Bab 14 : Pembicaraan Santai

15.5K 1.9K 152
                                    

Ini sudah hari kedua Mu Jiang menjalani hukumannya, saat malam hujan turun Mu Shen muncul dan membuka pintu aula leluhur. Udara di aula ini terasa sangat dingin dan Mu Jiang setengah berbaring di atas bantalan doa yang empuk, Mu Shen berjalan perlahan-lahan memastikan suaranya tidak akan mengganggu tidur putra kesebelasnya ini.

Mu Jiang terlelap begitu damai, Mu Shen mengangkat sedikit bagian bawah pakaian Mu Jiang dan melihat lutut putih Mu Jiang berubah warna menjadi merah kecoklatan menandakan Mu Jiang sangat serius menjalani hukumannya ini. Mu Shen tidak tahan untuk mendesah berat, ia kemudian memeriksa luka di punggung Mu Jiang. Luka itu sudah agak kering.

Mu Shen perlahan membangunkan Mu Jiang. Putra Kesebelas membuka matanya, ketika melihat Mu Shen dia segera mengubah posisinya menjadi berlutut lagi dengan sempurna.

"Ayah maaf aku ketiduran."

"Tidak apa-apa. Bukan berarti kau tidak boleh tidur sama sekali. Apakah lukamu sangat menyakitkan?" Mu Shen bertanya, melihat wajah pucat Mu Jiang dirinya merasa bersedih. Selama ini Mu Jiang adalah anak yang tidak pernah membuat Mu Shen marah, jadi menghukumnya seberat ini tetap membuat Mu Shen merasa bersalah.

"Tidak apa-apa, aku bisa menahannya."

"Hukumanmu akan selesai besok, apakah kau sudah memahami apa kesalahanmu? Bukannya aku tidak menyayangimu. Akan tetapi jika kau menyukai laki-laki juga tidak masalah, kau hanya perlu menyimpannya sebagai selir nantinya. Tetapi mengatakan dengan lantang pada semua orang bahwa kau tidak menyukai wanita… itu bukan sesuatu yang benar."

Mu Jiang tidak mengatakan apa-apa. Ia benar-benar lelah dan tidak ingin memikirkan masalah ini, tetapi Mu Shen sudah membahasnya apakah dia masih memiliki nyali untuk menyuruh ayahnya diam? Sama saja dia menyerahkan kepalanya ke algojo!

"Ayah, aku sungguh… aku benar-benar tidak menyukai pria. Saat itu ada pelacur yang menggodaku, aku tidak tahu cara menolaknya. Jadi aku pikir memberinya pukulan telak adalah langkah yang tepat, tapi aku sama sekali tidak tahu bahwa pria acak itu adalah Jun Wang. Aku hanya pernah bertemu dengannya saat masih sangat kecil, aku sudah lupa seperti apa wajahnya jadi mana mungkin aku bisa menyukainya?"

Menyukai seseorang yang belum pernah ditemui adalah sejenis perasaan semu, perasaan seperti angin. Ada tetapi tidak terlihat dan akan segera menghilang begitu saja.

Lagipula walaupun dia suka menyulam, memasak, bermain jianzi, berkumpul dengan beberapa wanita bukan berarti secara mutlak dia memiliki kecenderungan menyukai pria. Mu Jiang tidak tahu apakah dia menyukai wanita atau pria, dia tidak pernah memikirkan hal ini sejak dirinya terlahir kembali. Dia sudah senang hidup sendirian tanpa pasangan. Jadi, ketika ia berpikir tidak memiliki ketertarikan pada pria maka dia lurus.

"Mu Jiang, tidak apa-apa jika kau menyukai pria itu tidak apa-apa. Ayah sudah memikirkan hal ini sehari semalam. Ayah tidak ingin memaksamu." Mu Shen berkata seolah-olah dia adalah petapa sejati! Betapa bijak kata-katanya! Tetapi Mu Jiang hanya ingin menjerit kenapa sekarang ayahnya justru memaksanya menjadi lengan potong?! "Hanya saja kau tidak bisa bersama Jun Wang. Jun Wang itu bukan orang yang bisa kau sentuh, dia tidak suka kesenangan daging apalagi pria."

Lama kelamaan Mu Jiang jadi kesal. "Kalau aku suka pria, aku tidak akan menyukai orang seperti Jun Wang! Aku lebih suka pria bertemperamen halus dan seorang sarjana, bukannya orang militer!" Sungguh, dia hanya berbicara asal-asalan.

Tetapi angin dengan cepat berhembus entah dari mana, memadamkan cahaya lilin di aula leluhur.

Ayah dan anak terdiam.

"Memangnya ada apa dengan orang militer?! Kita orang yang hebat!" Mu Shen malah mendebat.

Mu Jiang segera membalas. "Kalian sangat menyebalkan!"

[BL] The Land Becomes A River Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang