Bab 2 : Terima Kasih dan Maafkan Aku

21.3K 2.4K 50
                                    

Mu Jiang terbangun dengan tubuh yang terasa lebih ringan dan sepertinya demamnya juga sudah turun, ketika ia membuka mata tidak ada siapapun yang bersamanya tetapi selimutnya memang ditata dengan baik seolah-olah sengaja agar dirinya merasa sangat nyaman.

Mu Jiang mengubah posisinya menjadi duduk, ia mengamati tangannya yang pendek dengan jari-jari kecil. Maka, ini tidak salah bahwa dirinya memang kembali ke masa lalu saat usianya baru 5 tahun. Mu Jiang tidak mampu mengungkapkan bagaimana perasaannya, ia benar-benar bahagia namun disisi lain juga bingung. Akan tetapi, apapun itu Dewa sudah memberinya kesempatan kedua dan Mu Jiang harus memanfaatkannya sebaik mungkin ia harus memperbaiki segala kesalahan yang telah diperbuatnya di masa lalu.

Mu Jiang melihat pintu kamarnya dibuka, Selir Li masuk dengan langkah tergesa. Matanya sembab oleh airmata dan rambutnya sedikit berantakan, tampaknya Selir Li baru saja selesai bertarung dengan Zhang-shi.

Selir Li melihat anaknya bangun, ia langsung bergerak mendekati Mu Jiang.

"Jiang-er! Kau sudah bangun?" Telapak tangan Selir Li yang lembut dan sedikit lembab menangkup wajah bundar kecil anak yang imut ini. Merasakan panas Mu Jiang belum turun, Selir Li tidak tahan untuk meneteskan air matanya lagi.

Mu Jiang menatap lekat wajah ibunya, dimasa lalu ia sering mengucapkan kata kasar terhadap ibunya terlebih lagi ketika ibunya tidak merestui hubungannya dengan wanita itu. Mu Jiang selalu kesal karena ia hanyalah anak selir yang tidak mendapatkan banyak keistimewaan. Ia terlalu buta dan tidak menyadari bahwa meskipun dunia memandangnya sebelah mata, tetapi Selir Li mencintainya tanpa syarat.

Rasa penyesalan dan kerinduan menumpuk di hatinya. Dulu ibunya meninggal tanpa sempat ia melihatnya, sekarang ibunya ada dihadapannya lagi dan Mu Jiang tidak tahan untuk tidak menangis.

"Yiniang¹!" Mu Jiang kecil melemparkan dirinya dalam pelukan Selir Li.

(Yiniang : Ibu selir)

Selir Li cukup kaget karena Mu Jiang tidak suka disentuh apalagi dipeluk, tetapi sekarang Mu Jiang memeluknya erat. Hati Selir Li mencair, ia membalas pelukan anaknya.

"Jiang-er, ada apa hm? Apakah merasa sakit? Tenang saja, Yiniang sudah memanggil tabib terbaik untukmu!" Selir Li berpikir Mu Jiang sudah sangat kesakitan, ia hanya bisa menghibur anaknya dengan kata-kata ini dan menepuk punggung kecil itu lembut.

Mu Jiang tahu bahwa ibunya mengorbankan diri bertarung dengan Zhang-shi agar Mu Jiang diperiksa oleh tabib terbaik, dulu Mu Jiang sangat benci ketika ibunya berkelahi dengan Zhang-shi karena baginya ibunya ini sangat menyebalkan dan tidak tahu tempatnya sebagai Selir yang seharusnya mengalah pada Nyonya di rumah ini. Akan tetapi sekarang Mu Jiang sudah mengerti bahwa ibunya tidaklah sukarela bertarung, tetapi Selir Li melakukan ini untuknya.

"Yiniang." Mu Jiang hanya terus memanggil ibunya, dimana hal ini membuat Selir Li merasa semakin ketakutan.

"Xi Momo, apakah Tabib sudah datang? Jiang-er tampaknya semakin kesakitan!" Selir Li tidak tahan untuk menangis bersama putranya.

Xi Momo buru-buru menenangkan keduanya. "Tabib dalam perjalanan, harap Nyonya Kecil tenang."

Baru saja Xi Momo hendak bangkit untuk memeriksa keadaan pelayan lain muncul kemudian mengatakan. "Tuan dan Nyonya berkunjung ke Paviliun Tinta Cerah!"

Tak beberapa lama pintu terbuka, dua orang masuk dengan langkah hati-hati. Pertama adalah pria tinggi dengan kumis dan jenggot tebal dengan mata yang tajam, itu adalah Jenderal Mu Shen. Kemudian wanita lain menyusul dengan perhiasan batu kumala yang meski sederhana namun terlihat cantik ketika tertimpa cahaya lentera keemasan. Wanita itu sedikit cemberut, raut wajahnya tampak tidak puas untuk segala hal. Wanita itu tidak lain adalah Zhang-shi.

[BL] The Land Becomes A River Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang