Warning : NSFW 🔞, rough sex, pulling hair
Cahaya lentera berkedip, angin berhembus lembut membelai daun dedalu yang rapuh. Dari dalam kamar Jun Wang terdengar suara ambigu yang membuat siapapun ingin menutup telinga karena malu.
Dibawah timpaan cahaya lentera yang lembut Mu Jiang terlihat tidak berdaya. Kedua tangannya diikat dengan tali sutra yang lembut, mata Mu Jiang basah oleh air mata dan terlihat sayu, punggungnya dilapisi keringat serta beberapa tanda merah yang mekar, rambut hitam Mu Jiang tersebar di bahunya. Dengan posisi menungging, Mu Jiang merasa sangat malu. Belum lagi krisannya yang longgar terus menerus mengeluarkan cairan kental dengan aroma asam yang khas.
Feng Yuxuan memperhatikan selir kecil ini dengan seksama, bagaimana Mu Jiang terlihat tidak berdaya membuatnya merasa sangatlah puas.
Feng Yuxuan naik ke atas ranjang, menciptakan suara decitan yang bergema.
"Apa kau masih tidak mau meminta maaf?" Feng Yuxuan mengusap bongkahan persik Mu Jiang yang berwarna putih dan kenyal itu.
"Apa salahku…"
Plakk
Feng Yuxuan mendaratkan tamparan keras di pantat bulat, seketika warna merah menghiasi pantat Mu Jiang membuatnya terlihat menyedihkan.
Mu Jiang merasakan bahwa cairan menetes sedikit demi sedikit dari ujung kemaluannya yang tegang.
"Meminta maaf."
Mu Jiang bungkam, ia masih terlalu pusing dengan sensasi panas tetapi nikmat bekas tamparan itu.
Feng Yuxuan kembali mendaratkan tamparannya, satu, dua, tiga, ia berkali-kali melakukannya hingga Mu Jiang merintih dan mulai menangis memohon Feng Yuxuan berhenti. Akan tetapi tentu saja tangisan Mu Jiang justru membakar nafsunya dengan kejam tanpa belas kasih Feng Yuxuan kembali menusukkan tongkat dagingnya pada krisan lembut Mu Jiang. Cairannya yang tertinggal sedikit demi sedikit mengalir jatuh ke atas ranjang.
Kekencangan dan kehangatan Mu Jiang membuat Jun Wang merasa sangat puas. Ia mulai menggerakkan tongkat dagingnya. Keluar masuk, maju mundur, cepat lambat. Bolamata Mu Jiang terbalik, air liur menetes dari sudut bibirnya. Rasa perih karena tamparan Feng Yuxuan pada pantat dan bagaimana tongkat daging mengisinya membuat Mu Jiang kehilangan akal.
Feng Yuxuan juga merasakan hal yang sama, suara cabul yang diciptakan membuatnya bertambah semangat. Feng Yuxuan menarik rambut Mu Jiang kasar, gerakkannya juga semakin kencang. Mu Jiang mendesah kencang, mulai menangis meminta belas kasihan. Feng Yuxuan tidak peduli, ia membungkam mulut Mu Jiang dengan jari-jarinya yang terbebas. Feng Yuxuan mengobrak abrik mulut kecil itu dengan kejam.
Mu Jiang merasa benar-benar akan mati sekarang juga. Serangan nikmat, rasa sakit karena dijambak, dan mulutnya yang dipenuhi jari tebal Feng Yuxuan membuat Mu Jiang tidak dapat bernafas dengan benar.
Feng Yuxuan menarik jari-jarinya, ia membiarkan Mu Jiang mendesah sekuatnya. Suara rengekan serta desahan Mu Jiang sangat disukai olehnya.
"Katakan maaf terlebih dahulu." Feng Yuxuan melambatkan gerakannya dimana itu membuat Mu Jiang tidak puas. "Cepat."
Mu Jiang menoleh ke Feng Yuxuan. Wajahnya memerah dan lelehan air mata membuatnya terlihat dianiaya dengan keras. Mu Jiang berucap dengan suara goyah. "Maafkan Jiang-er, Wangye."
Seperti pohon mati yang mendapatkan air segar, Feng Yuxuan bergerak dengan gila menusuk Mu Jiang sekeras dan sedalam mungkin. Tongkat dagingnya begitu menonjol di perut Mu Jiang.
Feng Yuxuan menyipitkan matanya, ia merasa tongkat dagingnya semakin membengkak. Dalam waktu singkat Feng Yuxuan menyembur keluar, memenuhi lagi dan lagi krisan Mu Jiang dengan cairan miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] The Land Becomes A River
RomanceMu Jiang memiliki penyesalan yang besar dalam hidupnya. Setelah ia jatuh miskin, wanita yang ia cintai wanita yang membuat hubungannya dengan keluarganya hancur meninggalkannya begitu saja saat ia sakit keras. Mu Jiang di atas ranjang kematiannya ha...