(09) honeymoon!

2K 215 59
                                    

Kembali tentang bulan madu. Jihoon sudah hampir melupakannya karena putus harapan akan pernikahan yang menyenangkan. Namun siapa yang sangka, pagi itu saat ia sedang menyantap sarapan di meja makan bersama sang suami, tiba-tiba datang supir pribadi Junkyu membawakan sebuah amplop. Jihoon hanya memperhatikan dalam diam sambil mengunyah makanannya, sampai saat Junkyu justru menyodorkan amplop itu padanya.

"Apa? Kok dikasih aku?"

"Tiket, untuk honeymoon. Kamu saja yang simpan, saya masih harus mengurus cuti saya."

"Hah-?!" Jihoon hampir tersedak makanannya sendiri. Segera ia tenggak segelas air putih di sampingnya. Amplop di atas meja cepat-cepat ia raih setelahnya. Dan benar saja isinya adalah sebuah tiket wisata ke Swiss. Jihoon mengerjap, menatap selembar kertas itu dengan tatapan tak percaya. Dalam hati ia sudah bersorak gembira namun tetap berusaha biasa saja dari luar.

Setelah sesi sarapannya selesai Junkyu kembali sibuk dengan sisa pekerjaan yang harus diselesaikanya sebelum mengambil cuti. Junkyu mengerjakan semua pekerjaannya di ruang tengah rumahnya karena katanya ruang kerjanya terasa sumpek, dan baru sekarang jugalah Jihoon sadar akan seberapa banyak tumpukan berkas yang kini jadi tanggung jawab suaminya. Ia tak akan lagi heran jika Junkyu harus lembur sampai selarut itu setiap harinya.

Sementara Junkyu sibuk dengan pekerjaannya, Jihoon justru izin pergi menemui ibunya. Ia ingin mengabari ibunya tentang rencana yang terkesan sedikit terburu-buru ini dan ketimbang meneleponnya Jihoon lebih pilih temui ibunya secara langsung.

Jihoon pergi diantarkan sopir pribadi Junkyu karena Junkyu tak bisa mengantar Jihoon. Flat kecil yang jadi tempatnya berteduh selama separuh hidupnya itu terlihat sepi seperti biasa. Langkah kakinya riang menuju unitnya. Namun betapa terkejutnya ia saat justru dapati sosok sang sahabat yang juga baru saja sampai di sana.

"Yoshi-kun!" Jihoon berseru keras seraya berjalan cepat menghampiri Yoshi, lalu memukul punggung Yoshi sebagai sapaan. Pukulan itu tidak keras, namun juga berhasil buat Yoshi mengumpat dan menatap Jihoon kesal.

"Cerah amat, kemarin aja nangis-nangis gak jelas." Sinis Yoshi berucap.

"Heh! Jangan keras-keras ngomongnya, nanti Mama denger." Jihoon menyenggol tubuh Yoshi berusaha peringatkan kawannya itu agar tak membahas sikap kekanakannya kemarin apalagi membahasnya saat ada ibunya.

"Oh iya, gue bakal pergi honeymoon loh," ucap Jihoon pamerkan rencananya bersama sang suami minggu depan. Jihoon tersenyum manis, namun justru buat Yoshi hanya mampu tersenyum kecut mendengar kabar yang harusnya merupakan kabar baik itu.

"Gitu," balas Yoshi dengan cuek. Sukses lunturkan senyum Jihoon dan membuat Jihoon menatapnya dengan malas. "Kalo gitu, gue tunggu kabar baiknya aja. Jadi gak sabar punya ponakan."

Kalimat bernada datar Yoshi itu membuat Jihoon kerutkan kening. "Ponakan? Emang siapa yang mau punya anak?" tanyanya dengan lugu, dan kini giliran Yoshi yang menatapnya dengan malas.

"Lo lah siapa lagi. Kan lo yang mau bulan madu, apa tujuannya bulan madu kalau bukan buat bikin anak," Yoshi menyahut kesal. Kadang ia tak paham juga dengan cara berpikir Jihoon. Sahabatnya itu mungkin saja melupakan esensi utama bulan madu dan yang terbesit di pikirannya hanyalah dia yang akan pergi berlibur biasa.

Melihat keterdiaman Jihoon itu sudah bisa Yoshi pastikan bahwa dugaannya benar. Yoshi menggeleng pelan, lalu berniat mengetuk pintu. Namun sebelum tangannya menyentuh kayunya, pintu tersebut sudah dibuka dari dalam dan tunjukkan wajah cantik Jennie yang tampak kebingungan. Wanita itu mendengar banyak suara ribut yang ia kenali sebagai suara putranya, namun heran mengapa Jihoon tidak juga masuk dan rupanya inilah alasannya. Dua sahabat itu sibuk tercekcok lagi.

Sweet Love [ kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang