Neneknya pernah mengatakan bahwa ketika manusia akan mati, mereka akan teringat pada kehidupan yang pernah mereka alami semakin mengingatnya maka semakin banyak penyesalan yang menumpuk di dalam hati. Mu Jiang merasakan hal itu, ia sakit keras dan kini terbaring menyedihkan di atas ranjang kematiannya mengingat-ingat kehidupan yang pernah ia lalui selama dua puluh lima tahun ini. Ranjang kematian yang keras, dingin, dan sendirian.
Mu Jiang dulunya adalah pemuda dari keluarga Jenderal yang sangat ternama, kekayaan keluarga yang melimpah dan status yang tinggi. Tetapi siapa sangka bahwa Mu Jiang pada akhirnya akan berakhir seperti ini. Miskin, sakit-sakitan, sendirian.
Penyesalan terbesar dalam hidupnya adalah tidak mendengarkan kata-kata ibunya sebelum mereka berpisah dengan buruk. Sekalipun ia terlahir dari seorang selir, tetapi hidupnya terjamin dan ini yang membuat Mu Jiang merasa selalu di atas angin. Ia jatuh cinta pada kecantikan yang salah, seorang pelacur rendahan yang membuainya lewat kata-kata manis. Mu Jiang yang terbuai mengabaikan kehidupannya sendiri. Ia berkelahi hebat dengan ibunya, kemudian memilih kabur dengan wanita ini membawa seluruh harta ibunya yang bisa ia bawa. Mu Jiang berpikir dia sudah dewasa dan tidak membutuhkan tangan orang lain untuk mencampuri hidupnya, termasuk ibunya sendiri. Kata-kata menyakitkan yang ia katakan pada ibunya sebelum pergi selalu menjadi penyesalan di dalam hatinya.
Mu Jiang selalu yakin bahwa wanita itu juga mencintainya sebagaimana ia mencintai wanita itu sepenuh hati. Akan tetapi Mu Jiang hidup tanpa mengetahui apapun, perlahan namun pasti topeng indah pelacur rendahan itu retak dan menunjukkan wajah aslinya. Wanita yang tamak, licik, tidak pernah mencintainya, dan hanya mencintai hartanya. Tanpa Mu Jiang ketahui, semua harta benda milik ibunya dijual oleh wanita itu. Mu Jiang tidak disisakan apapun, demi bertahan hidup ia bekerja apa saja asalkan bisa digunakan untuk makan. Ia seperti keledai dungu.
Mu Jiang sakit, tetapi wanita itu bahkan enggan membelikannya obat. Mu Jiang bahkan tidak masalah jika itu obat murahan sekalipun, akan tetapi wanita itu hanya mengabaikannya. Sakit Mu Jiang bertambah parah ketika mendengar kabar kematian ibunya, ibunya meninggal karena kesedihan mendalam setelah Mu Jiang pergi. Bahkan sebelum menghembuskan nafas terakhir, ibunya menanyakan dimana Mu Jiang dan apakah mereka masih bisa bertemu lagi.
Kesehatan yang buruk dan kesedihan yang menumpuk, kondisi Mu Jiang semakin menurun hingga ia tidak sempat menahan wanita itu yang akhirnya kabur membawa seluruh harta benda hanya memberinya sebuah kue mantou yang sudah keras. Mu Jiang menertawakan dirinya dalam hati. Ia melepaskan statusnya, ia meninggalkan ibunya, ia meninggalkan seluruh kenyamanan, ia merampok harta ibunya demi cinta. Tetapi pada akhirnya cinta itu hanya seharga sebuah kue mantou keras yang pada akhirnya dicuri oleh seekor kucing.
Airmata Mu Jiang menggantung di sudut matanya. Ia benar-benar menyesal atas kehidupan tidak berguna yang sudah ia lalui. Seandainya Dewa dan Dewi memiliki belas kasih, Mu Jiang berharap bisa memutar waktu sehingga dapat memperbaiki kesalahannya dimasa lalu. Jikapun ia diberi kesempatan untuk kembali ke masa lalu meski hanya sebentar, Mu Jiang hanya ingin bertemu ibunya dan mengucapkan maaf serta terima kasih.
Tetapi apakah Dewa dan Dewi akan memberinya kasih sayang semacam itu? Ia hanyalah seorang anak bodoh yang patut dihukum mati karena tidak berbakti pada orangtuanya.
Ketika Mu Jiang memejamkan mata, ia merasakan sakit yang mengalir di seluruh pembuluh darahnya, nafasnya mulai tipis dan jiwanya terpisah dari raganya.
Mu Jiang meninggal.
.
.
Mu Jiang tidak mengerti, kenapa tiba-tiba tubuhnya terasa hangat. Bukan hangat karena selimut, tetapi hangat yang nyaris mencapai panas tak tertahankan. Mu Jiang berpikir bahwa ia mungkin sudah diseret menuju kerak neraka.Hanya saja, mengapa suara-suara di sekelilingnya begitu akrab? Suara langkah kaki yang menginjak lantai dengan terburu-buru, suara baskom berisi air yang diletakkan di atas tanah, kemudian beberapa gemerisik pakaian yang Mu Jiang hafal betul.

KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] The Land Becomes A River
RomanceMu Jiang memiliki penyesalan yang besar dalam hidupnya. Setelah ia jatuh miskin, wanita yang ia cintai wanita yang membuat hubungannya dengan keluarganya hancur meninggalkannya begitu saja saat ia sakit keras. Mu Jiang di atas ranjang kematiannya ha...