Nyonya Tua sedang merangkai bunga ketika Mama Liu muncul dan segera melaporkan sesuatu. "Tuan Kesebelas datang mengunjungi Nyonya Tua."
Nyonya Tua menghentikan kegiatannya, ia merasa bahwa dirinya salah dengar. Salah satu cucunya secara pribadi datang mengunjunginya?
"Bawa dia masuk."
"Baik." Mama Liu segera keluar dan membawa Mu Jiang serta dua pelayannya untuk masuk. Mu Jiang terlihat berhati-hati, ia memberi salam dengan sikap yang sempurna membuat Nyonya Tua merasa puas.
"Mu Jiang datang untuk menjenguk Nyonya Tua. Menurut kabar Nyonya Tua sakit, apakah keadaan Nyonya Tua sekarang baik-baik saja?" Mu Jiang bertanya dengan suara susunya yang selalu mampu meluluhkan hati setiap orang.
Nyonya Tua memandangi cucu yang ia lupakan ini dengan seksama. Mu Jiang memiliki wajah yang tampan namun juga manis, matanya cerah dengan bulu mata tebal yang rapi. Ketika tersenyum, itu seolah mampu mencairkan permukaan es yang membekukan danau dalam. Pipi anak itu tebal oleh lemak bayi, sedikit kemerahan. Penampilan fisiknya menunjukkan Mu Jiang dirawat dengan hati-hati oleh Selir Li.
"Aku hanyalah wanita tua yang menunggu ajalku datang, sakit sedikit bukan masalah besar." Nyonya Tua memberi isyarat pada Mama Liu untuk membawa beberapa makanan ringan bagi tamu kecilnya ini.
Mu Jiang yang mendengar jawaban itu tidak tahan untuk tersenyum, sekali lagi membalas. "Nyonya Tua akan hidup selama seratus tahun!"
Nyonya Tua mendengar itu tertawa, anak ini tahu bagaimana caranya bersikap manis. Bagaimanapun hal ini membuat Nyonya Tua merasa sedikit bahagia, di antara kedua belas cucunya tidak ada yang repot-repot untuk berbasa-basi menjenguknya. Ia tinggal di tempat yang terasa asing, tua, lemah, dan dilupakan. Nyonya Tua juga tidak ingin memikirkannya terlalu dalam, biarkan orang yang masih muda fokus pada urusannya sementara orang tua sepertinya hanya perlu menunggu malaikat maut datang menjemputnya. Ia tidak perlu merasa bersusah hati.
Hanya saja, dari hatinya yang terdalam ia merasa bahagia. Ada yang mengingatnya dan secara khusus menjenguknya, Nyonya Tua yang selalu mengasingkan diri dari urusan dunia ini seperti menemukan sebuah harapan redup.
"Kau anak yang tahu caranya berbicara." Nyonya Tua menyingkirkan bunga-bunganya. "Biarkan orangtua ini mengetahui siapa anak yang berkunjung."
Mu Jiang dengan semangat memperkenalkan dirinya. Keceriaan Mu Jiang seolah membawa energi baru bagi Nyonya Tua.
Dulu ia selalu memberi batas jelas antara anak sah dan anak selir, akan tetapi pemikirannya hari ini agak berubah. Nyonya Tua sudah hidup selama puluhan tahun, ia memiliki segudang pengalaman yang membuatnya mampu menilai seseorang hanya dalam sekali lihat.
Mu Jiang ini tampak bersungguh-sungguh menjenguknya dan berceloteh apa saja yang membuatnya bahagia.
"Kau datang tiba-tiba, apakah uang sakumu kurang?" Nyonya Tua merogoh saku jubahnya, tetapi Mu Jiang segera menahannya.
"Nyonya Tua! Cucu ini datang bersungguh-sungguh ingin bertemu dengan Nyonya Tua, karena di paviliun cucu ini merasa bosan."
Nyonya Tua menggoda. "Ah, jadi kau datang dan ingat pada wanita tua ini karena bosan?"
Mu Jiang segera menggeleng, kepalanya bergerak cepat seperti drum mainan.
Mama Liu datang bersama beberapa pelayan membawa makanan ringan yang terlihat masih hangat. Menghirup aroma sedap seperti ini, Mu Jiang merasa lapar dan air liur menggantung di sudut bibirnya. Karena ia menderita kematian dalam keadaan miskin, Mu Jiang merindukan makanan-makanan lezat semacam ini. Beberapa hari yang lalu dirinya sakit, Selir Li tidak mengizinkannya makan sembarangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] The Land Becomes A River
RomansaMu Jiang memiliki penyesalan yang besar dalam hidupnya. Setelah ia jatuh miskin, wanita yang ia cintai wanita yang membuat hubungannya dengan keluarganya hancur meninggalkannya begitu saja saat ia sakit keras. Mu Jiang di atas ranjang kematiannya ha...