Bab 47 : Informasi Institut Lihua

10.6K 1.5K 47
                                    

Cui Shilin meski baru berusia dua tahun namun dia anak yang pintar, ia memahami bahwa ayahnya marah padanya. Cui Shilin yang awalnya ceria mendadak mulai mengerutkan bibirnya, satu persatu airmata membasahi pipi besarnya dan ia mulai menangis.

Mu Lin tidak pernah terbiasa dengan anak kecil, akan tetapi melihat seorang anak menangis sambil memeluk kakinya hatinya menjadi tidak tega. Ia mengangkat tubuh bocah montok ini dan menggendongnya.

"Dia masih kecil, mengapa memarahinya?" Mu Lin bertanya dengan tajam pada Cui Xiaosheng. Cui Shilin melingkarkan lengan pendeknya pada leher Mu Lin, ia terisak semakin menyedihkan berusaha menarik sebanyak mungkin simpati Mu Lin.

Cui Xiaosheng sedikit kehilangan kata-katanya. Sejujurnya ia merasa cukup canggung dengan Mu Lin sejak kejadian malam itu, apalagi ketika Mu Lin menolak bertemu dengannya. Saat sekolah hubungan mereka sangat baik, mereka akrab dan menjadi kawan. Cui Xiaosheng tidak pernah berpikir bahwa ia akan tidur dengan Mu Lin, meskipun itu hanya sebuah kecelakaan.

Namun sejak malam itu, perlahan-lahan perasaannya pada Mu Jiang mulai terpupus. Cui Xiaosheng tidak mengerti, ia bersikap saling menghormati dengan istrinya. Saat anaknya lahir, ia hanya memikirkan bahwa bayi itu harus memiliki nama 'Lin'. Ketika istrinya meninggal, ia fokus pada pekerjaan dan perkembangan Cui Shilin. Saat mendengar kabar bahwa keluarga Mu sudah berubah menjadi abu, Cui Xiaosheng pertama-tama memikirkan Mu Lin dan hatinya merasa pahit.

Cui Xiaosheng tidak membantah atau membalas omelan Mu Lin, ia mempersilahkan tamu-tamunya untuk masuk dan memberikan perjamuan yang pantas. Cui Shilin begitu lengket pada 'Niang'nya, ia menolak turun dari gendongan dan kini dirinya dipangku oleh Mu Lin.

"Mu Jiang, aku sangat bersyukur bahwa kau selamat dari kejadian tragis itu. Langit masih berbaik hati memberi kesempatan kita berjumpa lagi." Cui Xiaosheng benar-benar tidak mampu mengungkapkan betapa bahagianya ia bisa bertemu dengan teman lama lagi.

"Itu benar." Mu Jiang menjawab singkat.

"Tinggalah di Zimo, ini adalah tempat yang aman."

"Saudara Cui, aku akan bergabung dengan tentara. Aku dengar orang-orang Yue masih berusaha merebut kota ini." Mu Jiang langsung mengungkapkan maksud hatinya, ia tidak berbasa-basi. Kata-katanya tajam, penuh keyakinan. Untuk sesaat Cui Xiaosheng terkejut, ia merasakan perubahan besar dalam sifat Mu Jiang. Orang yang pernah berada di hatinya ini seperti menjadi orang lain, akan tetapi Cui Xiaosheng sedikitnya mengerti bahwa Mu Jiang sudah kehilangan segalanya. Manusia dapat berubah ketika berada di situasi hidup paling sulit.

Mu Lin juga kehilangan keluarga Cui, kakaknya kemungkinan besar sudah gugur dalam peperangan. Secara alami dirinya membenci Negara Yue dan bertekad mempertahankan daerah ini apapun yang terjadi.

Cui Xiaosheng tahu bakat Mu Jiang sejak kecil, walau selalu diejek lemah Mu Jiang ini adalah orang yang benar-benar gigih ketika menginginkan sesuatu.

"Apakah kau yakin? Menjadi tentara sangat berat."

"Tidak masalah. Aku selama ini banyak berada di barak dan aku berlatih beladiri secara khusus dari Wangye dan Wangfei."

"Mu Jiang, peperangan itu sangat mengerikan. Lebih mengerikan dari yang diceritakan. Apakah kau yakin? Apakah kau bersedia mempertaruhkan nyawamu?" Cui Xiaosheng harus memastikan hal ini.

Mu Jiang berkata penuh dengan tekad. "Aku tidak takut mati."

Mu Jiang sejak dilahirkan kembali selalu takut pada kematian, ia sudah melewati situasi hidup dan mati berkali-kali karena konspirasi Yang Caihong. Namun saat ini dirinya tidak memiliki keraguan sedikitpun, ia akan tetap melangkah maju meski itu berbahaya. Ia tidak takut mati sama sekali.

[BL] The Land Becomes A River Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang