(40) pertengkaran

1.6K 197 38
                                    

Jihoon menundukkan kepala, menatap kedua tangannya yang saling bertautan dengan gelisah. Saat seluruh suara-suara yang mengganggu rungunya itu masih terus memenuhi gendang telinga, ketika itu juga rungunya menangkap suara lain yang familiar. Kepalanya buru-buru ditolehkan begitu teriakan melengking Doyoung mencuri banyak perhatian. Senyumnya merekah begitu dilihatnya sang suami yang tengah menyeret paksa Doyoung ke tengah halaman belakang untuk berbaur.

"Jangan bandel! Kamu itu yang harusnya ada di sini dan bukannya sembunyi di kamar terus!"

Jihoon terkekeh mendengar bagaimana Junkyu mengomeli Doyoung sementara Doyoung justru meledek omelan Junkyu dari belakang sana.

Pegangan Junkyu pada pergelangan tangan Doyoung akhirnya dilepas setelah mereka tiba di tempat Jihoon menunggu. Doyoung masih menggerutu dengan sebal sambil mengusap pergelangan tangannya yang kesakitan akibat cekalan Junkyu. Sementara Jihoon lantas bangkit berdiri, lalu hampiri Junkyu dan peluk pinggangnya.

Junkyu menoleh, menatap penasaran pada istrinya yang tiba-tiba kembali menempel padanya. "Ada apa," tanyanya, khawatir Jihoon sudah merasa tak nyaman setelah ditinggal sendirian.

Jihoon mendongak. Garis bibirnya melengkung turun. "Kita boleh di dalem rumah aja gak sih, dingin...," ucapnya berasalan agar Junkyu mau meninggalkan halaman yang sudah membuatnya muak.

"Boleh, kan udah saya bilang, harusnya kita gak ke sini," ucapnya sedikit berbisik di akhir. "Kamu tetap di sini, Kakak mau masuk dulu," ucapnya lagi dengan tegas pada Doyoung sambil menunjuk wajahnya.

Doyoung hanya bisa pasrah. Ia tak bisa mencegah Junkyu untuk tetap tinggal menemaninya.

"Ya ampun Doyoung, akhirnya keluar juga, udah kayak anak perawan aja kerjaannya di kamar terus. Ngapain sih," salah satu tamu di sana tiba-tiba menegur Doyoung.

Remaja itu berbalik. Menatap kesal wanita dengan riasan tebal di hadapannya.

"Doyoung udah mau lulus kan ya? Gimana, semuanya baik-baik aja kan, jangan sampe kena d.o. sebelum lulus loh, sayang banget itu," seorang lainnya ikut menyahuti sebelum Doyoung sempat menanggapi yang pertama.

Telinganya digaruk dengan lelah. Lelah mendengar kalimat serupa setiap kali ia turut mengisi acara serupa. "Ya, ya, ya, ya, terserah tante aja mau ngomong apa. Lain kali sebelum ke sini ngaca dulu ya tan, sekalian tuh bawa anak tante yang baru aja keluar sel gara-gara tawuran," ucapnya dengan tak acuh, kemudian berbalik dan beranjak dari sana.

"Padahal anaknya sendiri juga gak lebih oke dari gue, sok-sokan mau ngomongin gue mulu," ucapnya lagi tinggalkan keterkejutan di kedua wanita yang tadi menegurnya.

Tentu saja hal tersebut tak lagi begitu mengejutkan karena ini bukan kali pertama orang lain merendahkannya seperti ini dan Doyoung memang tak pernah tinggal diam. Ibunya tak akan mau repot membelanya yang memang memiliki banyak kesalahan dan ayahnya juga lebih sering memintanya untuk mengabaikan, maka sudah jadi tugasnya sendiri untuk membela diri.

[ Sweet Love ]


"Eum, suami..., kita bisa pulang aja gak sih? Aku capek...," Jihoon kembali bersuara dengan lesu. Hal itu tentunya menarik perhatian sang suami.

"Capek? Yaudah, mau pamit ke Mama sama Papa dulu?"

Jihoon mengangguk. Namun saat ia hendak mencari ibu mertuanya, ayah mertuanya yang justru tiba-tiba muncul menghampiri keduanya.

"Nah, mau kemana kalian ini, ayo gabung dengan yang lain," katanya sedikit terburu.

"Pa, Jihoon capek, kami mau pulang saja boleh kan."

Sweet Love [ kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang