Bab 31 : Penyesalan

14.8K 2K 91
                                    

Pagi ini Meng Rulan kembali ke Istana, ia berjalan dengan langkah ceria dan senyum yang merekah.

Bagaimana tidak? Malam tadi ayahnya mengatakan bahwa ia ingin kembali ke ibunya dan merasa menyesal atas apa yang terjadi dulu, ayahnya bahkan bersedia menurunkan status istri barunya menjadi selir dan menikahi ulang Putri Siyu.

Meng Rulan sejak dulu mendambakan sebuah keluarga utuh, ia benar-benar berharap bahwa kedua orangtuanya akan kembali bersama. Hanya saja ibunya terlalu keras kepala membuat Meng Rulan kesal, sekarang ayahnya yang meminta pernikahan sendiri akankah ibunya tetap berkeras hati?

Ketika memasuki paviliun, Putri Siyu sedang menyesap obatnya dan alisnya sedikit berkerut karena rasa pahit. Pelayan setianya segera memberikan batang madu untuk menetralisir rasa pahit itu.

"Ibu!"

Melihat putrinya, Feng Siyu tersenyum lebar. "Yu-er sudah kembali? Apakah kau sudah sarapan? Yi Tao siapkan sarapan untuk Nona Muda."

"Baik, Tuan Putri."

Tidak beberapa lama Yi Tao kembali dan menata meja makan dengan hidangan lezat, Putri Siyu duduk dihadapan Meng Rulan memandangi anaknya ini makan dengan lahap. Hatinya dipenuhi oleh rasa puas.

"Ibu… bagaimana jika ibu kembali lagi menikah dengan ayah?"

Senyum Putri Siyu membeku. "Apa maksudmu?"

"Ayah semalam mengatakan padaku ingin keluarga kita kembali utuh lagi, ayah bahkan bersedia menurunkan istrinya menjadi selir. Aku segera menyetujuinya dan-"

"Ibu tidak akan kembali pada ayahmu." Putri Siyu segera memotong kata-kata Meng Rulan dengan wajah dingin.

Alis Meng Rulan berkerut, ketidakpuasan mulai menguasai gadis muda ini. "Mengapa?! Ayah menginginkan ibu kembali, aku juga ingin memiliki keluarga utuh! Mengapa ibu terus saja memikirkan diri ibu sendiri?! Jika ibu tidak menyayangiku maka biarkan aku kembali ke rumah ayah!"

"Jangan mendebat ibu, keputusan ibu sudah bulat."

"Aku membenci ibu! Sangat benci!"

"Seribu kalipun kau mengatakan kau membenci ibu, aku tetap ibumu!" Putri Siyu memukul meja keras hingga beberapa piring jatuh dan pecah ke atas lantai.

Meng Rulan agak terkejut melihat ibunya marah seperti ini, akan tetapi amarahnya justru bertambah.

"Seandainya aku tidak dilahirkan oleh ibu, maka semuanya pasti lebih baik!"

Putri Siyu menampar keras putrinya ini. Nafas Putri Siyu memburu, tangannya gemetar hebat dan matanya sedikit basah.

"Kau mengatakan jika aku bukan ibumu maka semua pasti lebih baik? Meng Rulan apakah kau tahu mengapa aku memilih bercerai dengan ayahmu?! Ketika kau masih ada di dalam kandungan, peramal muncul dan mengatakan kau akan dilahirkan sebagai perempuan! Kau tahu apa yang keluarga itu lakukan?! Mereka berniat menggali rahimku dengan kayu untuk mengeluarkanmu! Mereka mengatakan bayi perempuan pembawa kesialan! Jika bukan karena aku kabur, meminta perlindungan Kakak Kedua kau sudah pasti mati sebelum kau dilahirkan!" Putri Siyu menunjuk Meng Rulan, sementara Meng Rulan hanya berdiri dengan tatapan mata kosong. Pipinya memiliki bekas tamparan.

"Ibu berbohong." Ia tidak ingin mempercayai semua ini.

"Berbohong?! Apakah aku Putri Siyu, pernah berbohong?!" Putri Siyu menyobek bajunya, tubuhnya setengah telanjang. Meng Rulan membelalakkan mata melihat bekas luka yang tampak dalam dan beberapa lebam yang meninggalkan jejak. "Ayahmu, Meng Yu itu adalah binatang jahat! Dia memukuliku sepanjang waktu jika dia merasa kesal! Aku selalu diam karena aku hanya melaksanakan baktiku sebagai istri, tetapi dia tidak pernah berhenti. Dia memiliki lusinan selir dan tongfang di halamannya! Apakah kau tahu bagaimana Meng Yu menghidupi mereka? Ya! Dengan semua maharku! Keluarga Meng busuk itu menjual mahar-maharku demi hidup nyaman! Semua barang milikku tidak tersisa! Bahkan demi hidup lebih nyaman lagi, Meng Rulan apakah kau tahu bahwa ketika usiamu enam tahun ayahmu berniat menikahkanmu dengan pria tua tidak bermoral yang kaya raya?! Apa kau tahu semua itu?!"

[BL] The Land Becomes A River Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang