Hampir sepuluh menit lamanya Jihoon berdiam diri di toilet. Ia segera keluar begitu merasa sedikit lebih baik. Keringat masih membasahi keningnya saat ia kembali ke meja makan. Hidangan di atas meja telah berganti dengan hidangan utama. Jisoo menyuruhnya untuk makan sebelum Junkyu menjemputnya dan Jihoon mengangguk, berakhir memakan hidangannya yang sepertinya terlihat normal.
Namun ia kembali menyesali tindakannya. Dengan terpaksa ia menelan suapan pertamanya itu karena tak mungkin baginya untuk lagi-lagi tinggalkan meja makan. Dan ketika itulah saat ponselnya berdering, sebuah telepon masuk dari Junkyu.
"Suamimu? Mau langsung pergi?" Jisoo bertanya begitu melihat ponsel Jihoon.
Jihoon mengangguk. "Gak apa-apa kan Ma kalau aku pergi duluan?"
"Tentu gak apa-apa, ayo Mama antar keluar," Jisoo sudah akan berdiri, namun Jihoon menahannya.
"Gak usah Ma, Mama lanjutin aja makannya, aku pergi sendiri aja."
Jihoon segera berpamitan dengan yang lain, lalu melenggang pergi dengan cepat. Ia terburu-buru dengan keringat yang kembali bercucuran di dahinya. Junkyu yang sudah menunggu di depan pintu masuk itu lantas menghampiri Jihoon saat dilihat wajah sang istri yang tampak cemas dan gelisah.
"Jihoon, kamu kenapa," Junkyu makin terkejut saat melihat wajah Jihoon yang memerah. Nafasnya juga kembali sesak. "Hei, kenapa, kamu gak apa-apa?" Jihoon menggeleng. Bibirnya sudah tak bisa bicara dan Junkyu dibuat makin panik olehnya.
"Sebentar, tahan sebentar ya kita ke rumah sakit sekarang."
Meskipun diselimuti panik Junkyu tetap berusaha tenang dan fokus menyetir. Tangan kanannya sibuk menyetir sedangkan tangan kirinya terus pegangi Jihoon yang masih berusaha bernafas dan mempertahankan kesadarannya.
Sesampainya di UGD Jihoon langsung ditangani. Junkyu menunggu dengan penuh cemas dan ia bahkan tak lagi mampu berpikir tentang apa yang mungkin terjadi. Saat dokter selesai dengan pemeriksaannya dan memberitahunya bahwa Jihoon sudah lebih baik Junkyu segera saja hampiri istrinya yang justru malah tersenyum polos sambil melambaikan tangan ke arahnya saat melihat kemunculan Junkyu.
"Kamu masih bisa tersenyum seperti itu?!" Junkyu menghampiri Jihoon dan duduk di samping ranjangnya. Junkyu sudah hampir mengomelinya lagi saat tiba-tiba dokter kembali ke unit mereka.
"Oke, jadi Jihoon," dokter itu membaca data pasien yang dibawanya lalu menatap Jihoon sambil menghela nafas berat. "Kamu tahu kamu punya alergi?" tanyanya yang sekaligus curi perhatian Junkyu.
Jihoon mengangguk, dan hal itu buat Junkyu mengerutkan kening kebingungan. Dua orang di depannya seperti sedang bicara dalam bentuk kode.
"Baguslah kalau begitu, tapi sepertinya kamu gak punya obatnya ya?"
Jihoon kembali menggeleng. "Aku selalu hati-hati sama apa yang aku makan dan mastiin gak ada ikan atau apa pun di situ. Tapi tadi, aku gak tahu kalau makanannya ada ikannya, atau kayaknya itu udang, aku juga gak yakin...," jelasnya.
Jihoon menatap dokternya dan berusaha hindari tatapan suaminya yang sepertinya sudah siap ledakkan omelan.
"Baiklah, saya akan resepkan obat untukmu dan saya sarankan agar kamu siapkan obat untuk berjaga-jaga. Istirahatlah sebentar lagi setelah itu kamu bisa pulang."
Dokter yang memberikannya segera pergi setelahnya. Dan kini giliran suaminya yang akan ajukan banyak pertanyaan padanya.
"Jadi kamu tadi seperti itu karena alergimu kambuh?" tanynya pelan, dan Jihoon mengangguk. "Kenapa kamu bisa gak tahu kalau makanannya mengandung ikan atau udang? Mama gak ngasih tahu kamu? Apa Mama—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Love [ kyuhoon ]
FanfictionB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Tujuan awalnya adalah untuk memanfaatkan uang yang dimiliki suaminya untuk pengobatan ibunya dan juga untuk memperbaiki keuangannya yang kian memburuk setelah kepergian ayahnya. Namun kini perasaannya justru terbuai aka...