Jianzi dengan bulu warna warni yang mencolok ditendang oleh kaki berbalut sepatu wanita dengan sulaman bunga mekar yang elok, sementara itu kaki lain dengan sepatu pria juga memantulkan jianzi dengan terampil. Keduanya terlihat bermain dengan kompak, tidak memedulikan matahari musim panas yang bersinar terik di atas kepala.
"Shiyi Niang! Kau membolos sekolah lagi?" Jianzi jatuh ke atas tanah ketika suara keras itu bergema menggelegar. Seorang pria muda dengan tubuh tinggi dan wajah tampan memasuki halaman paviliun milik Mu Hua dengan langkah tergesa-gesa.
"Aiya! Untuk apa berteriak sekeras itu?" Mu Hua berucap galak, ia menarik telinga Mu Lin yang kini tumbuh jauh lebih tinggi darinya. "Teruslah panggil Xiao Jiang dengan Shiyi Niang, ayah pasti akan mematahkan kakimu!"
Waktu berlalu, musim terus berganti. Tidak terasa ini sudah memasuki tahun ke-12 setelah ia dilahirkan kembali. Mu Jiang tumbuh dengan sangat baik dibawah asuhan Nyonya Tua, walaupun beberapa hal membuat Selir Li tidak puas seperti misalnya Mu Jiang menjadi sangat ahli memasak dan menyulam. Prestasinya juga biasa-biasa saja dan gagal dalam ujian beberapa kali.
Mu Jiang mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi pada Nyonya Tua dan Selir Li, ia berusaha keras mengubah takdir masa lalunya yang mengerikan. Setidaknya di usia tua Nyonya Tua tidak kesepian lagi, ia terlihat jauh lebih sehat dan memiliki keinginan hidup yang tinggi. Selir Li juga hidup dengan nyaman, meski masih sering bertarung dengan Zhang-shi tetapi setidaknya Mu Jiang bisa memastikan ia tidak akan meninggalkan ibunya lagi.
Mu Jiang tumbuh menjadi anak yang tampan, wajahnya yang hampir mirip dengan Selir Li membawa sentuhan keanggunan yang tidak dapat disangkal. Temperamen Mu Jiang juga ceria, sedikit terlihat bodoh, tetapi ia sangat mudah untuk disukai. Semakin besar ia, penyakitnya semakin jarang kambuh dimana hal ini membuat Selir Li merasa lega.
Mu Hua yang dulunya selalu menjaga jarak dari anak-anak selir kini justru paling menyukai Mu Jiang, ia kerap menyeret Mu Jiang untuk bermain jianzi bersamanya atau mendengarkan puisi yang Mu Hua buat sepenuh hati.
Hanya saja hingga detik ini Mu Jiang belum menikah, dulu ia sempat akan dijodohkan dengan putri pejabat tingkat empat. Akan tetapi gadis itu menolak keras, ia bahkan mengatakan lebih baik gantung diri dibanding menikah dengan Mu Jiang yang menurut desas-desus tidak menyukai wanita.
Ya, karena ia tumbuh di bawah asuhan Nyonya Tua, bisa menyulam, memasak, bermain jianzi, dan berwajah sedikit cantik membuat semua orang berpikir Mu Jiang adalah penyuka sesama pria! Kabar itu menyebar dalam skala besar dan sulit untuk disangkal, apalagi panggilan 'Shiyi Niang' dari teman-teman sekolahnya sudah terlalu melekat dalam diri Mu Jiang.
Mu Jiang hanya bisa berpasrah dengan kehidupannya ini. Sekalipun ia melompat ke sungai kuning, orang-orang akan tetap berpegang pada apa yang mereka percayai. Jadi, rasanya percuma membuang ludah untuk hal ini. Malah bagus jika tidak ada gadis yang mau menikah dengannya, ia sudah berniat untuk tidak perlu menikah saja dalam kehidupan ini!
Toh, Negara Yezi adalah negara yang cukup bebas akan homoseksual. Pria bisa memiliki selir laki-laki, bahkan orang pedesaan juga lebih toleran dimana pernikahan sesama pria dianggap hal normal.
Mu Jiang juga tidak ambil pusing dengan orang-orang yang menghina keahliannya, ia suka melakukannya dan orang lain tidak boleh melarang apa yang ingin ia lakukan.
"Guru sangat marah, kau harus menulis refleksi diri!" Mu Lin sedikit takut dengan ancaman kakak perempuannya ini.
"Hm, tapi aku sibuk."
"Sibuk apa?" Mu Lin yang mewarisi watak pemarah Zhang-shi segera meledak, ia berbicara cepat dan keras. "Sehari-hari kau hanya makan, tidur, menyulam, bermain bersama nenek, memberi makan ikan! Dimana letak sibuknya?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] The Land Becomes A River
RomanceMu Jiang memiliki penyesalan yang besar dalam hidupnya. Setelah ia jatuh miskin, wanita yang ia cintai wanita yang membuat hubungannya dengan keluarganya hancur meninggalkannya begitu saja saat ia sakit keras. Mu Jiang di atas ranjang kematiannya ha...