"Keributan apa yang kau buat ini? Apakah keluarga Yang tidak mengajarimu sopan santun?!"
Feng Yuxuan bangkit, ia melirik sedikit Mu Jiang lantas menutup tirai tempat tidur. Mu Jiang sekarang tersembunyi di dalamnya.
Feng Yuxuan sama sekali bukan orang yang ramah, kecuali pada anggota keluarganya. Ia selalu keras dalam tindakannya, jika ia tidak menyukai sesuatu Feng Yuxuan akan menegur tanpa basa-basi. Bagi anggota Kavaleri Xuening, Feng Yuxuan benar-benar galak!
Sekarang Yang Caihong jelas memancing amarah Feng Yuxuan. Sebenarnya Feng Yuxuan tidak terlalu peduli dengan keberadaan Yang Caihong, dirinya juga tidak akrab dengan gadis ini. Tetapi Yang Caihong jelas mengembangkan perasaan romantis terhadap Feng Yuxuan, dirinya tahu bahwa Feng Yuxuan dan Cui Manting bukanlah sepasang bebek mandarin jadi dirinya dengan terang-terangan bersikap posesif.
Sekarang ada selir baru yang muncul, Yang Caihong menunggu kabar dengan cemas. Setelah mengetahui bahwa Feng Yuxuan tidak segera meninggalkan kamar selir itu Yang Caihong merasa sangat tertekan, ia takut jika dirinya benar-benar akan dilupakan dan kalah dari seorang pria! Itu sebabnya Yang Caihong membuat keributan.
Selir Yang menatap tempat tidur dengan tajam, ia berharap dapat mencabik-cabik selir pria ini hanya lewat tatapannya saja.
"Bawa dia keluar! Dia membuatku kesal." Feng Yuxuan bangkit, ia berjalan keluar dari kamar membiarkan Yang Caihong setengah diseret oleh beberapa pelayan.
Meski membuat Jun Wang marah, Yang Caihong tidak menyesal ia merasa puas dalam hati karena berhasil merusak malam pertama ini!
Kamar menjadi hening. Xiao Xinyi segera melangkah masuk dan membuka tirai, gadis itu terpana melihat penampilan Mu Jiang.
Segera Xiao Xinyi mengambil kain bersih, ia mengusap wajah Mu Jiang yang kotor oleh cairan kental. Mu Jiang terlihat masih shock hingga tidak bereaksi apapun.
"Tuan Muda, apakah… apakah ada yang sakit?" Tanya Xiao Xinyi dengan nada tergagap.
"Tidak ada. Jun Wang tidak melakukan apapun padaku. Benar kata Yiniang dan Nenek, sebaiknya aku menghindarinya." Mu Jiang merasa bingung, disini siapa sebenarnya yang lengan potong? Dirinya? Atau Feng Yuxuan?
Xiao Xinyi diam-diam menghela nafas dengan lega.
.
.
Karena Mu Jiang adalah selir laki-laki, ia diremehkan sepenuhnya di kediaman Jun Wang. Mu Jiang memang memiliki pelayan tetapi kebanyakan dari mereka tidak menghormatinya, sebab dalam pandangan pelayan-pelayan ini mereka tidak dapat mengandalkan Mu Jiang. Jika Mu Jiang perempuan mereka masih bisa bergantung karena Mu Jiang akan mengandung anak Feng Yuxuan suatu saat nanti, kemudian Jun Wang juga tidak memiliki ketertarikan pada pria. Adapun yang terjadi malam itu hanyalah karena ada pelayan serakah yang memakai bubuk afrodisiak untuk menarik Feng Yuxuan padanya. Feng Yuxuan marah besar, ia menghukum pelayan itu dengan cambukan sampai mati. Cui Manting juga memperingatkan dengan tegas bahwa obat-obat semacam itu dilarang, siapapun yang menyimpannya dan tidak tahu tempatnya sebagai pelayan akan dihukum cambuk.
Jadi sudah jelas apa yang dilakukan Jun Wang dipicu oleh afrodisiak! Bukan karena tertarik pada Mu Jiang. Jadi, untuk apa mereka bergantung pada seseorang yang tidak memiliki sandaran sama sekali?
Mu Jiang mengetahui itu, tetapi ia tidak ingin pusing memikirkannya. Selama masih ada Xiao Xinyi maka semuanya akan baik-baik saja, lagi pula dirinya masih bisa mengatasi semuanya sendirian. Semakin dilupakan ia, justru semakin baik.
Mu Jiang sudah menerima teh dari Cui Manting, mereka tidak banyak berinteraksi karena Cui Manting bukan orang yang suka berbicara.
Saat ini Mu Jiang dan Xiao Xinyi duduk dibawah pohon dedalu yang tumbuh lebat, Mu Jiang memancing di danau buatan. Mu Jiang sama sekali tidak memiliki pekerjaan, jadi dirinya menghabiskan waktu bersantai dengan memancing. Langit terlihat cerah, di bawah naungan pohon dedalu udara terasa sejuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] The Land Becomes A River
RomanceMu Jiang memiliki penyesalan yang besar dalam hidupnya. Setelah ia jatuh miskin, wanita yang ia cintai wanita yang membuat hubungannya dengan keluarganya hancur meninggalkannya begitu saja saat ia sakit keras. Mu Jiang di atas ranjang kematiannya ha...