(11) PDKT 2

1.8K 223 52
                                    

Junkyu terbangun saat hari mulai beranjak sore. Ia pikir ia akan terbangun sendirian di kamar hotel, namun nyatanya masih ada Jihoon yang berbaring di sofa sambil bermain game di ponselnya. Junkyu bangkit duduk perlahan. "Jihoon." Suaranya yang hanya mengalun pelan itu rupanya mampu alihkan perhatian Jihoon dari permainannya. Jihoon lantas bangkit.

"Kok udah bangun, udah enakan?"

Jihoon segera hampiri Junkyu. Punggung tangannya ditemukan pada kening suaminya, lalu pada pipi Junkyu, turun ke lehernya, dan berhenti di dada kiri Junkyu. Ia terdiam sesaat rasakan dentuman jantung Junkyu yang semakin lama semakin bertambah cepat.

Junkyu hanya diam mengulas senyum tipis. "Itu tidak akan tiba-tiba menyebutkan namamu," ucapnya tiba-tiba kejutkan Jihoon yang segera jauhkan tangannya dari Junkyu.

"Mumpung masih sore, mau jalan-jalan keluar?"

Jihoon mengernyit. Ia lantas duduk di tepi ranjang sambil menatap Junkyu ragu. "Emangnya udah sembuh? Nanti malah pingsan kalo dibawa jalan keluar."

"Udah saya bilang, saya cuman butuh istirahat sebentar lagi saja. Saya baik-baik saja," katanya berusaha yakinkan istrinya yang masih terlihat meragukan kesehatannya. "Kamu gak mau jalan-jalan keluar?"

"Mau!" Jihoon berseru lebih keras dari yang diduga. Junkyu sampai terlonjak dan hanya bisa memaklumi setiap tingkah istrinya itu.

"Kalo gitu aku siap-siap dulu." Jihoon segera pergi bersiap dan Junkyu juga lantas mengangkat tubuh untuk turut bersiap.

Langit tak begitu terang sore itu. Tak ada awan yang terlihat berkumpul, suhunya juga tak begitu panas atau dingin. Birunya langit mulai dicoret oleh cipratan warna oranye yang cantik melintang di atas kepala. Orang-orang tak begitu ramai berlalu lalang. Cantiknya pemandangan asri alam memanjakan matanya yang lelah karena terlalu sering menatap tulisan di atas berlembar-lembar kertas. Rongga dadanya dipenuhi oleh udara yang sedikit hangat.

Jihoon berjalan di sampingnya. Bersenandung riang menikmati suasana sore hari. Langkah kakinya dibawa semakin cepat tinggalkan Junkyu yang masih terlalu malas untuk mengejar Jihoon yang penuh energi. Matanya mengedar menatap sekitar, berusaha terus ikuti kemana istri manisnya itu pergi. Trotoar itu tak begitu ramai jadi mudah baginya untuk menandai keberadaan Jihoon.

"Pak!"

Langkahnya terhenti. Jihoon kembali menghampiri Junkyu disertai senyum misterius di wajahnya. Ia lalu mengulurkan kedua tangannya yang menyembunyikan sesuatu di dalam genggaman kedua tangannya. "Aku bawa sesuatu buat kamu," katanya masih sembunyikan apa yang dibawanya.

"Apa?"

Mendengar pertanyaan Junkyu yang seperti menunjukkan ketertarikan itu membuat Jihoon tersenyum lebar. Genggamannya dibuka, perlihatkan setangkai bunga kecil dengan warna kelopak merah muda yang entah didapatnya dari mana. Junkyu dibuat terkekeh melihatnya. Ia lantas mengambil bunga tersebut.

"Cantik kan? Jangan sakit lagi ya Pak," katanya lagi, buat Junkyu lagi-lagi harus ulas senyum yang bisa saja robekkan bibirnya karena terlalu banyak tersenyum dan tertawa.

"Iya cantik, tapi bukannya seharusnya bunga yang cantik diberikan pada orang yang cantik juga?" Sementara bibirnya berucap, tangannya dengan lancang selipkan bunga tersebut di belakang telinga Jihoon.

Jihoon menundukkan kepala sambil menggigit bibir. Semburat kemerahan di kedua pipinya tak berhasil ia sembunyikan, buat pria yang berstatus sebagai suaminya itu tersenyum gemas melihat tingkah Jihoon yang justru hanya diam sambil menunduk malu karena tak tahu harus bereaksi bagaimana.

"Bagaimana kalau kita mencari makan malam di sekitar sini?" ucap Junkyu berusaha alihkan perhatian.

"Oh iya, ayo! Aku tadi liat restoran yang menarik, ayo." Jihoon berjalan mendahului Junkyu. Dalam diam ia berharap semoga Junkyu tak cukup peka untuk menyadari tingkah malu-malu memalukannya.

Sweet Love [ kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang