Tanpa terasa waktu berlalu, ini merupakan tahun ketiga Mu Jiang menjadi selir. Tahun lalu Yang Caihong meninggal di gubuk deritanya setelah melawan penyakit, di detik kematiannya Yang Caihong masih mengutuk Mu Jiang dengan penuh kebencian.
Waktu bergerak, segalanya juga berubah. Menurut kabar dari Cui Manting, istri Cui Xiaosheng melahirkan bayi laki-laki dan ia meninggal tidak lama kemudian karena pendarahan hebat. Mu Jiang sempat mendengar sehari sebelum pernikahannya Cui Xiaosheng pergi ke kediaman Mu dan meminta bertemu dengan Mu Lin, akan tetapi Mu Lin yang selama ini selalu memandang Cui Xiaosheng bagaikan dewa entah mengapa tiba-tiba menolak bertemu Cui Xiaosheng.
Chu Ronglian sudah pergi ke selatan untuk menempuh pendidikannya, sebelum itu ia bertunangan terlebih dahulu dengan Meng Rulan.
Pergolakan terjadi dimana-mana, perang pecah di berbagai negara bawahan Kekaisaran Yezi. Wangye dan Wangfei semakin sibuk serta serius belakangan ini, mereka mempersiapkan diri untuk pergi berperang melawan Negara Yue.
Mu Jiang berusia dua puluh satu tahun saat ini, ia semakin terlihat dewasa meskipun masih tampak polos. Hubungannya dan Wangye sangatlah baik, memang beberapa kali Feng Yuxuan memarahi Mu Jiang karena memang itu sifatnya tetapi mereka juga saling memahami dengan baik serta saling menghormati. Mu Jiang mungkin tidak pernah mengatakannya, tetapi ia mencintai Feng Yuxuan. Mu Jiang sudah lelah menolak kenyataan bahwa dirinya bukanlah lengan potong, semakin kuat Mu Jiang menolak justru perasaannya bagaikan pohon yang tumbuh subur.
Perasaannya pada Feng Yuxuan dan perasaannya pada Xie Mian dulu sangatlah berbeda. Untuk Feng Yuxuan itu benar-benar kuat, hingga Mu Jiang berpikir tidak masalah mempersembahkan darah dan dagingnya untuk Dewa agar ia bisa bersama dengan Feng Yuxuan.
Salju mulai mencair, cahaya hangat matahari musim semi bersinar. Mu Jiang memandangi baju biru tua yang ia kenakan, penampilannya sangat cantik apalagi dengan gelang giok hijau ditangannya. Mu Jiang mengikat rambutnya hati-hati, memperhatikan kembali penampilannya memastikan bahwa tidak ada yang kurang.
Hari ini Feng Yuxuan dan Cui Manting akan pergi ke medan perang yang berbahaya, Mu Jiang baru pertama kalinya ditinggal berperang seperti ini hingga hatinya dipenuhi oleh kekhawatiran.
Seharusnya Mu Jiang yang pergi keluar, namun tiba-tiba saja Feng Yuxuan muncul di paviliunnya. Feng Yuxuan sangat tampan dengan armor berat yang membuatnya berlipat kali lebih tampan, garis-garis wajah tajamnya menonjol, ia bagaikan reinkarnasi Dewa Perang!
Penampilan Fen Yuxuan mengingatkan Mu Jiang akan kenangan masa kecilnya, ia yang berusia lima tahun memanjat pohon dan melihat Feng Yuxuan pertama kalinya saat kembali dari perang. Feng Yuxuan masih sama, hanya saja ia terlihat jauh lebih dewasa dan matang.
Feng Yuxuan berdiri di depan Mu Jiang, ia memperhatikan selir ini dengan seksama.
"Kau memakai pakaian bagus hari ini." Feng Yuxuan menangkup wajah Mu Jiang.
"Agar Wangye tidak melupakanku." Ujar Mu Jiang dengan senyum merekah.
"Tidak akan."
"Wangye." Panggil Mu Jiang.
"Hm?"
"Dapatkah kau berjanji akan kembali dengan selamat?" Mu Jiang terus merasakan kegelisahan ini, ia selalu takut jika Feng Yuxuan tidak pernah kembali lagi. Semakin memikirkannya, perasaan Mu Jiang semakin tidak nyaman.
Feng Yuxuan menatap lurus mata Mu Jiang. Dalam perang tidak ada yang pasti, prajurit bisa tewas hanya dalam hitungan detik. Kehidupan dan kematian seperti berada di atas benang tipis. Feng Yuxuan tidak dapat menjamin apapun.
"Wangye?" Mu Jiang membutuhkan kepastian, ia ingin hatinya mempercayai bahwa Wangye-nya akan selamat.
"Ya, aku akan kembali dengan selamat."

KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] The Land Becomes A River
RomanceMu Jiang memiliki penyesalan yang besar dalam hidupnya. Setelah ia jatuh miskin, wanita yang ia cintai wanita yang membuat hubungannya dengan keluarganya hancur meninggalkannya begitu saja saat ia sakit keras. Mu Jiang di atas ranjang kematiannya ha...