di sampingnya.

"InsyaAllah Arzan akan jadi pemimpin yang adil Umma. Do'akan saja semoga Arzan berhasil menjalankan amanah Abba," balas Arzan tersenyum manis pada Syakhira.

"Mulai sekarang Fathan jadi rakyat Abang," celutuk Arfathan yang membuat mereka terkekeh.

"Iya, Fathan jadi rakyatnya Abang," sahut Syakhira.

"Dikira presiden pake rakyat segala," timpal Shafia membuat adik bungsunya itu hanya tertawa kecil.

"Abba, Umma, Shasa harus berangkat sekarang." Shafia melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah sepuluh. Itu artinya kelasnya akan dimulai sebentar lagi.

"Abba anterin, ayo!" Atlan segera bangkit dan berpamitan untuk mengantarkan Shafia ke kampus.

"Hati-hati ya!"

Atlan mengangguk tak lupa mengecup pelan kening istrinya. Setelah itu mengajak Shafia untuk keluar aula.

"Abba gak ada kerjaan lagi disini?" tanya Shafia saat melewati koridor Pesantren.

"Enggak, memangnya kenapa?"

"Shasa kan bisa bawa mobil, mungkin Abba pengen ngobrol sama Opa dulu."

Atlan menggeleng, setelah itu membukakan pintu mobil untuk Shafia. Barulah ia masuk dan menjalankan mobilnya menuju kampus.

Accidental LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang