Diatas pegunungan yang berkabut dimana pohon sangat rindang dan cahaya matahari sedikit kewalahan untuk menembus dedaunan, sebuah gubuk kecil berdiri. Asap membumbung melalui celah-celah atap jerami yang kuat, aroma obat yang pahit dan pedas tercium tajam. Seorang pria muda membawa satu mangkuk obat berwarna keruh yang hangat karena baru saja diseduh.
"Tabib Qi, dimana aku harus meletakkan ini?"
"Bawa kemari, Wangfei harus segera meminumnya." Qi Wei berkata pada Chu Ronglian.
Chu Ronglian segera memberikan mangkuk obat pada Qi Wei, matanya menatap wanita cantik yang terlihat pucat dan berbaring tanpa daya diatas kasur jerami.
Mungkin seperti takdir yang digariskan oleh langit, Chu Ronglian yang mendengar bahwa Negara Yue menyerang Kekaisaran Yezi bergegas pergi ke Ibukota dan meninggalkan studinya. Namun ditengah perjalanan ia harus menerima kenyataan bahwa Kekaisaran Yezi sudah dikalahkan dan seluruh penghuni istana sudah tewas karena kebakaran. Ayah angkatnya kemungkinan besar juga sudah meninggal, Chu Ronglian merasa sangat bersedih dan kehilangan arah. Kemudian ia secara tidak sengaja bertemu dengan Qi Wei, merasa kasihan Qi Wei kemudian membawa Chu Ronglian dalam perjalanannya.
Kemudian Qi Wei menjelaskan bahwa ia menemukan Cui Mantin yang sekarat terseret oleh aliran sungai. Sejak saat itu Qi Wei merawat Cui Manting.
Qi Wei meletakkan tanaman obatnya, ia kemudian membantu Cui Manting yang koma untuk duduk. Qi Wei menampung obat itu ke dalam mulutnya, ia kemudian membuka sedikit bibir Cui Manting dan memindahkan obat dari mulutnya ke mulut Cui Manting.
Barulah Qi Wei kemudian membaringkan Cui Manting lagi ke tempat tidurnya.
Ia memeriksa denyut nadi Cui Manting dengan seksama dan bisa merasa lega. "Kondisi Wangfei sudah lebih baik, mungkin dia akan segera sadar."
Qi Wei berpikir bahwa kemampuan dan keinginan Cui Manting itu sangat tinggi. Umumnya orang yang jatuh dari tebing dan hanyut akan mati, tetapi Cui Manting tidak. Ini adalah sebuah keajaiban yang patut untuk dirayakan.
"Bagaimana rencana kita selanjutnya? Kita tidak mungkin terus berada di atas gunung?" Tanya Chu Ronglian.
"Aku dengan Daerah Zimo sangat aman, kita bisa pergi kesana setelah Wangfei sadar."
Qi Wei menatap wajah Cui Manting, bahkan ketika dalam keadaan tidak sadarkan diri Cui Manting tetap saja cantik.
Chu Ronglian mengangguk menerima rencana Qi Wei.
.
.
Mu Jiang kembali ke penginapan membawa pedang dan panah, ketika berada di depan pintu Mu Jiang mendengar Meng Rulan tengah berbicara dengan seseorang. Mu Jiang kebingungan siapa yang Meng Rulan ajak bicara, namun ia tetap memutuskan untuk masuk.
"Jiang-ge!" Meng Rulan menyapa dengan senyum cerah, Mu Jiang lupa kapan Meng Rulan tersenyum selebar itu.
Dua pria yang berbicara dengan Meng Rulan membalikkan badannya. Mu Jiang seketika membeku, pedang di tangannya jatuh ke atas tanah.
"Shiyi Niang!"
"Tuan Kesebelas!"
Mu Jiang langsung bergerak memeluk Mu Lin dan Xiao Duyi, ia berusaha meyakinkan diri bahwa yang dilihatnya saat ini bukanlah ilusi belaka. Mereka benar-benar Xiao Duyi dan Mu Lin.
Meng Rulan terharu melihat pemandangan itu.
"Ini benar-benar kalian?" Mu Jiang melepaskan pelukannya. Ia menatap keduanya lekat.
Xiao Duyi tidak terlalu banyak berubah, ia masih sama seperti dulu hanya bedanya kulitnya sekarang agak lebih gelap. Sementara itu Mu Lin masih sama saja dengan ingatan Mu Jiang terakhir kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] The Land Becomes A River
RomanceMu Jiang memiliki penyesalan yang besar dalam hidupnya. Setelah ia jatuh miskin, wanita yang ia cintai wanita yang membuat hubungannya dengan keluarganya hancur meninggalkannya begitu saja saat ia sakit keras. Mu Jiang di atas ranjang kematiannya ha...