[BL] The Land Becomes A River

Bab 52 : Persyaratan

Chanyu memang beberapa kali pergi ke air terjun ini jika membutuhkan ketenangan, selain tempatnya tersembunyi air terjun ini juga begitu sejuk hingga mampu menenangkan pikirannya.

Tetapi tanpa ia duga, ketika pergi ke tempat ini dirinya justru menemukan pemandangan seorang pemuda yang menarik perhatiannya sejak dulu. Hanya saja berdasarkan kata-kata Tuxi pemuda itu meninggal karena bunuh diri, Chanyu mempercayainya karena Tuxi adalah orang yang paling ia percaya. Namun sekarang sebuah fakta muncul, pemuda itu tidak pernah mati. 

Yidoujuan Shun tidak tahu harus tertawa atau apa, dia telah ditipu secara mentah selama beberapa tahun ini!

Mata kebiruannya menatap kulit putih bagaikan giok yang sangat indah, itu basah dan tersiram oleh cahaya matahari senja keemasan. 

Chanyu masuk ke dalam air, ia berjalan mendekati Xiao Duyi bagaikan seekor singa yang mengincar mangsanya. Xiao Duyi tahu bahwa ia tidak akan lolos kali ini, apa yang harus ia lakukan sekarang hanyalah melawan.

Xiao Duyi dan Chanyu bertarung dengan sengit di dalam air, Xiao Duyi bergerak cepat untuk menghalau semua serangan Chanyu. Chengli Gutu Chanyu menyipitkan matanya, sejak kapan budak kecil ini pandai dalam bela diri? Walaupun ia jelas mudah dikalahkan olehnya, tetapi kemampuannya cukup hebat. Mata Chanyu berkilat oleh kesenangan baru.

Air yang tadinya tenang berubah menjadi riak besar, suara pertarungan di dalam air berpadu dengan suara air terjun yang berisik.

"Budak kecil, apa kau tahu dimana kau berada? Kau ada di tanah Chanyu ini. Jika kau membuat masalah, tidak hanya kau yang mati namun juga tuan mudamu itu." Chanyu memiliki kelemahan terbesar Xiao Duyi di tangannya, benar saja Xiao Duyi langsung berhenti melawannya dan Chanyu menekan pria yang jauh lebih kecil darinya itu pada batu besar. Meraup bibir Xiao Duyi dalam ciuman yang menindas tanpa ampunan, bibir bagian bawah dihisap dan lidahnya mengobrak abrik mulut kecil Xiao Duyi penuh kesenangan.

Xiao Duyi memberontak, tetapi semakin keras ia memberontak justru ciuman itu semakin dalam. Xiao Duyi hampir pingsan karena ciuman itu.

Chanyu baru melepaskannya ketika merasa membutuhkan udara segar, Xiao Duyi dengan marah seperti kucing yang diinjak ekornya mendaratkan bogeman ke pipi Chanyu dengan kecepatan yang luput dari perhitungan Chanyu itu.

Darah segera mengalir dari sudut bibir Chanyu yang robek, ia menatap Xiao Duyi dan tersenyum miring. Dirinya merasa sangat senang melihat betapa ganasnya adik kecil ini, juga sedikit terkejut karena tidak ada yang pernah berhasil memukul wajahnya dengan telak semacam ini.

Chanyu mengusap darahnya dengan ibu jarinya. Antingnya bergerak lembut.

"Kemampuanmu boleh juga."

Xiao Duyi tidak membalas, ia segera naik ke daratan dan memakai lapisan pakaiannya. Semua gerakan Xiao Duyi dipandangi dengan intens oleh Chanyu, ia menjilat permukaan bibirnya ringan dan berpikir tentang betapa nikmatnya tubuh adik kecil itu.

"Jika anda ingin menghukum saya, lakukan saja. Tetapi jangan libatkan Tuan Muda saya." Xiao Duyi memakai penutup wajahnya, ia merasa puas berhasil memukul wajah Chanyu sialan itu.

Xiao Duyi meninggalkan air terjun kecil itu untuk kembali menemui Mu Jiang.

Sementara Chanyu melihat Xiao Duyi sampai benar-benar menghilang. Ia mendesah kecil, mengusap benda miliknya yang sudah berdiri tegak sejak melihat tubuh telanjang Xiao Duyi.

Sore itu Chanyu mandi lebih lama dari yang seharusnya.

.

.

Mu Jiang tidak sempat mengobrol dengan Xiao Duyi karena ia dikelilingi oleh orang Hu yang begitu penasaran dengannya, saat malam datang pesta digelar. Dua ekor domba gemuk disembelih dan dibakar utuh sebagai hidangan pesta malam ini, wanita-wanita menyanyikan lagu khas suku masing-masing dengan ceria, para pria mengobrol atau bertukar jurus beladiri, Mu Jiang dikerumuni oleh anak-anak kecil yang penasaran dengan pria cantik yang sehalus giok, sementara Xiao Duyi yang masih menjadi 'wanita' membantu teman barunya mengepang rambut.